2013-12-08

Kembali Tentang Semesta

Semalam Langit turun. Seperti biasa melingkupi jagad bumi.
Mencoba mengibarkan sayap menaungi segalanya.
Begitu baik terlihat cerah. bahkan saat mendung. bahkan kala hujan.
Namun kenapa semua membuat mata tak berpusat. Otak hanya berputar dalam pusaran aura Bulan.
Hanya ada Bulan, Bulan dan Bulan lagi. Kenapa Bumi selalu merindukan satu benda itu? Tak cukupkah langit yang selalu baik itu? Kenapa harus Bulan yang justru selalu membuat tak nyaman. Kenapa harus Bulan yang sekarang ntah di balik awan yang mana?
Ketika semua galaksi memandang. menyaksikan Bumi dalam lindungan Langit. Ketika semua bertanya.   Kenapa mendadak magma panas itu meluap? Memori lama menguap. Saat-saat jagad semesta menjadi saksi, Bumi dan Bulan beriringan.
Kenapa ini bukan lagi Bulan? Disaant Mentari sirna dan Bintang terlalu bersinar.
Mengapa mengagumi Langit  seutuhnya sangatlah sulit? Langit takkan pernah pergi dan selalu ada, kenapa lagi-lagi kau tak bisa menerimanya dengan senang hati?
Waktu tak bisa berputar kembali. Segalanya tak dapat diulang. Tak dapat disingkirkan. mengapa harus ada Oktober, mengapa tiba November, mengapa muncul Desember hingga Januari. Sebab kala hujan, semuanya sirna. Semua terasa gelap. Bahkan Desember ini pun Bulan Baru itu tiada.
Dan aku benci awan yang sama. Yang menutup Bulanku, Bulan Baruku, juga Bintangku. Dan aku benci tak mampu menerima Langit yang terlalu besar itu.

No comments:

Post a Comment