2013-11-14

Merindukan Bulan di Siang Hari



Siang itu pena terdiam. Tergeletak di atas sebuah meja kosong. Membuat satu meja besar itu benar kosong, sedang di sisi lain penuh sesak. Ia sendirian. Kepalanya berat. Topinya yang kebesaran itu kekecilan.

Tak ada yang menengok. Tak ada yang menjamahnya. Tak ada yang memanggilnya. Yang ada mereka meninggalkannya. Satu detik. Dua detik. Satu menit. Dua menit. Satu jam. Membisu.

Tak dapat bergerak. Tertekan udara demam. Sinar matahari menyilaukannya. Matanya berkunang. Ia terperangkap kekosongan. Telinganya tak dapat lagi memilah. Terlalu rancu terlalu riuh dan ricuh. Hanya satu yang ia rindukan. Hanya satu yang bisa mengisi. Bulan. Satu bulan baru.