2016-08-14

Secret Garden


Ge. Gadis itu adalah penduduk sekitar kawah Bulan. Meski raganya menyimpan elemen Bumi, ia tak ditakdirkan mengenal manusia-manusia itu. Hingga suatu hari datanglah seseorang dalam sosok manusia.
"Aku datang dari Mars." Sahut pria itu terduduk lemah di ujung tebing yang dilewati Ge.
"Jadi kau bukan manusia?"Tanya gadis bertubuh kecil itu.
"Aku manusia yang tersesat ke tanah Mars. Aku adalah pengembara agar aku mampu hidup. Hanya saja, pesawatku patah. Hingga aku terdampar disini.”
“Hm..tapi kudengar manusia tak sanggup hidup di sini. Selain itu harusnya sulit untuk mereka menapakkan kaki kemari. Namun kenapa kau tampak begitu normal di sini?
“Bukannya aku normal bagimu, hanya saja manusia adalah makhluk paling sempurna di dunia ini, kan? Mungkin aku hanya cukup cakap untuk beradaptasi di Negeri Antariksa. Namun aku belum sepenuhnya mampu untuk menjadi normal menurut kamusmu. Jadi bisakah kau menolongku?"
"Hmm... jika kau memang ingin tinggal di sini, hiduplah dengan caraku! Aku bukan penyelamat, aku adalah pebisnis. Jika aku membantumu, apa yang bisa kau berikan untukku?"
"Sesungguhnya, jantungku punya batas waktu untuk bertahan disini. Bisakah kau pinjamkan aku sebagian milikmu? Sebagai gantinya aku abdikan hidupku untukmu."
“Lalu apakah kau takkan kembali ke Bumi?”
“Aku hanya bisa kembali jika ada pesawat lain mencari dan menjemputku.”
“Baiklah. Kalau begitu aku harus memanggilmu apa?”
“Alceo.”
***
Dalam ruangan serba putih kapas, bekuan awan Bulan, Ge mengendap masuk rumahnya sendiri.
Untuk pertama kalinya ia melihat sosok manusia di kamarnya, tak ia ingkari jika ia merasa takjub. Diam-diam ia perhatikan Alceo yang tertidur. Baginya laki-laki itu tak masuk untuk masuk kategori elok di bangsanya. Alceo terlihat aneh untuknya. Namun uniknya ia tergelitik untuk lebih cermat mengamati. Seakan ia menjadi lapar jika harus berpaling dari Alceo. Dengan matanya yang kecil, ia perhatikan hidung Alceo yang terlihat tinggi, lalu kelopak mata yang tebal. Bulu matanya tampak lucu. Bagaimana manusia bisa memiliki mata yang lebar? Pikirnya seraya mengingat sorotan dalam mata Alceo yang berwarna kelabu.
Hmm… dan bagaimana pula rambut manusia bisa berwarna gelap? Ge kembali berpikir seraya membandingkan warna rambut bergelombang milik Alceo dengan rambutnya yang sebahu dan berwarna putih keperakan.
Dia pasti orang yang hebat hingga mampu menempuh perjalanan sejauh ini dan masih hidup seperti ini?
Perlahan, penasaran semakin menguasai dirinya, Ge pun menyentuh kulit tangan pemuda itu. Lengannya dingin. Namun telapaknya hangat. Telapak tangan itu lebih lebar dari miliknya. Jarinya lebih panjang pula. Ujung telunjuknya terasa berdenyut kala ia pertemukan dengan jarinya sendiri. Namun ia tak mendengar detak jantung yang harusnya dimiliki pria itu.
Apakah jantungnya sudah berhenti? Hm… kurasa saatnya aku meminjamkan sebagian milikku.
***
Seperti yang telah disepakati, Ge meminjamkan satu bilik jantungnya untuk menghidupkan Alceo. Pemuda itu pun akhirnya mendapatkan tempat tinggal tak jauh dari kediaman Ge dan sehari-hari selalu mengikuti semua kegiatan Ge, menjadi pelindung, kawan, serta penyambung daya bagi gadis itu.
Alceo pun perlahan mengetahui rahasia penghuni Bulan. Sesungguhnya di Bulan tak benar-benar kering tanpa air. Hanya, mereka mampu menciptakannya sendiri dengan ramuan rahasia mereka. Ada batuan-batuan ajaib yang jika dicampurkan akan menjadi leleh seperti cairan.
