Surya atau matahari merupakan sumber kekuatan dan
sumber penerangan dan hidup, yang akan menjadikan dunia tegak penuh dengan sinar penerang dan hidup.
Hal ini merupakan simbol bahwa orang yaang berjiwa budaya harus dapat menanamkan kekuatan dan dapat
memancarkan sinar kehidupan dengan tidak mengharapkan imbalan. Surya
menjadi sarana kehidupan bumi.
- Candra/sasangka (Bulan)
Bulan
merupakan sumber penerangan di malam hari tanpa menimbulkan panas, tetapi teduh, memberi cahaya
kepada siapapun dan apapun tanpa kecuali. Hal yang demikian memiliki makna bahwa jiwa budaya harus
didasari watak pemberi dan memancarkan penerangan yang tidak menyebabkan silau tetapi memancarkan
kelembutan dan kedamaian. Candra menjadi sarana daya rasa (batin) bagi kehidupan di bumi.
- Kartika (bintang)
Kartika
atau bintang memiliki sifat memancarkan sinar, hanya kelihatan gemerlap di sela-sela kegelapan malam.
Hal ini memiliki ajaran bahwa raja atau seseorang agar dapat memberikan penerangan kepada siapapun
yang sedang dalam kegelapan. Makna itu juga mengingatkan kepada kita bahwa masalh gelap dan terang
dalam kehidupan ini silih berganti. Kartika menjadi sarana dan daya menambah teduhnya kehidupan di
bumi.
- Bumi (bumi)
Secara
lahiriah bumu merupakan tempat kehidupan dan juga tempat berakhirnya kehidupan. Bumi atau jagad
melambangkan bahwa manusia (mikrokosmos) yang memiliki jagad besar ( makrokosmos). Di sini sebagai
kiasan atau pasemon adanya kesatuan jagad kecil dan jagad besar. Bumi atau jagading manungsa berada
dalam hati. Oleh kerena itu manusia agar dapat menguasai keadaan, harus dapat menaytukan diri dengan
dunia besar. Dalam Kejawen disebut Manunggaling Kawula-Gusti. Sifat bumi adalah momot dan
kamet; dapat menampung dan menerima yang gumelar (ada). Bumi sebagai lambang welas asih, dapat
anyrambahi sakabehe.
- Makutha (mahkota)
Sebagai simbol raja dan sebagai simbol kebudayaan
Jawa. Oleh karena itu, siapa saja yang memakai atau menerima gambar mahkota selayaknya berjiwa
budaya Jawa. Dalam arti bahwa jiwa budaya Jawa memberi tuntunan, budaya sebagai uwoh pangolahing
budi secara lahir dan batin berdasarkan budi luhur dan keutamaan. Pakarti lahir harus seiring dengan
pakarti batin, hal yang demikian mencerminkan adanya sifat keharmonisan dalam budaya Jawa.
- Warna merah dan kuning
Dalam budaya Jawa merah dan kuning merupakan simbol
kasepuhan (yang dianggap tua). Sifat kasepuhan ini terlihat dalam bentuk lahir dan batin, yang
mencerminkan sabar, tidak terburu nafsu dan sejenisnya. Hal ini memiliki makna filosofis bahwa
seseorag raja harus memiliki jiwa kasepuhan.
- Warna biru muda
Dasar
warna biru muda dan putih. Warna biru dan putih membawa watak menolak perbuatan yang tidak
baik. Warna biru muda merupakan simbol angkasa atau langit, merupakan simbol orang yang berwatak
luas pandangannya dan juga pemberi maaf.
- Paku
Paku sebagai kiasan atau pasemon agar selalu kuat.
Hal ini mengandung ajaran bahwa kehidupan di bumi bisa kuat, sentosa harus didasari jiwa yang kuat,
tidak mudah goyah, atas dasar satu kekuatan yang maha besar dari Tuhan YME, yang menjadi pegangan
bagi manusia yang hidup di bumi
- Kapas dan padi
Kapas dan padi melambangkan sandang pangan yakni
kebutuhan lahir dalam kehidupan manusia. Sandang dinomorsatukan atau didahulukan, sedang pangan
donomor duakan atau dikemudiankan. Hal yang demikian mengandung ajaran bahwa sandang berhubungan
dengan kesusilaan dan diutamakan, sedangkan pangan berhubungan dengan lahiriah dinomorduakan. Oleh
karena itu manusia hendaknya mengutamakan kesusilaan daripada masalah pangan. Kehidupan manusia di
bumi tidak dapat lepas dari kebutuhan-kebutuhan duniawi.
- Pita merah putih
Pita
merah putih sebagai kiasan bahwa manusia terjadi dengan perantara ibu-bapak (ibu bumi bapa kuasa).
Merah melambangkan ibu, sedangkan putih melambangkan bapak. Oleh karena itu, manusia hendaknya
selalau ingat kepada ibu-bapak, yang tercermin dalam ungkapan : mikul dhuwur mendhem jero maksudnya
sebagai anak harus dapat mengharumkan nama orangtua dan dapat menghapuskan kejelekan nama orang tua.
Juga dapat diartikan laki-laki dan perempuan sebagai lambang persatuan. Untuk
mencapai tujuan harus dilandasi semangat persatuan (antara Gusti dan Kawula)
Sumber: http://karatonsurakarta.com/