2015-08-29

INDIRECT LETTER (part 3)


 
Kaira duduk manis di sofa ruang tengahnya. Menyaksikan dengan tenang buket-buket bunga dan kado-kado kecil dari kawan-kawannya di meja. Namun rangkaian besar bunga gerbera yang begitu cantik menjadi sorotan utama. Shima yang duduk di seberang meja hanya menatap dengan kebingungan.
“Serius? Sama sekali tak ada kartu apa pun?”
“Ya, tak ada sama sekali. Saat aku bertanya pada orang yang meingrimkannya, orang itu tak tahu dan memintaku menghubungi langsung ke tokonya, lalu mereka bilang anak kecil yang  memesannya.”
“Anak kecil lagi? Setelah sekian lama, sekarang ada yang datang lagi?”
A boy from heaven.. Haruskah aku mempercayai itu? Di usia ini, apa kau kira aku masih bisa mempercayainya?
“I know, it’s difficult.”
“Hm.. ya sudahlah, siapa pun itu, entah orang tuaku di surga seperti kata anak itu, entah anak kecil itu sendiri, atau orang lain yang bersembunyi di balik semua itu, terimakasih,  sudah mengirim bunga di hari kelulusanku..” oceh Kaira pada entah siapa. Ia pun tersenyum getir.
@@@

2015-08-25

INDIRECT LETTER (part 2)


 Denting piano merebak memenuhi penjuru rumah. Jemari Kaira tak begitu semangat melompati tuts piano putih itu. Ntah karena tak ingin, atau justru terlalu menghayatinya. Buku musik pribadinya ada dihadapnya, namun pandangannya kosong. Membiarkan angin dan vitrage jendela di sampingnya berdansa tanpanya.
Our Story!”celetuk seseorang mendadak muncul di belakang Kaira membuat gadis itu terlonjak. Shima tengah mengintip buku milik Kaira tersebut, lalu meraihnya.
“Hei! Mana kembalikan!”seru Kaira tanpa beranjak dari tempatnya.
“Kulihat kau tak membutuhkannya, kau sudah hafal nadanya, tanpa melihat not kau masih bisa bermain..”sahut Shima berpindah duduk di sofa tengah ruangan.
“Shima, kembalikan sini!”
“It has been three am, but I can’t sleep at all, I wonder ‘bout you tonight, My seconds, minutes and days,,.”baca Shima lantang menyerukan lirik awal lagu karangan Kaira.
Stop!”potong Kaira akhirnya merebut lagi bukunya. Lantas kembali ke kursinya dan kembali bermain.
“Harusnya kau menyanyi juga.. Atau haruskah aku merekam lagumu untuk kukirim pada Aska?”
“Aska??”tanya Kaira kaget menghentikan melodinya.

2015-08-23

INDIRECT LETTER

 
Catatan untuk Bulan Kala Hujan

Kenapa waktu berlalu begitu cepat
Baru kemarin kita bertemu, baru kemarin kita saling menyapa
Belum lama bagi kita saling mengenal,
tapi kenapa hari perpisahan datang terlalu cepat

Saat langit malam cerah kita berjumpa untuk pertamakali
Dibawah sinar bulan kau hapus air mata ini
Meluruhkan semua kesedihan,
menebar kehangatan

Hingga perlahan gerimis menghampiri kita
Menyiramkan kegelisahan baru

Hari itu kita berteduh, di bawah pohon pinus
Menanti pelangi senja bersama
Menanti sinar bulan yang baru
Menanti terbitnya purnama
berbagi mimpi, berjuta fantasi
yang harusnya kita bangun bersama
tapi kenapa hari perpisahan datang terlalu cepat

Selamat tinggal,
tak ingin kuucapkan itu
satu yang tak kuinginkan
Tanpamu, langit ini kelam
tanpamu, dunia ini gelap
dirimulah satu-satunya sinar bulan bagiku
yang tak pernah padam
meski hujan slalu mengingatkan luka
namun ronamu yang terang bersinar abadi
kaulah satu bulan kala hujan..

Selamat tinggal
tak ingin kuucapkan itu
satu yang ingin kuhapuskan
kan kunanti hari hingga hujan ini berhenti
kan kunanti terbitnya lagi bulan
dan berdoa waktu pun kan berhenti
Tiada perpisahan,
tiada kata selamat tinggal
Meski hujan turun lagi
Meski memori kelabu itu kan datang lagi
kau kan tetap slalu ada, disini
menjadi sinar bulan gemilang
satu bulan kala hujan..

