2015-07-31

Kamboja

             “Selamat pagi!” sapa Naera pada sang kamboja yang sibuk bermain dengan mentari. Mencoba menghalangi mentari yang ingin menyapa Naera juga.

“Pagi, Mentari! Aku melihatmu! Terimakasih kau masih bersinar.”seru Naera pada mentari yang akhirnya berhasil lepas dari tangan-tangan kamboja.

“Apa kau akan berangkat bekerja hari ini?”tanya kamboja.

“Ya, bantu aku berdoa, ya! Agar hari ini semua berjalan lancar.”

“Tentu. Semangat, Na!”sahut kamboja seraya menaburkan bunga-bunganya bersama angin.

“Semangat, Naera!”seru mentari ikutan.

“Oke!”sahut Naera dengan senyum lebarnya. Lantas bergegas pergi setelah mengunci pagar rumahnya. “Sampai jumpa nanti!”

“Sampai jumpa!”

***

2015-07-24

Jawa Timur Park 1

“Ayo ikut ke JP!”ajak seorang teman untuk pergi ke Jawa Timur Park siang itu.
“Iya ayo Charis ikut! Biar rame.”sahut temanku satu lagi.
“Sekarang? Siapa aja yang mau kesana?”
“Iya sekarang. Kita berdua sama Rahman juga. Sama kamu kalau kamu mau. Ayo dah kamu gak ada acara kan abis ini? Kalau gak ada ayo ikut aja. Kamu punya helm kan?”jawab temanku yang bernama Guruh.
“Yah, mau sih.. tapi aku nggak ada helm.”
“Pinjam teman sekos!”suruh Firman.
“Udah pada pulkam anak kosan. Kapan-kapan aja lah kalau kesana lagi aku ikut.”
“Yakin nggak ikut?”tanya Guruh lagi.

Itu adalah sepotong percakapan di awal tahun 2012. Aku sudah sejak lahir tinggal di Jawa Timur, khususnya Malang. Jawa Timur Park pun sudah lama terbangun, sudah banyak yang berkunjung dan membicarakannya. Tapi aku tak tahu apa-apa. Ada saat ingin kesana tapi selalu saja ada kondisi yang melarangku berkenalan dengan Jatim Park.

2015-07-22

Bali Tour: Tanah Lot



“Ke Utara atau Selatan?”
“Kalau ke Utara?”
“Kalau ke Utara ke Tanah Lot. Kalau ke Selatan ke Gunung Payung.”
“Hm..Terserah, tapi kalau ke Selatan,sepertinya kita kesorean lagi..”
“Hm..oke, berarti ke Tanah Lot.”

Melanjutkan penjelajahan, kami kembali menjajal pantai lainnya. Sebenarnya kami sama-sama sudah pernah ke Tanah Lot. Tapi tetap saja penasaran, sebab kunjungan itu sudah lama di masa lalu,di waktu yang berbeda, bersama orang yang berbeda. Hitung-hitung kali ini kami mengisi hari libur kami (14 Mei) dengan sesuatu yang menarik.

Bali Tour: Pantai Pandawa


Saat di kantor, berbincang dengan bos dan rekan kerja yang merencanakan liburan, kami bertiga pun menatap lekat-lekat foto-foto yang terpampang di google image. Itulah awal kemunculan rasa penasaranku terhadap Gunung Payung. Selama di Malang mendengar kata  Payung itu sudah pasti tempat wisata di tempat tinggi, puncaknya Batu, semacam itulah yang terbayang. Namun di Bali, awalnya kukira sama, itu nama gunung, ternyata bukan. Itu nama pantai di bagian Selatan pulau ini.

Sore itu, tanggal 9 Mei, bersama temanku, aku pun meluncur ke arah Kuta Selatan, melewati tol Bali Mandara. Tol di atas laut yang amazing. Berharap bisa berhenti menikmati pemandangan yang ada, sayang itu tol, jadi pastinya nggak boleh. Namun setidaknya aku tak menyetir, jadi aku masih bisa melihat kanan kiri di saat angin begitu kencang seperti itu.

Sampailah kami pada sebuah persimpangan jalan. Kami menikung tajam ke kiri mengikuti panah penunjuk jalan bertuliskan Gunung Payung.
“Kamu tahu jalannya kan?”tanyaku pada Rahman saat mulai cemas karena jalannya begitu sepi, dan penuh lahan kosong, rumah penduduknya sangat jarang.
“Hm..sepertinya kita kesorean, lain kali aja kalau pagi kesini.” Sahutnya. Kami pun putar balik. “Mau ke Pandawa?”lanjutnya.

Sanur Jingga



Aku tak punya potretnya secara fisik. Satu panorama hari itu. Hanya dalam memori otak. Pantai Sanur adalah tempat yang begitu terkenal. Dari sekian banyak pantai, mungkin Sanur adalah tempat yang paling sering kukunjungi. Pantai ini begitu terkenal dengan matahari terbitnya. Jingga. Dengan siluet gazebo, siluet pegunungan di kejauhan, siluet kapal, langit berona kelabu kuning jingga, semua sudah menjadi khasnya. Sudah bukan barang langka di dalam kamera orang-orang. Sederetan restaurant terbuka, jogging track, atau pun gonggongan anjing sudah jadi item wajib yang tertanam di sekitarnya. Untuk orang-orang yang mencari ketenangan mungkin akan sedikit malas kemari, apalagi kalau datang pada saat yang tak tepat.

