2016-04-01

New... Everything!



“Daripada ke Jogja mending pulang ke Lawang aja.”kata seorang teman di kampung. Bisa aja sih, masalahnya buat ke Jogja ini nunggunya sekitar setahun lebih sebulan. Inget banget, waktu itu harusnya upload skripsi dan jurnal malah upload cerpen buat seleksi. Padahal kalau telat upload skripsi yang udah dibikin sampai 200 halaman itu, bisa-bisa telat wisuda. Dengan penuh sadar juga, jarang sempat buka facebook, twitter, dan sebagainya tapi masih nyempet-nyempetin liat akun twitter Kampus Fiksi.
Finally, keturutan juga ke Jogja ngisi long weekend di bulan Maret ini. Awalnya sempat cemas kalau Kampus Fiksi 16 yang diadakan Diva Press ini bakal diundur, soalnya pas lihat kalender ada Paskah. Eh, ternyata nggak diundur, dan ternyata lagi, pas ngobrol sama mbak Tiwi, panitianya emang telat sadar. Alhamdulillah!
Siang itu sampailah di Bandara Adisucipto. Kali ini bener tujuannya ke bandara, nggak kayak dulu yang ke bandara karena nyasar, gara-gara ketiduran di Trans Jogja. Di sana pun udah di jemput mas Kiki. Terus diajak jalan  menuju mobil. Waktu itu mas Kiki bolak-balik minta maaf kalau mungkin bakal jalan jauh. Udah mulai mikir dan ngira-ngira nih, eh, nggak tahunya itu deket banget menurutku. Terus selama di mobil,  mas Kiki cerita kalau ada peserta yang rajin banget (karena dipaksa sama kereta), udah ke Kampus Fiksi sejak hari Rabu.
Jadi ini ya, Kampus Fiksi. Nggak ngerti kenapa setelah bertahun-tahun jadi anak kosan yang jarang pulang, mendadak ngrasa pulang ke rumah. Padahal yang di datengin tu tempat asing. Di lantai dua, pertama kali masuk ruang kelas itu, yang pertama ketangkep mata tuh seorang cowok yang kelihatan serius banget baca. Sastrawan sejati, nih, kayaknya. Entahlah, kenapa itu yang langsung terpikir. Ternyata namanya Umar, yang lebih suka dipanggil Affiq karena dengan begitu dia merasa lebih imut. Setelah kenalan bentar, mas Kiki pun nunjukin yang mana kamarku.
“Acara ini disponsori oleh Manchester United!” Kalimat itu langsung terinstal di otak pas lihat tumpukan kasur bersprei serba merah, serba MU.
“Sejak kapan MU jadi sponsor? Yang ada biasanya disponsori.” kata Acha Septriasa, eh, Sarah maksudnya.  Web Designer yang merupakan peserta KF 16 yang paling rajin, datang paling awal tadi.
Nggak lama setelah itu, akhirnya ketemu sama Irfan, yang akhirnya dinobatkan sebagai kepala suku kami. Kali itu pertama kalinya ketemu langsung. Biasanya cuma lihat postingnya di facebook yang sering nongol di kabar berita. Dia rajin banget nerbit-nerbitin buku. Akhirnya, aku, Sarah, Umar dan Irfan pun ngumpul di ruang tengah, ruang kuliah Kampus Fiksi. Kami berempat pun ngobrol dan sibuk banget cari solusi dari masalah yang berkaitan dengan tentang iklim dan cuaca, yang akhirnya membuatku milih ngungsi di kamar.
Sempat hampir ketiduran, tapi akhirnya aku keluar lagi. Bertemulah dengan mbak-mbak panitia KF16 yang kocak banget. Plus, ketemu peserta yang waktu itu mungkin lagi kebanyakan duwit, udah lama tiba di Jogja tapi nginep di hotel. Waktu itu belum kenal siapa namanya. Nggak kenalan juga. Biasalah, aku emang agak pemalu gitu ^-^. Beberapa menit kemudian datang lagi seorang pemuda yang hobi nyasar dan milih nggak dijemput. Belum tahu juga siapa namanya.
Hingga datanglah seorang gadis berjilbab abu-abu, yang terlihat SMA banget, namun ternyata udah kuliah semester 6 kayak Sarah. Jelas sekali dalam ingatan, si Zulfa ini adalah anak yang awalnya malu-malu banget, mau makan aja susah, minta ditemenin, tapi pas pulang paling heboh ngegilir semua orang buat foto berdua sama dia. Kalimat favoritnya adalah, “Aku nggak bisa bikin cerpen.” Bisanya novel, ya, Fa? :P