“Wah, kau sedang galau sepertinya..”ujar Askari seusai membaca draft karangan Kaira yang ditemukannya secara tak sengaja. Dengan cepat Kaira pun merebut secarik kertas itu dari tangan Askari.
“Jangan banyak komentar!”tukas gadis itu seraya menyimpan bait-bait itu kembali ke bindernya. Ia pun lantas beralih menyalakan musik player di komputernya.
“Memangnya kemana kekasihmu itu sekarang?”tanya Askari bersamaan dengan teralunnya melodi piano Yiruma yang berjudul Moonlight itu.
“Tak ada kekasih semacam itu, itu hanya karangan saja.”sanggah Kaira tak acuh, ia masih sibuk meng-eject sebuah flashdisk dari PC-nya.
“Oh, itu lagu yang kemarin aku kirim, kan?”
“Ya.”sahut gadis itu lagi sambil menyodorkan flashdisk yang baru dicabut itu kepada Askari.

2015-08-20

About Name..

"Do you think the name is important?"
"At first, I thought the name is not important, but I think it is really  important now."
"How can it be?"
"I don't wanna be called by the name of someone else again.. I just realized, I could be disrupted because of it.."

2015-08-18

Memoir Pribadi

Bukan lagi soal bulan
Bukan pula tentang hujan
Tak ada senja,
hanya bias biru merah saja

Kami kunang-kunang yang sulit mati
Kunang-kunang yang berbaris dalam tari
Janganlah ditanya,
Kapan terbuka? Kapan tersiar? Rahasia?

Berhentilah jadi laron pengejar lentera
Kalian takkan mati, kami takkan mati
Biarlah jadi memoir pribadi

Ada tawa tanpa paham
Ada kenangan tanpa ingatan
Bukan rasa untuk dipikir
Bukan pikiran untuk disentuh
Bukan  untuk dilebur
Aku, kami, kalian, mereka, semua miliki bagiannya
Berbeda

Aku tak ingin lagi ditanya
Kalian takkan mengerti, selamanya takkan,
Sampai temukannya sendiri
Cukup ini jadi memoir pribadi..

2015-08-15

At Monumen Bajra Sandhi



 
 Jenuh. Setelah berhari-hari menunda, akhirnya keengganan berhasil kutepis. Melepas penat, aku kembali mendapatkan udara malam yang menyegarkan.
Kuhabiskan menit-menit awalku untuk duduk di depan minimarket itu, mengamati orang berlalu lalang di koridor Jalan Raya Puputan, seraya mendapatkan pemandangan statis menara Bajra Sandhi yang tampak eksotis kebiru-unguan oleh sorot lampu. Kulihat pula seorang pemuda di meja sebelah yang sibuk menghabiskan mie instannya, sama sibuknya denganku yang tengah menghabiskan ice cream coklatku. 10 menit terlewati, baru ada dua angkutan umum warna hijau yang melintas. Meski sama hijaunya namun beda tempat beda kebiasaan. Kalau di Malang dalam satu menit bisa dua sampai tiga mikrolet, namun di daerah Denpasar, angkutan jalur GOR Ngurah rai-Renon itu sepertinya 10 menit adalah jeda paling singkat.

2015-08-12

Now You See Me part 3 (End)

Asha masih terpaku di tempatnya. Menatap setiap pergerakan sosok itu dengan tak percaya. Apakah ia sedang berhalusinasi karena kerinduannya pada gadis itu?  Ataukah itu nyata? Ia ingin memastikannya. Ia ingin melihat dengan lebih jelas, lebih dekat. Perlahan ia mengurangi jaraknya terhadap punggung gadis bermantel merah itu. Berharap semua itu bukan hanya mimpi, bukan ilusi sesaat.
“Hei, Asha!”seru David mendadak muncul. “Kemarilah! Kurator yang ingin bertemu denganmu sudah datang!”
“Mm..tapi aku..”
“Ayo cepat! Dia sudah menunggumu!”seret David membuat Asha terpaksa meninggalkan keinginannya sendiri.
Setelah menyelesaikan segala urusannya. Asha bergegas kembali menuju ruang pamer, di tempat ia melihat sosok Riendra. Namun gadis itu sudah menghilang dan meninggalkan rasa penasaran yang semakin menghujam benak Asha. Hash! Sial! Seharusnya aku tak pergi tadi!
@@@

2015-08-08

UFO


“Apakah itu Blue Star?”

“Bukan, itu UFO.”

“Itu bukan UFO. Tak mungkin ada UFO datang kesini. Mm..apa itu pesawat?”

“Kubilang itu UFO.”

“Ah, bukan! Itu Blue Star.. Oh, bukan, bukan! Itu Planet Biru! Ia tak berkedip seperti bintang. Sinarnya sangat terang. Ya, itu pasti Planet Biru.”

