“Ya, tentu saja,
kenapa kau bertanya begitu?”
“Apakah kau bahagia
menjadi dirimu?”tanya Laut sembari menikmati kudapan malamnya, sebuah bulatan jingga yang dilahapnya secara perlahan.
“Tentu saja,
kenapa harus tidak?”sahut dermaga seraya tetap sibuk dengan beberapa orang-orang
dan barang-barang yang berlalu lalang.
“Mungkin saja
kau lelah, untuk menjalani semua seperti ini.. Kau begitu sibuk namun kau hampir
tak pernah menjadi bagian dari memori mereka..”
“Apakah itu
penting? Aku tak peduli jika mereka hanya melintasiku tanpa melihatku dengan
seksama selayaknya mereka menyaksikan tempat wisata yang indah.”sahut Dermaga
“Lalu apa kau
baik-baik saja menjadi tempat para kapal membuang limbahnya? Menjadi penyedia
air minum bagi mereka yang kehausan tapi setelah itu mereka hanya melupakanmu?”
“Setidaknya
mereka ingat aku saat mereka membutuhkanku..”jawab Dermaga lagi menangkis jalan
pikiran Laut. “Meski aku tak pernah menjadi tujuan utama, meski mereka datang
hanya setelah mereka merasa lelah dan menjadikanku sebagai tempat pengisi daya,
namun aku bahagia, selama aku bisa membuat semuanya kembali tegar. Setidaknya
aku masih berguna di dunia ini.. Mungkin aku tak seindah tempat wisata tujuan
orang-orang, mungkin aku tak lebih penting dari apa yang dengan berat mereka tinggalkan, meski untuk kesekian kalinya aku hanya menjadi sebuah dermaga, untuk menjadi bagian
terkecil dalam memori mereka, aku tetap bangga atas diriku.. Bagaimana pun aku tak dibangun secara sembarangan.. Setidaknya keberadaanku
di dunia ini tidaklah sia-sia..”