Waktu sudah banyak berlalu. Dua
tahun sungguh jauh berlalu. Tepat dua tahun mungkin.
Hari ini mereka bercerita tentang
peliharaan mereka. Dua anjing baru, kucing baru. Heboh dengan nama Chico
Jerico, Chika Jesica, dan Spicy. Entah apa saja yang mereka bicarakan
berjam-jam hanya hal itu yang kupahami. Roll film di otakku sibuk sendiri memutar
mundur kembali ke tahun 2013. Aku
merindukan Bumi dan Mars.
Cupang. Begitulah mereka berdua
disebut. Bumi biru dan Mars merah. Dua ekor ikan cupang yang sepertinya akan
sulit kutemukan lagi. Bangsa mereka yang identik dengan julukan petarung,
perkelahian, berantem, atau apalah itu, namun yang kulihat dari mereka adalah
sesuatu yang jauh berbeda dari permusuhan.
Bulan Agustus aku mulai mengenal
mereka. Saat itu aku tak punya akuarium selain toples kaca milik ibuku. Itu pun
hanya satu, jadi kusatukan mereka di satu tempat. Saat itu aku penasaran
bagaimana scene ketika cupang diadu. Hari itu bagiku mereka biasa saja, kalau pun
mereka mati karena berkelahi kurasa tak masalah.
Beberapa menit kuperhatikan
mereka masih tenang. Puluhan menit berjalan si Bumi pun mulai sadar akan
keberadaan Mars, ia bahkan mulai mendekat di saat Mars terus menghindar
perlahan. Karena Mars tak acuh Bumi pun semakin penasaran mendekati rekan
sekamarnya itu. Semakin cekatan lagi Bumi mengejar Mars yang hingga berjam-jam
aku tak melihat adanya pertarungan. Mungkin Mars sedang enggan berkelahi.
Lembar kalender duduk di meja
belajarku terbalik sudah, memasuki September ceria. Setiap hari aku mengamati
Bumi dan Mars aku berpikir, kalau Mars adalah pecinta damai atau mungkin
penakut. Hingga detik ini dibully macam apa oleh Bumi ia tak melawan sama
sekali. Ia hanya menghindar dengan sangat gesit. Kadang juga bersembunyi di
sela-sela tanaman plastik. Mungkin malam itu rasa penasaran si Bumi sedang di
titik puncaknya. Kulihat ia lebih agresif mengejar Mars dan rupanya kesabaran
Mars pun telah habis. Mars pun melawan mereka pun bergulat. Lima detik.
Ya, hanya lima detik, ekor Bumi
yang lebar indah pun kini robek-robek. Sedangkan Mars si cupang serit tak
terlalu parah rusaknya. Hm..mungkin Mars
diam-diam adalah pendekar yang rendah hati. Ia menghindari perkelahian karena
ia sadar akan kemampuannya – mungkin Mars juga memegang prinsip kelatnas ^-^.
Apakah Bumi menyerah? Tidak. Ia
masih rajin menggoda Mars. Sering sekali ia berpura-pura akan menyerang Mars
tapi tak jadi. Atau kalau Mars akhirnya mau melawan, si Bumi balik kabur. Sejauh ini mereka tak pernah serius
bermusuhan. Hanya saling mengejar satu sama lain dan berebut makanan. Terutama
Bumi, si jahil yang sering sekali merebut makanan Mars. Sepertinya ia begitu saat bosan. Ada masa
mereka sangat tenang menjalani hidup masing-masing dengan damai.
Hingga sebuah peristiwa buruk tak
terduga terjadi di bulan Oktober. Toples
cupang itu sebenarnya sudah setiap hari kuletakkan di meja ruang depan. Ukurannya
pun bukan tergolong kecil. Hanya saja hari itu ibuku tak sadar, saat ibuku
membenahi karpet, diangkatlah meja itu membuat toples ikanku meluncur dan
terjatuh. PYARR!!! Toples pecah berantakan air berceceran dimana-mana. Aku pun
shock dan cepat-cepat mengambil baskom isi air untuk menyelamatkan Bumi dan
Mars. Lalu kuperhatikan mereka, jika mereka baik-baik saja.