“Kalau aku bilang UFO berarti itu UFO.”

“Tapi aku ingin menyebutnya Blue Star atau Planet Biru!”

“Tetap saja aku ingin menyebutnya UFO. Dia bergerak, kan? Jika ia tak bergerak maka kau bisa memanggilnya Blue Star atau Planet Biru.”

“Well, kalau begitu aku hanya akan memanggilnya lighted kite.”

“Oh My! Kalau akhirnya hanya menyebutnya begitu kenapa kau meributkan blue star atau ufo atau planet biru itu!?”

“Kau juga, kenapa meladeniku?”

“Aish, terserah kau sajalah.”

“Lagipula apa pentingnya sebuah nama, jika ia tetap terlihat indah dengan sebutan apa pun. Sekali pun kau menyebutnya kecoa pun ia tetap terlihat cantik. Bukankah dengan nama apa pun kau tetap menyukainya jika kau memang telah menyukainya? Ia takkan berubah dari penting menjadi tak berarti hanya karena nama. Sama seperti saat kau mencari sesuatu, yang kau inginkan adalah UFO yang ada di benakmu, tapi orang lain menunjukkan sesuatu bernama UFO dalam rupa yang berbeda, kau tak puas, kan. Seperti di awal, kita tak tahu apa dia sebenarnya, ia tak bernama, namun ia tetap berhasil menarik perhatian kita..”

“Hm..ya kau benar..tapi tetap saja.. Hai UFO!! Aku lebih suka memanggilnya UFO.”

“Terserahlah!”

“Aku akan terus memanggilnya UFO, barangkali saja UFO itu bisa mendengar sehingga ia tertarik padaku juga dan kemudian mengingatku kalau aku memanggilnya UFO hihi..^-^”
“Sesukamu sajalah!”

The Moon Gravity

The Moon Gravity. Itu adalah judul sebuah cerita fiktif yang kutulis pada awal tahun 2014, yang tak pernah dibaca orang lain selain aku. Jika cerita itu dicetak mungkin bisa seperti novel. Tapi bukan novel yang bagus, mungkin buat orang yang sudah paham dunia menulis akan merasa jalan cerita itu terlalu memaksa untuk ada dan tak masuk akal. Mungkin juga terlalu mudah ditebak.
     Cerita itu berkisah tentang seorang gadis bernama Alice yang barusaja lulus dan mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari jurusan arsitektur. Ia pun bekerja dalam sebuah tim desainer interior bidang hospitality. Keadaan  pun mengharuskannya menyeberangi laut ke pulau tetangga dua tahun setelah itu. Dari pulau Osai ke pulau Seu. Alice tinggal bersama sahabatnya.
     Suatu malam, gadis itu baru saja keluar dari sebuah minimarket. Namun dalam perjalanan pulangnya ia tersesat dan berakhir pada sebuah rumah yang dirasanya adalah rumahnya. Ia pun bertemu seorang pemuda, yang sesaat kaget dan merasa ada yang aneh dengan Alice, yang kemudian memberitahu kemana ia harus pergi untuk pulang. Alice pun meminta maaf karena kemampuan spasialnya mengenai jalan sangatlah lemah di malam hari.

2015-08-07

Complicated Month


Orang sering bertanya, Apa makanan favoritmu? Warna favoritmu? Buah yang paling tak kau sukai? sayur yang tak kau sukai?
Dalam benakku, aku penasaran, dalam satu tahun yang terdiri atas 12 bulan, manakah yang paling disukai dan tak disukai orang? Apakah sama sepertiku? Ataukah jauh berbeda?
Aku sangat menyukai Februari, bukan karena ada hari valentine atau apa, sejak dulu aku tak pernah peduli dengan tanggal 14 Februari itu. Lalu kenapa aku menyukainya? Sebab pertama, ada satu hari yang merupakan hari kelahiran orang yang kusayangi, ayahku. Kedua, pada bulan itu selalu terjadi peristiwa menyenangkan dalam hidupku. Ketiga, peristiwa mengesankan dalam hidupku terjadi pada bulan itu. Februari adalah bulan perkenalan, saat aku bisa mengenal beberapa orang yang cukup berarti dalam hidup. Aku mendapatkan dan mengetahui banyak hal yang begitu istimewa.
Lalu yang kubenci? Aku paling tak suka dengan bulan Agustus. Pada bulan ini banyak kejadian yang mengharuskan aku menjauh dari banyak orang. Bulan yang sangat bertentangan dengan Februari. Perasaan tak nyaman selalu saja tak bisa kuhindari dalam bulan ini.
Lalu adakah bulan yang menjadi bulan paling complicated? I have it.
Oktober. Bulan kelahiranku. Harusnya menjadi hari yang menyenangkan, kan, jika itu adalah hari lahir? Ya, Oktober itu memang menyenangkan. Tapi juga paling menyakitkan. Semua yang paling indah dalam hidupku terjadi pada bulan itu. Namun semua pengalaman terburukku pun terjadi di bulan itu. Jika Februari adalah sebuah perkenalan, Oktober adalah sebuah pertemanan terbaik. Dan apabila Agustus adalah saat untuk menjauh, maka Oktober itu adalah perpisahan. Dalam bulan itu aku harus tersenyum untuk salam perpisahan terindah. Seperti mencapai puncak gunung tertinggi lantas langsung terjun dalam detik itu pula.
Adakah orang lain yang pernah mengalami hal yang sama? Kuharap tidak. Sebab itu sangat menyusahkan.
Aku pun berharap semua itu tak terulang dalam tahun ini, dan tahun selanjutnya..

