Siang itu pena terdiam. Tergeletak di atas sebuah meja kosong. Membuat
satu meja besar itu benar kosong, sedang di sisi lain penuh sesak. Ia
sendirian. Kepalanya berat. Topinya yang kebesaran itu kekecilan.
Tak ada yang menengok. Tak ada yang menjamahnya. Tak ada yang
memanggilnya. Yang ada mereka meninggalkannya. Satu detik. Dua detik. Satu
menit. Dua menit. Satu jam. Membisu.
Tak dapat bergerak. Tertekan udara demam. Sinar matahari
menyilaukannya. Matanya berkunang. Ia terperangkap kekosongan. Telinganya tak
dapat lagi memilah. Terlalu rancu terlalu riuh dan ricuh. Hanya satu yang ia
rindukan. Hanya satu yang bisa mengisi. Bulan. Satu bulan baru.