“Jangan salah sangka. Ini bukan rahasia semua penduduk Bulan, ini hanya rahasia keluarga kami. Khususnya aku. Tak semua orang sukses melakukannya. Karena itulah mereka menyebutku menyimpan elemen Bumi.”tukas Ge seolah memahami isi pikiran Alceo.
“Kukira semua penduduk Bulan mengerti?”
“Tak semua. Hanya beberapa dari kami yang mempelajari kehidupan luar Bulan. Kami mengerti tentang air dan udara. Sesungguhnya, bukan berarti di Bulan tak ada udara. Hanya saja terlalu tipis untuk terdeteksi alat pengukur milik manusia. Kau sendiri, bagaimana caramu hidup di Mars?”
“Itu cerita yang panjang. Awalnya kami memiliki peralatan untuk membantu kami hidup. Tak seorang pun kecuali aku yang diam-diam belajar bernapas tanpa alat bantu. Udara di sana juga sangatlah tipis. Namun perlahan aku mampu menyesuaikan diri. Mungkin karena itulah aku masih mampu bertahan di sini. Beruntung pula kaulah yang kutemui pertama kali. Ngomong-ngomong, kau bilang rahasia keluarga, tapi yang kulihat kau hidup sendirian?”
“Keluargaku tak disini. Mereka tinggal di dekat Heart Canyon. Mungkin jika di duniamu, ada istilah NASA. Keluargaku membentuk benteng penelitiannya sendiri di sana. Lalu aku memiliki minatku sendiri. Mereka yang fokus pada dunia luar Bulan akhirnya kutinggalkan dengan bantuan pamanku. Seperti yang kau lihat. Aku lebih berminat pada ilmu pengobatan. Berdasar ilmu yang mereka miliki, aku beberapa kali bereksperimen. Karena itulah aku dapat membantumu. Jika tidak, meski kau bertemu denganku, kau takkan menjadi lebih baik dan merasa beruntung seperti sekarang.”
***
“Kau pengembara, bukan? Berarti kau sudah menyaksikan banyak tempat yang indah?”Tanya Ge di suatu malam.
“Ya,tentu saja.”sahut Alceo yang terbaring di samping Ge menyaksikan hamparan bintang mengelilingi nyala bumi yang hijau-kebiruan.
“Adakah tempat yang bisa kau tunjukkan padaku?”
“Tentu saja. Ada satu tempat kau bisa melihat galaksi yang sangat menawan. Di satu tempat kau akan dikelilingi cahaya. Yang lebih indah dari cahaya yang pernah kau lihat. Tapi itu tak berada di Bulan. Kita harus menempuh perjalanan yang jauh.”
“Lebih indah dari cahaya Bumi?”
“Bisa dibilang begitu. Tempat terindah. Aku memberinya nama Secret Garden. Ada elemen air disana. Namun keberadaannya terbatas. Jika kau kesana, kau akan menjadi magnet sebab kau pembawa elemen Bumi. Segalanya akan berlimpah.”
“Benarkah? Kenapa kau tak bisa menjadi magnet?  Bukankah kau dari Bumi? Kau bilang manusia hebat?”
“Aku berbeda darimu. Mungkin dunia ini diciptakan dengan makhluk yang memiliki kehebatan masing-masing. Saling melengkapi. Oleh karena itu, kurasa, selama ada dirimu, di tempat terbaik itu, aku akan mampu hidup dan bahagia abadi denganmu. Aku akan mengembalikan jantungmu di sana saat jantungku kembali normal. Kecuali kau ijinkan aku mencuri jantungmu.”
“Hm….Aku sedang tak ingin bercanda. Apa kau ingin aku cepat mati? Kalau begitu ayo kesana! Ayo kita ke Heart Canyon! Ah, tidak, butuh waktu untuk mempersiapkan pesawat, jika aku pergi, orang-orang disini akan kehilangan aku.”
“Lalu bagaimana? Kau tak ingin pergi?”
“Tentu aku ingin pergi. Namun kau lebih dulu ke Heart Canyon. Aku akan memberikanmu catatan untuk diberikan pada pamanku. Keluargaku akan membantumu mempersiapkan segala sesuatu yang kita butuhkan. Sekitar 7 hari dalam waktu Bulan semua akan selesai, aku akan menyusulmu.”
“Begitukah?”
“Ya. Kita berdua akan ke Secret Garden itu bersama, oleh karena itu kau tunggu aku di Heart Canyon. Jangan pergi dulu tanpa aku.”
“Baiklah, aku takkan kesana tanpamu. Ayo kesana berdua. Kalau begitu, ambilah pakaian terbaikmu di hari ketujuh! Kita bertemu di Heart Canyon!”