2015-08-03

Si Ulat Pemimpi


“Awas ada ulat!”seru seorang anak laki-laki memberitahu adik perempuannya. “Jangan mendekat!”tuturnya lagi menjauhkan adiknya yang berusia empat tahun itu dari seekor ulat yang melata di batang pohon kersen.

Ulat itu pun kemudian berhenti saat seekor burung merpati mendekat.

“Kau tak mencoba kabur lagi dariku?”sapa burung merpati bertanya saat si ulat yang tak berbalik seperti biasanya. Ulat pun hendak mengatakan sesuatu akan tetapi urung saat tiba-tiba gadis kecil yang tadi tiba-tiba berlari mendekati burung merpati.

2015-08-01

Bali Tour: Pantai Gunung Payung

Setelah berkali-kali berencana dan berkali-kali batal, akhirnya sampai juga kami di Pantai Gunung Payung, di Desa Kutuh, Kuta Selatan, Kab. Badung. Siang itu, dua hari sebelum keberangkatanku ke Malang untuk libur lebaran. Pada awalnya kami hanya berniat untuk melihat lokasi garasi bus yang akan kami naiki pada tanggal 14 Juli nanti. Namun akhirnya kami pun melakukan perjalanan nekad. Di bawah matahari terik, di bulan ramadhan, dalam keadaan berpuasa, dari Ubung kami meluncur kembali ke arah Selatan menuju Pantai Gunung Payung.

Bali Tour: Eka Karya Botanical Garden Bedugul


Ini adalah kunjungan keduaku ke kebun raya ini. Kunjungan pertamaku yaitu ketika Studi Ekskursi pada masa kuliah semester kedua tahun 2011. Namun saat itu aku sedang dalam kondisi tak sehat, jadi aku tak punya rekaman apa pun tentang tempat ini selain yang kulihat di foto. Foto itu pun hanya sedikit, jadi saat aku kembali kemari, rasanya seperti baru pertama kali datang.Yang membuat kebun raya ini unik adalah patung-patungnya yang khas.

Pada tanggal 2 Juni itu kebun raya begitu ramai. Begitu banyak keluarga dengan anak-anak kecil membuat tempat tersebut meriah. Pagi itu kami hanya jalan-jalan saja mengikuti track yang ada di depan kami. Tak jelas apa tujuan kami yang penting terus berjalan. Sampai jalan itu pun terputus ^-^
Beberapa waktu lalu aku membuka file lama dari masa kuliah dan melihat sebuah resume mengenai tempat ini. Aku lupa ku-copy paste dari mana, namun disitu dijelaskan kebun raya ini memiliki fasilitas laboratorium, lima buah greenhouses, perpustakaan, dan taman anggrek. Koleksi anggreknya sebanyak 320 jenis yang berasal dari Bali itu sendiri, Jawa, NTT, Sulawesi dan Irian.
Selain itu juga ada koleksi tanaman obat, rumah kaktus, taman mawar, taman pakis dan paku-pakuan, ada pula rumah tradisional Bali, dan pura. 






Bali Tour: Nusa Dua Water Blow

Hari itu adalah perjalanan paling ramai. Kami sudah merencanakan liburan ini sejak seminggu lalu. Awalnya kami berencana mengunjungi Pantai Gunung Payung. Namun karena kondisi cuaca yang terlalu cerah, kami malas berterik ria di tengah hari. Kami memulai perjalanan di sore hari. Dari rumah kos seorang temanku yang bernama Irfan, aku dan Vera serta Rahman pun kemudian melesat kembali melintasi jalan tol Bali-Mandara menuju Nusa Dua Water Blow yang berada di daerah pulau Peninsula, Nusa Dua, di ujung selatan Pulau Bali.