2014-05-08

Short Journey Keraton Yogyakarta 1


Ini bukan pertama kalinya aku mengunjungi  tempat wisata ini, Keraton Yogyakarta. Dalam perjalanan kali ini yang kukunjungi adalah bagian Utara keraton.  Perjalanan ini kulakukan dua tahun lalu. Untuk mengunjungi keraton bagian Selatan , kulakukan itu sekitar delapan tahun lalu, ketika Study Tour SMP.
Saat memasuki kawasan alun-alun utara, yang saat itu penuh banyak orang, ntah kenapa untuk sesaat bagiku tempat itu begitu hening dan sepi. Aku tak tahu apa itu dan saat itu aku juga tak terlalu peduli. Hal seperti ini tak asing bagiku. Seperti umumnya, aku dan seorang temanku membeli tiket masuk lantas mulai berjalan mengamati keunikan arsitektur bangunan di dalam area itu.
  
 
Siang itu, sekitar pukul 13.48, lokasi ini tak terlalu ramai. Sedikit mendung juga. Kami berdua memasuki area pagelaran. Sekali lagi, untuk sesaat aku tertegun dalam kebisuan. Déjà vu, Déjà visit, atau sebutan lainnya, apa pun itu, bagaimana caranya aku tak tahu, tapi aku pernah ke tempat ini dalam mimpiku. Seandainya karena pernah melihatnya dalam foto, aku sendiri bahkan hampir tak pernah peduli dengan tempat ini dulu. Jadi aku tak pernah mencari dan melihat foto apa pun tentang tempat ini. Tapi mimpiku saat SMA itu memperlihatkan detail-detail tempat ini.
Ntah karena aku pecinta dongeng atau hal semacamnya, tapi aku masih tahu kapan saatnya mendongeng dan kapan saatnya mengatakan kebenaran. Meski aku sendiri merasa kebenaran itu sangatlah tak masuk akal. Di dalam mimmpiku aku tengah menuruni sebuah kerata tua, kereta dengan tenaga kuda. Tak terlalu melihat jelas kereta itu, aku hanya mengingat ornament lampunya, ada sesuatu yang menyerupai lilitan. Aku turuni kereta itu dan diikuti turunnya seorang wanita sepuh yang kemudian berjalan di depanku. Beberapa orang jalan beriringan bersama kami. Di depan sana alat musik tradisional telah dimainkan. Kami berjalan mendekat ke “pendopo besar” itu.
Aku sangat menyukai pakaianku dalam mimpi itu. Rok batik coklat kemerahan, kebaya warna krem dan sepatu beludru biru (yang sempat kupikir terlihat aneh) tampak cantik juga. Hingga tak lama kemudian di tengah acara dengan berbagai pertunjukan music dan tarian aku pun harus pergi bersama seseorang, laki-laki yang samar wajahnya, dan hanya selalu terlihat punggungnya.
Cerita mimpi itu berakhir. Saatnya kembali ke cerita perjalanan. Dari pagelaran berlanjut ke pacikeran, yaitu tempat abdi dalem berjaga. Kami berdua berjalan tanpa pemandu, jadi aku tak tahu dimana kami kecuali di tempat itu ada namanya, atau kami mengira-ngira melalu peta dalam buku pemandu yang kubeli.
Perjalanan ini seperti saat aku berjalan dengan pria dalam mimpiku. dimana kemudian memasuki tempat yang terlihat seperti sebuah rumah. Ada saat lain dalam mimpiku yang lain, aku tengah menanti ibuku di teras sebuah rumah. Dengan melihat dan berdiri di tempat ini, rasanya seperti mengulang kembali mimpiku. dengan sudut pandang ini.
Aku tak tahu apa sebenarnya tempat ini dulu. Tapi disini aku melihat lagi punggung itu. Pria samar itu. yang kemudian akhirnya terpikir olehku dan kembali terbawa mimpi.
Beralih ke tempat lain. Seperti labirin. Perbatasan daerah Lor dan Kidul. Jika ingin melihat isi di balik gerbang itu, maka harus masuk lewat gerbang selatan. Lalu kami pun hanya melihat-lihat koleksi foto  yang dipamerkan di salah satu bangunan yang ada. Foto-foto lukisan kereta kerajaan dan raja-raja terdahulu.




  



No comments:

Post a Comment