***
Heart Canyon. Sebuah ngarai yang sesungguhnya tak jauh dari tempat tinggal Ge. Sebuah pusat keramaian dimana semua penduduk Bulan memulai kegiatan perjalanan mereka. Semacam area gerbang alam yang dikelilingi berbagai kebutuhan untuk mengembara. Tempat pertama kali ia bertemu Alceo yang setengah lumpuh.
Tepat di hari ketujuh. Ge telah memakai jubah toska andalannya. Jubah terbaik yang selalu berhasil melindunginya dari badai pasir atau hujan meteorit yang sering menjumpainya di awal perjalanan. Gadis itu berdiri di tepi tebing tertinggi yang ada di Heart Canyon, tempat yang telah dijanjikannya menanti Alceo.
Jam pasirnya telah 3 kali berbalik, sebuah jam pasir yang didapatkannya dari Alceo. Di antara semua yang berlalu lalang, tak ada Alceo sama sekali di salah satunya. Ia pun memutuskan melangkah pulang. Berpikir mungkin terjadi sesuatu pada pria itu. Namun ia terhenti saat didengarnya satu suara.
“Ge,”suara itu kembali memanggil. Alceo hadir di hadapan punggungnya.
“Kukira kau takkan datang.”sahut Ge saat berbalik.
“Aku terjebak sesuatu. Maaf sudah terlambat. Tapi aku takkan meninggalkanmu. Bukankah aku telah berjanji akan mengabdi padamu.”
Ge mendengarnya, namun ia tak merespon, hanya menunduk dan membungkuk. Meraih Nustoun yang beterbangan di sekitar kakinya, batu berukirkan kode-kode tertentu yang biasa disebarkan oleh informan. Diberitakan sesosok alien pernah mendarat dan menyelundup ke Bulan. Kedatangannya diperkirakan di hari yang sama dengan kedatangan Alceo.
“Apa ada sesuatu?” tanya Alceo menyadari air muka Ge yang mendadak serius.
“Bukan hal penting. Ayo berangkat. Tanpa jantung penuh, energiku akan lebih cepat berkurang. Kau harus segera mengembalikannya sebelum dayaku habis.” Jawab Ge datar tanpa ekspresi lagi.
“Ah, baiklah. Ayo pergi kalau begitu.”
***
Seperti yang diduga. Badai itu tiba. Bukan badai pasir atau hujan metorit memang. Melainkan angin kencang – bagi Ge, yang mengiringi layang-layang raksasa. Yang menyala begitu terang, berkedip cepat. Layang-layang besi yang menumbangkan pesawat Ge, yang menjulurkan belalainya menyerap Alceo lenyap ke dalamnya lalu tak berbekas.
“Aku tak tahu. Kau manusia atau alien. Yang pasti ini pertama kalinya aku bertemu pencuri yang meminta ijin mencuri sepertimu. Aku tahu kau akan pergi, sejak awal, dan aku membiarkannya. Namun yang tak kumengerti adalah, jika kau adalah benar-benar alien. Yang mampu menghilang sekejap sebelum putaran waktuku habis.”
Tak pernah diduganya, tanpa sebagian jantung dan angin kencang efek layang-layang itu membuat suhu badannya menurun dengan cepat. Buruknya, ia sedang tak berada di posisi tersinari matahari. Angin masih berbekas menyeret pasir ke arahnya. Perlahan Ge tak mampu bergerak. Awan menebal mengeras semakin dingin dan membeku.
Gadis itu pun terkurung dan mematung. Menanti seseorang membuka kaca es pembekapnya itu. Ia tak bisa berbuat apa pun. Terbungkap tak mampu bersuara. Menangis pun sulit, butiran kecil batu tangis yang keluar dari matanya justru memenuhi sekelilingnya. Semua seruan hanya mampu disimpannya di dalam. Berharap Alceo akan kembali membaca pikiran terpendamnya dan sungguhan mengabdikan hidupnya pada Ge. Setidaknya, ia kembalikan jantungnya yang terbawa, sebelum batu tangis menyesakinya dan mempercepat kematiannya.
***
Sejak kejadian hari itu, Ge tak dapat melewati hari-harinya seperti biasa. Kini ia tinggal di Lembah Putih dirawat oleh bibinya. Semakin lama jantungnya menipis dan mengecil. Oleh sebab itu, ia harus tinggal di sana, satu-satunya lembah berkabut putih yang sesungguhnya lapisan udara yang mengandung antidote dan painkiller. Bahkan sekali pun akhirnya gadis itu mati, ia takkan merasakan kesakitan sedikit pun.
