2015-10-21

Pet


      Waktu sudah banyak berlalu. Dua tahun sungguh jauh berlalu. Tepat dua tahun mungkin.
Hari ini mereka bercerita tentang peliharaan mereka. Dua anjing baru, kucing baru. Heboh dengan nama Chico Jerico, Chika Jesica, dan Spicy. Entah apa saja yang mereka bicarakan berjam-jam hanya hal itu yang kupahami.  Roll film di otakku sibuk sendiri memutar mundur kembali ke tahun 2013. Aku merindukan Bumi dan Mars.
      Cupang. Begitulah mereka berdua disebut. Bumi biru dan Mars merah. Dua ekor ikan cupang yang sepertinya akan sulit kutemukan lagi. Bangsa mereka yang identik dengan julukan petarung, perkelahian, berantem, atau apalah itu, namun yang kulihat dari mereka adalah sesuatu yang jauh berbeda dari permusuhan.
      Bulan Agustus aku mulai mengenal mereka. Saat itu aku tak punya akuarium selain toples kaca milik ibuku. Itu pun hanya satu, jadi kusatukan mereka di satu tempat. Saat itu aku penasaran bagaimana scene ketika cupang diadu. Hari itu bagiku mereka biasa saja, kalau pun mereka mati karena berkelahi kurasa tak masalah.
      Beberapa menit kuperhatikan mereka masih tenang. Puluhan menit berjalan si Bumi pun mulai sadar akan keberadaan Mars, ia bahkan mulai mendekat di saat Mars terus menghindar perlahan. Karena Mars tak acuh Bumi pun semakin penasaran mendekati rekan sekamarnya itu. Semakin cekatan lagi Bumi mengejar Mars yang hingga berjam-jam aku tak melihat adanya pertarungan. Mungkin Mars sedang enggan  berkelahi.
      Lembar kalender duduk di meja belajarku terbalik sudah, memasuki September ceria. Setiap hari aku mengamati Bumi dan Mars aku berpikir, kalau Mars adalah pecinta damai atau mungkin penakut. Hingga detik ini dibully macam apa oleh Bumi ia tak melawan sama sekali. Ia hanya menghindar dengan sangat gesit. Kadang juga bersembunyi di sela-sela tanaman plastik. Mungkin malam itu rasa penasaran si Bumi sedang di titik puncaknya. Kulihat ia lebih agresif mengejar Mars dan rupanya kesabaran Mars pun telah habis. Mars pun melawan mereka pun bergulat. Lima detik.
Ya, hanya lima detik, ekor Bumi yang lebar indah pun kini robek-robek. Sedangkan Mars si cupang serit tak terlalu parah rusaknya. Hm..mungkin  Mars diam-diam adalah pendekar yang rendah hati. Ia menghindari perkelahian karena ia sadar akan kemampuannya – mungkin Mars juga memegang prinsip kelatnas ^-^.
      Apakah Bumi menyerah? Tidak. Ia masih rajin menggoda Mars. Sering sekali ia berpura-pura akan menyerang Mars tapi tak jadi. Atau kalau Mars akhirnya mau melawan, si Bumi balik kabur. Sejauh ini mereka tak pernah serius bermusuhan. Hanya saling mengejar satu sama lain dan berebut makanan. Terutama Bumi, si jahil yang sering sekali merebut makanan Mars.  Sepertinya ia begitu saat bosan. Ada masa mereka sangat tenang menjalani hidup masing-masing dengan damai.
      Hingga sebuah peristiwa buruk tak terduga terjadi di bulan Oktober.  Toples cupang itu sebenarnya sudah setiap hari kuletakkan di meja ruang depan. Ukurannya pun bukan tergolong kecil. Hanya saja hari itu ibuku tak sadar, saat ibuku membenahi karpet, diangkatlah meja itu membuat toples ikanku meluncur dan terjatuh. PYARR!!! Toples pecah berantakan air berceceran dimana-mana. Aku pun shock dan cepat-cepat mengambil baskom isi air untuk menyelamatkan Bumi dan Mars. Lalu kuperhatikan mereka, jika mereka baik-baik saja.
