2013-08-26

Sebuah Dimensi yang Tak Terlihat

Ada malam dimana kita bermimpi. Ada hari dimana dunia nyata bergulir.
Ada masa kita untuk berharap, ada saat untuk mengingat, ada waktu untuk dijalani.
Kita bisa berbicara. Kita bisa melihat, Kita bisa mendengar. Kita bisa merasa. Kita bisa menangkap sebuah aroma. Lima indera tubuh kita terus bekerja.

Namun sebuah indera. Yang keenam. Sebuah telepati. Mengapa tak selalu hadir temani kelima indera. Ia hanya datang dan berperan untuk satu saat, sejenak, dapat menjadi sering dapat menghilang kemudian. Tak tentu orang yang dihubungkan.

Kebanyakan karena cinta dan kasih sayang.
Akan tetapi bagaimana jika percakapan penuh konsentrasi itu, telepati bekerja lebih dulu? Menjadikan seseorang semakin merasa dekat. Apa itu?
Seperti dongeng, saat hati ini meminta kedatangan seorang itu, maka ia datang. Tak tahu bagaimana orang itu teringat kembali. Mungkinkah karena ia pernah muncul saat aku bersedih? Lalu menghibur?

Bahkan tiap kata yang terjadi dalam sebuah percakapan, aku mampu memikirkannya. Ia lakukan hal yang kuinginkan yang tak kukatakan. Ia sampaikan kalimat yang masih tersimpan di otakku.
Dan suatu hari pun aku mampu melihat apa yang akan dibawanya padaku. Bagaimana ini terjadi aku tak tahu. Mungkinkah karena aku telah mengetahui apa yang ia sukai? Namun bagaimana pun juga harusnya tak sejelas itu. tak sepersis bayangan dalam benakku. Dua pemanah handal, sang Arjuna dan Srikandi, sebuah logam dinamis yang kini tergantung di ranselku, harusnya tak sepersis itu.

Harusnya aku tak berpura-pura merasa itu sebagai kejutan. Saat aku berkata lucu, bagus, indah, aku tak tahu kenapa aku siapkan kata-kata itu untuk kuucapkan lagi. Aku sudah melihatnya! Tapi tetap aku merasa itu kejutan. 

Malam itu, saat pasangan itu datang, sungguh aku begitu senang. Meski hanya kebetulan tapi aku tetap gembira, dengan keadaan seakan kau dengar aku, bahwa aku tak sanggup lagi menunggu hari pembuktian itu.  

Bisakah kita tetap berkomunikasi seperti ini. Jadikan aku receiver dan sender yang lebih handal. Aku ingin belajar bahasa mata itu. Seperti antara aku dan ibuku, seperti antara aku dengan saudaraku, seperti antara kau dengan saudaramu. Ijinkan aku tuk mampu melihatmu sebelum kau datang. Ijinkan hal yang kau ketahui itu juga terjadi padamu. Ijinkan aku tahu apa yang akan kau butuhkan. Seperti selama ini aku mengetahui dan mendengar panggilannya. Buat aku mendengarmu juga. Ijinkan untuk kita pelajari dimensi itu bersama. Yang tak terlihat itu.

Seperti dalam cerita yang pernah kusinggung di hadapmu, ada komunikasi yang tak bisa didengar orang lain. Apa kau masih ingat tentang murid baru dalam cerita itu? Itu bukan dia yang kau kenal. ternyata itu penggambaran antara aku denganmu. Dimana ada persamaan kemampuan dalam diri kita. Ada hal yang sama-sama kita lukis dalam sudut pandang berbeda. Ada hal yang membuat orang lain mengatakan karya anak baru itu nampak profesional. Karya anak baru itu dan gadis itu yang terbaik. Seperti halnya kau masuki "dunia milikku" kini.

Tahukah kau kenapa aku katakan semua ini? Dan yakin tokoh itu adalah dirimu? Itu karena aku telah mampu menangis saat tak sendiri. Aku menangis di belakangmu, tepat di hadapan punggung itu. Dan kau ucapkan pesan yang sama dengan tokoh itu. Tokoh yang tak benar kau kenal dan ketahui cerita hidupnya dalam novelet itu. Tokoh yang mampu membuat gadis itu berterus terang tentang segalanya. Sisi terlemahnya.

    "Jika kau ingin katakan sesuatu, katakanlah! Jika kau butuh seseorang, panggillah seorang teman. Jika kau ingin marah, ungkapkanlah semuanya, jangan memendamnya sendiri, buat orang lain mendengar dan melihatmu! Jangan hanya diam! Buat orang lain melihat ide cemerlangmu! Jangan pernah biarkan orang lain meremehkanmu!"

Hal semacam itu juga kau ucapkan malam itu, di bawah sinar purnama kau buat aku termotivasi. Buatku jadi lebih semangat, mengikuti semangatmu untuk jadi lebih tinggi. Untuk capai titik tertinggi. Dalam dimensi nyata dan tak nyata, sosok sepertimu adalah nyata, maka tetaplah menjadi nyata, untuk abadi. 

No comments:

Post a Comment