And then… Sempat pula, kenalan dengan mbak Nana, yang awalnya aku pikir panitia KF, nggak tahunya peserta juga.
Menjelang sore, tibalah seorang fisikawan yang merupakan rubik lover, yang sekarang bikin aku pingin ikut main rubik juga. Sempet ngajarin gimana nyelesaiin, tapi pada dasarnya aku nggak bakat di bidang mipa, dan berumus-rumus ria. Ima ini, yang orangnya sangat serba terencana, sempat pula dicurigai sebagai saudara kembarku yang hilang, karena hari itu kami berdua pakai baju kembar warna toska dan celana hitam. Lucunya, dia anak asal Madiun yang nggak bisa makan pedes. Sore itu Ima tiba di Kampus Fiksi barengan sama Dini yang nyampe kamar, bentaran langsung tepar. Dini, sama seperti aku dan Ima, seumuran, angkatan 2010. Dengan adanya Dini dan Ima, lumayanlah, nggak ngrasa paling tua sendirian di antara dedek Sarah dan dedek Zulfa ^-^
Malam pun menghampiri. Suasana rumah semakin ramai. Herannya, aku merasa berbeda di sini. Biasanya, saat aku masuk tempat kerja baru, rumah kos baru, atau kampus, bisa dibilang aku jadi anak bisu. Selama ini rasanya selalu jadi orang paling aneh di antara semua orang. Namun, di rumah satu ini beda banget. Aku bisa ngomong apa aja sama orang-orang di sini. Nggak butuh banyak effort buat ngobrolin sesuatu, rasanya langsung connect gitu aja. Apalagi setelah kami gulung-gulung bareng di kamar.
Suasana pun semakin seru dan hangat dengan nambahnya personil baru, Niar, seorang gadis yang kerja di Semarang, yang juga seumuran denganku. Waktu itu dialah yang menurutku paling kalem dan anteng di kamar. Namun sepertinya nggak sediam itu pula sebenarnya. Sampai tibalah pula seorang Cik Rara ^-^. Anak kuliahan yang sok-sokan udah jadi ibu rumah tangga. Maaf, mbak, sampai sekarang masih sulit percaya kalau mbak Rara udah bukan anak kuliahan.
Setelah Ishoma, pembukaan KF 16 dimulai. Namun sebelumnya sempat kenalan sama peserta di kamar tetangga. Ada yang namanya Riska, yang waktu dengar namanya, rasanya kayak ngebalik nama diri sendiri. Ada Ajeng, Desi, dan Khadijah. Setelah duduk di kursi masing-masing, baru ngerti dah nama yang cowok-cowok. Anak yang hobi nyasar tadi itu ternyata namanya Andra, duduk di kananku, yang merupakan “pembenci tuhan”. Ternyata hobi sebenarnya, selain nulis adalah bikin komik. Bikinin komik KF16, dong, Ndra!
Lalu, yang kebanyakan duwit tadi panggilannya Herdi. Soal Herdi, setelah ini bakal inget Hujan dan Judul kayaknya. Soal Desi juga pastinya, apalagi kalau lihat foto mereka berdua. J Di posisi lain ada Junaidi Khab, Majenis Panggar Besi (mas Ojan). Melihat semua orang di kelas itu, benar-benar dah, mereka kelihatannya seperti penulis banget. Banyak juga yang sudah berkarya.
Acara pun dibuka oleh mbak Rina. Dengar namanya, lihat orangnya, dan setelah tahu perannya, rasanya seperti kembali ke masa lalu. Sensasinya kayak balik ke kelas skripsi. Mbak Rina itu sosok yang banyak miripnya sama bu Rina, dosen pengampu skripsi dulu. Dalam pembukaan itu, masih ada beberapa peserta yang belum ada. Seperti Raisa yang harus konser dulu di sepanjang jalan Malang-Jogja. Lalu ada pula mas Kusen ST, yang bikin aku kepikiran orangnya bakal kelihatan teknik abis. Padahal nggak ngerti, apa arti nama dan apa kepanjangan dari ST-nya mas Kusen.