      Bumi masih hidup meski ia masih merasa sekarat. But No! Seruku dengan mata berkaca-kaca. Sampai nangis sih sepertinya. Ternyata Mars lebih parah. Ia dalam kondisi kritis dalam arti yang sesungguhnya. Ekor Mars putus dan ia kesulitan berenang. Ayah ibuku bahkan sangat sedih melihat kondisi Mars. Nyaris tak percaya  jika Mars masih mampu bertahan hidup dalam keadaan seperti itu.
Kami pikir Mars hanya bisa bertahan dalam beberapa menit atau jam saja. Namun tidak. Sampai esoknya kulihat Mars masih hidup. Pagi itu Bumi dan Mars berdampingan. Mungkin Bumi tahu kalau Mars tak sehat setelah insiden dahsyat menyerang mereka, ia pun sangat tenang menemani Mars. Lantas seperti biasa, aku pun menaburkan makanan mereka. Bumi pun segera meluncur untuk makan. Baru dua butir ia terhenti menoleh pada Mars yang hanya diam di tempatnya.
      Bagian inilah yang kupikir takkan pernah kulihat. Bumi berbalik turun mendekati Mars. Mendorong Mars untuk bergerak. Akan tetapi Mars tak banyak bergerak. Bahkan sepertinya menyerah untuk bergerak. Sampai akhirnya Bumi pun bergerak berenang ke bawah tubuh Mars, mendorong sahabatnya bergerak ke arah makanan sehingga Mars dapat makan juga. Berulang kali aku mencoba sadarkan diri jika yang kulihat bukanlah mimpi atau film animasi.  Bahkan ikan cupang yang terkenal  antisosial, petarung dan sebagainya itu pun mengerti persahabatan.
      Hari kedua keadaan Mars sepertinya memburuk. Meski pun Bumi mengajaknya makan, si Mars menolak. Sepertinya ia lelah bertahan hidup. Lalu aku tak tahu kenapa, mungkinkah karena Mars enggan mengambil jatah makannya, si Bumi ikut tak mau makan. Meski aku tahu ikan bisa hidup tanpa makan sampai seminggu bahkan lebih tetap saja aku khawatir. Dua hari itu keduanya tak menyentuh makanan yang kuberikan. Hingga hari berikutnya kulihat Mars sudah terguling di permukaan dengan si Bumi yang berkali-kali mendorong Mars seakan mencoba membangunkan sahabatnya. Apakah Bumi juga mengerti rasa kehilangan? Apakah ia juga sedih? Apakah ia juga menangis sepertiku? Rasanya sangat menyakitkan ketika melihat Mars meninggal, dan lebih sakit lagi saat melihat Bumi yang seperti itu, yang hingga berhari-hari masih saja menolak untuk makan..
      Beberapa hari kemudian seorang temanku pun mencoba membawakan teman-teman baru untuk Bumi. Venus cupang merah yang mirip dengan Mars, tapi mereka tak bersahabat sama sekali. Lalu ada pula Twilight dan Violet. Namun semuanya tak ada yang bisa bersahabat Venus dan Violet pun meninggal beberapa bulan kemudian karena berkelahi. Lalu satu tahun kemudian Twilight meninggal karena insiden yang disebabkan kakakku yang autis. Saat itu aku jarang di rumah, mungkin kakakku ingin membantu memberi makan Twilight. Namun kesalahannya, ia tuang seluruh isi botol ke dalam tempat ikan tanpa ada orang lain tahu.
Bumi meninggal lima bulan setelah Twilight entah karena apa aku tak tahu pasti.
Aku merindukan mereka.. sangat..


No comments:

Post a Comment