Bumi masih hidup meski ia masih
merasa sekarat. But No! Seruku dengan mata berkaca-kaca. Sampai nangis sih
sepertinya. Ternyata Mars lebih parah. Ia dalam kondisi kritis dalam arti yang
sesungguhnya. Ekor Mars putus dan ia kesulitan berenang. Ayah ibuku bahkan
sangat sedih melihat kondisi Mars. Nyaris tak percaya jika Mars masih mampu bertahan hidup dalam
keadaan seperti itu.
Kami pikir Mars hanya bisa bertahan
dalam beberapa menit atau jam saja. Namun tidak. Sampai esoknya kulihat Mars
masih hidup. Pagi itu Bumi dan Mars berdampingan. Mungkin Bumi tahu kalau Mars
tak sehat setelah insiden dahsyat menyerang mereka, ia pun sangat tenang
menemani Mars. Lantas seperti biasa, aku pun menaburkan makanan mereka. Bumi
pun segera meluncur untuk makan. Baru dua butir ia terhenti menoleh pada Mars
yang hanya diam di tempatnya.
Bagian inilah yang kupikir takkan
pernah kulihat. Bumi berbalik turun mendekati Mars. Mendorong Mars untuk
bergerak. Akan tetapi Mars tak banyak bergerak. Bahkan sepertinya menyerah
untuk bergerak. Sampai akhirnya Bumi pun bergerak berenang ke bawah tubuh Mars,
mendorong sahabatnya bergerak ke arah makanan sehingga Mars dapat makan juga.
Berulang kali aku mencoba sadarkan diri jika yang kulihat bukanlah mimpi atau
film animasi. Bahkan ikan cupang yang
terkenal antisosial, petarung dan
sebagainya itu pun mengerti persahabatan.
Hari kedua keadaan Mars
sepertinya memburuk. Meski pun Bumi mengajaknya makan, si Mars menolak.
Sepertinya ia lelah bertahan hidup. Lalu aku tak tahu kenapa, mungkinkah karena
Mars enggan mengambil jatah makannya, si Bumi ikut tak mau makan. Meski aku
tahu ikan bisa hidup tanpa makan sampai seminggu bahkan lebih tetap saja aku
khawatir. Dua hari itu keduanya tak menyentuh makanan yang kuberikan. Hingga hari
berikutnya kulihat Mars sudah terguling di permukaan dengan si Bumi yang
berkali-kali mendorong Mars seakan mencoba membangunkan sahabatnya. Apakah Bumi
juga mengerti rasa kehilangan? Apakah ia juga sedih? Apakah ia juga menangis
sepertiku? Rasanya sangat menyakitkan ketika melihat Mars meninggal, dan lebih
sakit lagi saat melihat Bumi yang seperti itu, yang hingga berhari-hari masih
saja menolak untuk makan..
Beberapa hari kemudian seorang temanku
pun mencoba membawakan teman-teman baru untuk Bumi. Venus cupang merah yang
mirip dengan Mars, tapi mereka tak bersahabat sama sekali. Lalu ada pula
Twilight dan Violet. Namun semuanya tak ada yang bisa bersahabat Venus dan
Violet pun meninggal beberapa bulan kemudian karena berkelahi. Lalu satu tahun
kemudian Twilight meninggal karena insiden yang disebabkan kakakku yang autis. Saat itu aku jarang di rumah, mungkin
kakakku ingin membantu memberi makan Twilight. Namun kesalahannya, ia tuang seluruh isi botol ke dalam tempat ikan tanpa ada orang lain tahu.
Bumi meninggal lima bulan setelah Twilight entah karena apa aku tak tahu pasti.
Bumi meninggal lima bulan setelah Twilight entah karena apa aku tak tahu pasti.
Aku merindukan mereka.. sangat..
No comments:
Post a Comment