Malam itu, mbak Rina sempat memimpin kegiatan brainstorming. Semua peserta ditanyai negara apa yang paling disukai. Sempat bingung. Namun sebenarnya ada beberapa yang memang kusuka. Perancis, Holland, dan Arab.  Malam itu hanya kusampaikan aku suka bangunan-bangunan kerennya. Utamanya memang itu. Ada Ka’bah, tower-tower di Dubai, starry night track Van Gogh dan colorfull architecture-nya Amsterdam, serta Glow Festival di Eindhoven. Singkatnya karena beberapa orang spesial, hope, story, and history. Plus, karena efek 99 Cahaya di Langit Eropa.  
Setelah pagi, baru tahu, kalau Raisa ternyata nggak nyanyi lagi, dan prefer jadi anak sastra. v(^-^) Ada juga Mazka Naufal, yang lihat dia langsung bikin aku ingat dua hal. Pertama, teman kuliah di Malang yang namanya naufal. Kedua, lihat stylenya, khususnya kacamatanya, aku langsung ingat Tsukisima, salah satu tokoh anime Haikyu. Ada pula yang bernama Eki, yang katanya penyiar. Hmm..berharap ada more time buat kenal lebih tentang semuanya.
Setelah seharian materi, nulis cerpen kilat bertema Origami, yang ujungnya aku cuma curhat. Pada dasarnya aku nggak punya ilmu, teknik dan diksi nulis keren kayak yang lainnya, jadi ya… sudahlah, apa adanya, sejadinya. Malamnya, kami jalan-jalan ke Malioboro. Foto bareng di samping tulisan Jl. Malioboro. Tetep aja foto, meski ada yang bilang norak hehe… Biasanya aku jarang narsis, jarang ikut sesi foto, tapi malam itu aku lumayan nggetu foto dan selfie rame-rame. Oh ya, ada pula Steve, yang ditemukan sendirian seperti anak ilang di depan mall.
Di malam terakhir, ada sesi “doa bersama”. Beberapa dari kami menyempatkan diri duduk melingkar menyampaikan mimpi-mimpi kami. Semoga saja semuanya dapat terkabul, ya! Amiin! Sebenarnya berharap bisa ikut KFE juga, tapi waktunya kurang mendukung, semoga next KFE bisa ikut!
Sempat pula kenal dengan alumni KF, yang ternyata lulusan arsitektur juga. Rasanya sayang banget, baru ngerti di detik terakhir, padahal masih ingin “curhat”. Semoga aja ada next time.
Hari berganti menjadi Senin. Ayam berkokok dari ponsel, kukira akan membangunkanku, ternyata aku nggak dengar apa-apa. Entah karena salah settingan atau emang nggak dengar. Namun untungnya ada Ima yang juga pulang subuh-subuh. Setelah kami berdua meninggalkan kamar, ternyata mas Ojan juga mau pulang pagi itu. Then, kami bertiga pun berangkat. Diantar oleh mas… siapa ya? Lupa. Lupa nama atau lupa nanya pun nggak inget. Intinya, makasih dah mas, udah mau nganter kita. Makasih banyak juga buat Momon yang paling cantik dan centil, yang udah setia banget nemenin kita selfie selama di KF & pas nyetrika Malioboro. Harusnya foto hidangannya jangan dihapus, Mon!
Pagi itu aku diantar duluan ke bandara. Ima dan mas Ojan ke stasiun. Terus, setelah ditinggal di bandara, baru ngeh kalau salah terminal. Harusnya ke Terminal B turun di Terminal A. Nggak masalah sih kalau hanya bawa diri, tapi hari itu ada bonus sekardus buku yang nggak enteng. Meski ada troli tetep aja lumayan olahraga subuh-subuh, sendirian lagi, gara-gara bandara masih tutup. Setelah sejam lebih 15 menit, akhirnya sampai di Ngurah Rai Airport. Terus langsung ngantor ke Denpasar, nggak ngertinya kudu balik lagi ke Jimbaran gara-gara diajak survey proyek. Super Hot rasanya. Namun, meskipun pegel-pegel dikit, mata agak susah melek, tapi dalam hati supeeer hepi!! Dapat keluarga baru, ilmu baru, buku baru (selama ini ngidam borong buku akhirnya kelakon juga), terus makan gratis 3 kali sehari plus snack selama 3 hari, jalan-jalan, foto, koneksi bisnis (mungkin entar ^^), plus sun rise saat take off. Pastinya dapat cinta baru dari semua orang! I’ll miss you all!!! So much! Thanks for the time that you share with me. Let's share our own books next time!
 