Bosan dengan pantai Sanur, kupikir aku akan merasakan itu. Namun tidak rupanya. Aku bahkan mungkin akan sering merindukannya. Terutama mengingat suasana di sana saat malam hari. Sebagai pecinta kerlipan lampu – khususnya warna-warni, yang menghiasi restoran terbuka di sepanjang jogging track, aku sangat senang melihat perubahan suasana di pantai Sanur. Benar-benar menjadi satu tempat yang berbeda.Sempat sih membayangkan bagaimana jadinya, tapi melihat langsung itu selalu lebih indah.

Bali Tour: Pantai Candidasa



“Itu Lombok!”seru temanku.
“Masa’? Kamu tipu-tipu.”sahutku.

Hari itu hari Minggu, tanggal 3 Mei. Sekitar pukul 13.00 kami meninggalkan Taman Tirta Gangga. Sebelumnya, dalam perjalanan menuju Tirta Gangga, ada sebuah penampakan yang membuat kami mendadak terhenti. Beberapa ratus meter dari pantai dan pura yang ramai dengan orang-orang sembayang, kami melihat sebuah pantai yang terlihat menarik dengan sebuah pulau di seberangnya tampak samar-samar. Seketika ingin kesana, tapi kami teringat tujuan utama kami ke Karangasem ini. Finally, kami memutuskan mampir ke pantai ini saat perjalanan pulang.

Bali Tour: Taman Tirta Gangga

Beberapa minggu lalu awalnya aku hanya berencana melihat tempat wisata yang ada di sekitar Denpasar saja. Hanya saja rasa penasaran akhirnya membawaku dan temanku ke tempat jauh lagi. Kami pun meluncur ke sisi Timur Bali. Ada dua pilihan, Taman Tirta Gangga atau Taman Ujung. Kami pun akhirnya berencana kedua tempat itu jika memungkinkan.

Seperti biasa, dengan mengandalkan GPS, kami melalui perjalanan panjang, kalau di Jawa Timur mungkin sama ceritanya dengan menempuh perjalanan dari Malang ke Surabaya. Tak jarang juga GPS yang kami andalkan itu ternyata tipu-tipu gara-gara weak signal di beberapa daerah yang kami lalui. Jadi lagi-lagi kami harus mempertajam insting petualang. Aku masih ingat ketika kami benar-benar bingung tak tahu dimana kami berada. Beruntunglah ada toko-toko yang mencantumkan nama dan alamat daerah itu. Candidasa.

Bali Tour: Pura Ulun Danu Beratan

Berbekal satu botol kecil air mineral, setelah menimbang antara Ya dan Tidak, ternyata Ya lebih berat. Setelah mengelilingi Pura Taman Ayun kami berlanjut melakukan perjalanan jauh. Menuju Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Kawasan pegunungan yang sejuk – dingin lebih tepatnya, sensasi yang kami rindukan dari kota Malang(kota kelahiranku) di saat gerah oleh udara Bali yang panas.

Karena kami sama-sama tak mengenal Bali, maka GPS adalah modal utama dalam perjalanan ini. Seperti Petualangan Dora, kami melihat peta dan mencari tanda. Bukan tanda yang berupa jembatan gunung atau semacamnya, lebih sering nama toko dan warung menjadi tanda penunjuk jalan. Meski demikian tetap saja, Apakah ini jalan yang benar? Berkali-kali pertanyaan itu muncul. Barulah setelah kami menemukan jalan besar kami mulai tenang.

Bali Tour: Pura Taman Ayun



Memasuki bulan April, sebulan sudah aku tinggal di Pulau Dewata. Setelah merenung di Pantai Pulau Serangan, menikmati matahari terbit di Pantai Sanur dan menyusuri Pantai Kuta bersama mentari senja, kini aku mencoba mengintip sisi Utara, yaitu kawasan Desa Mengwi Kabupaten Badung. Tanggal 12 April itu bersama teman yang sama kami mencoba menjelajahi Bali kembali.

Menurut sejarah, Pura Taman Ayun adalah pura utama bagi Kerajaan Mengwi yang dibangun pada abad 17 (sekitar tahun 1634) oleh raja pertama. Arsiteknya berasal dari China. Pura ini dirancang dengan disertai kolam yang mengelilingi. Taman ini memiliki luas sekitar 100 x 250 m2.

Bali Tour: Pantai Pulau Serangan

Aku di negeri dongeng?!
Bukan, ini Bali. Aku berada di salah satu bagian kecil provinsi Bali.
Perjalanan panjang di pulau Dewata ini bermula dari sebuah sebuah takdir yang sudah menjadi harapan. Harapan siapa? Diriku pastinya. Sejak kecil aku menyukai pulau ini, entah kenapa, hanya suka, itu yang kutahu.