Di mulai hari itu pula, berita tentang kejahatan makhluk Bumi tersebar. Penduduk Bulan pun geram dan para petinggi di Heart Canyon memutuskkan untuk menyetir Bulan bergerak menjauhi Bumi. Dengan segala kekuatan yang mereka miliki, mereka menahan orbit Bulan untuk tak lagi terlalu dekat dengan Bumi.
***
Cahaya spiral melingkari Ge secara horizontal. Gadis itu sempurna berdiri dikelilingi cahaya itu. Ia pun merasakan angin lembut meniup rambut peraknya yang telah memanjang, berkibar bersama jubah toskanya.  Perlahan pun Ge sadar, ia tak berdiri di atas cahaya, melainkan lantai kaca yang begitu lebar, dengan air jernih di bawahnya, memantulkan sinar milky way di atasnya.
“Sesungguhnya dimana aku?” gadis itu melangkah meninggalkan lantai kaca. Menginjakan kakinya ke tanah. “Rumput? Apakah ini rumput? Seperti di cerita itu? Apakah ini Bumi? Dimana aku sebenarnya?” Ge terus melangkan hingga terusiklah kawanan kunang-kunang yang langsung menyebar memenuhi sekelilingnya.
“Ge.”panggil seseorang dengan suara yang khas dikenalnya. Gadis itu bergegas melihat sekelilingnya.
Tak disangka pemuda itu sudah sangatlah dekat saat ia membalikkan tubuhnya. Ia hanya mampu tercengang
“Alceo?”bisiknya kemudian.
“Maaf, jika aku butuh waktu terlalu lama untuk dapat kembali.”bisik pria itu seraya mengembalikan jantung Ge yang telah lama dipinjamnya.
“Alceo? Benarkah ini kau?”Tanya gadis itu lagi nyaris tak percaya. Perlahan disentuhnya wajah pemuda di hadapannya itu. Dingin.
“Maaf, telah membuatmu menunggu terlalu lama.”bisik Alceo meraih tangan gadis itu. Tanpa sadar mata Ge berkaca-kaca saat merasakan genggaman angan Alceo yang terasa hangat. Hingga jatuhlah air mata melinangi pipinya.
Ia pun seketika terkejut.
“Air mata? Bagaimana bisa?!”serunya menyentuh pipinya yang basah. Dengan lembut Alceo mengusap air mata itu membuat gadis itu kembali menatap mata kelabu Alceo.
“Ada yang ingin kuberikan padamu.”
“Untukku?”
“Ya, ini, sebagian dari jantungku.”ucap Alceo lirih.
“Mm..kenapa kau berikan padaku?!”
“Ya, sebagai permintaan maafku, yang belum mampu menepati janjiku. Oleh karena itu, simpanlah ini, sampai aku kembali dan mampu membawamu ke tempat itu, Secret Garden.”
“Mm… Jadi, kau akan pergi lagi?”tanya Ge kecewa dan dengan berat Alceo mengangguk.
“Sampai hari itu tiba, bisakah kau menunggu lagi?”
Tanpa mejawab, Ge hanya memeluk Alceo dengan erat. Kali ini ia menangis sungguhan.
“Ge?”
“I will. Siapa pun kau, manusia, atau pun alien, pergilah! Aku akan melepaskanmu. Terimakasih, setidaknya kau menepati janjimu untuk mengembalikannya padaku. Kau bisa pergi kemana pun yang kau sukai…” ucap gadis itu lantas melepas pelukannya. “… Apabila suatu hari nanti kau sungguh ingin kembali padaku dan membawaku ke tempat itu, datanglah! Namun dengan syarat, yaitu kaau takkan pergi lagi. Apalagi dengan tiba-tiba. Aku pun berharap kau tak datang sebelum kau memastikan jika kau takkan pergi lagi.”
“Aku mengerti. I’ll make sure that I’ll be back. And won’t leave you anymore then.”
***
Ge terbangun dari tidurnya. Semua orang terkejut saat mendapati kesehatannya telah pulih. Begitu pula dirinya sendiri. Apakah itu mimpi? Atau sungguhan saat ia bertemu Alceo? Namun kemudian gadis itu tersenyum. Saat melihat tabung kaca di genggamannya.
“Apa itu? Dari mana kau dapatkan itu? Sejak kapan benda itu di tanganmu?”tanya bibinya heran.
“Ini adalah… tiket menuju Secret Garden, alien’s heart. ”
~ Sekian ~

No comments:

Post a Comment