NB: Tulisan ini belum diedit, belum nginep, jadi maap kalo banyak typo, dll. ^^ Maap juga kalau biasa banget, seperti yang aku bilang, aku cuma bisa sekedar curhat.









18 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Mba Karis, gatau harus seneng atau sedih dibilang mirip sama Acha :'D.
    Kalo artistek beda ya, ngeliat negara pasti yg diliat bangunan nya dulu. Setrong banget ya, dari KF langsung kerja. Mba nanti buatin saya design rumah yak? hhhhaaaa
    Mba kapan ke Australia nya? - bener ga nih? -

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha..kapan2..
      gmpanglah soal desain...byarnya yg bnyak aja..hehe

      Delete
    2. Ternyata ga cuma aku aja yang mikir kalo si Sarah mirip Acha. XD

      Delete
    3. Sepertinya ini baru bener, soal kembaran yang hilang..

      Delete
    4. Apa? kembaran yg hilang nya itu si Acha ya? wkwkwk
      Saya curiga sama mata kalian berdua loh... hhhaaa

      Delete
    5. Haha kenapa mata kami? Ada bintangkah di bola mata kami? XD
      Tapi bener. Aku waktu lihat kamu mikir: nih orang kok kayak mirip siapa gtu. wkwkwk.
      Jangan2 kamu adiknya Acha yang sempat terpisah gara2 waktu kecil kamu ketuker (mirip di sinetron) XD

      Delete
  3. Aku juga bikinin design rumah ya. Gratis. Kan aku kembaranmu yang hilang haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oke dh..gratis kertasnya.. :P
      Ntar aku desainin rumah rubik khusus buat km
      yang dinamis banget kayak labirin

      Delete
  4. Mbak Charis makasih banget loh udah bilang aku kayak anak SMA, wkwk.. Kamu temen pertamaku di KF mbak, tapi rasanya setelah pembukaan kita berdua jadi jarang ngobrol. Fix, kita harus ketemu lagi dan ngobrol banyak setelah ini! Miss you, mbak :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nii, fa, aku minder main sama anak SMA yang udah punya banyak novel..hehe..
      Oke next time, kita bagi2 cerita yang banyak!

      Delete
  5. Mbak Karis... Selama baca postingan ini, aku masih mencoba menguak dimana dirimu duduk. Maaf mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku duduk di singgasana permaisuri, des. :P

      Delete
  6. Hai, Kamuuu..padahal wajahmu pun kaya anak SMA, loh. Aku nggak nyangka Charis udah kerja hehe. Sukses selalu ya, Charis..baik untuk menulis atau proyek bangun-membangunnya hihi. Keep in touch, oke :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mbak rara...klo gtu ini semacam penipu yang ketipu ya..haha..tp tetep imutan kmu mbak. Indeed, dudu keep in touch-lah! I'll miss you mbak :)

      Delete
  7. Haha mba Charist hapal banget ya momment2 pertama kali ketemu anak2 dan ciri khasnya.
    Haduh aku kayak anak tersesat banget ya waktu itu. XD XD
    BTW itu spreynya MU karena Pak Edi adalah fan berat MU

    ReplyDelete
  8. haha..iya..diam-diam aku kan bawa pena mata-mata yang dapat merekam semua tingkah anak manusia..*halah
    Heh..mana komiknya, ndra?!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah hampir setahun nggak ngomik, mbak. XD

      Delete