2016-12-18

The World End

“Tunggu aku, okay?! Aku akan kembali. Aku pasti kembali. Hanya saja bersabarlah. Memang agak lama, tapi aku yakin kau akan kuat. I’ll always be yours.” kata Chander pada Terra.
“I hate you.” sahut Terra lirih, dan Chander tetap bergerak. Perlahan, pemuda itu pun terbang, menipis, dan menghilang ditelan gelapnya malam.
Terra tertunduk. Berjalan kembali, pulang. Kembali ke dalam kamar kecilnya yang penuh dengan seratus buah lonceng angin di langit-langitnya. Riuh menyambutnya. Nyanyian Moana di halaman yang biasanya membuatnya tenang kini nyaris tak tertangkap daun telinganya.
Gadis itu dengan lemah meraih secarik kertas coklat usang. Duduk di bangku kayu tuanya, mengambil sedikit tinta dengan penanya, dan menorehkannya. Entah berapa lama proses itu diambilnya. Entah berapa ratus, ribu, juta kali jarum jam tua berdetak. Bersautan dengan gemerincing lonceng, deburan angin, nyanyian pasir di teras rumah Moana.
“Dear Chander, 
Let me tell you something. The atmosphere here.
So dark in the deep heart. Tear, rain, torn the time.
As if it will never end. Cloudy earth at night.”


“Dear my love,
Shout out, loud as loud I could
Deep cry, breathless, hopeless
I hate you, yet I miss you.”

“Dear you there,
Kill me, kill me, just kill me to the death now!
Leave me, leave me, just go faraway now!
If the thing you can do is just slicing me now.”

“Dear night,
The black eyes and the bloody tears. 
A mess hair, untidy room becoming the king now.
Yet you staying in your pinky sweet dream sleep now.”

“Dear sky,
Break me, break me, just break me to pieces now!
Fling me, fling me, just fling me from the height now!
Never touch me pull me come, if you’re not ready!
Just stop lying. Don’t make any promises. It’s tiring enough.
Just stop hanging me, just kill me, shoot me directly now!”

“Dear Crescent,
Open wide, up all night, just like their song, hoping your call.
Yet, you said nothing. If you don’t wanna tell me about it, 
Yet, please, tell me another. Or, we don’t talk anymore?
Something you said impossible is happening now?
Are you not seeing?”

“Terraaa!!!” teriak Moana berseru meninggalkan rumahnya. “Terraaa! Bahaya tiba! Lava mendadak geram!” gadis itu berlari mengacaukan gubug kecil Terra. membasahi segalanya.
“Moana, tenanglah, tak bisakah kau jelaskan perlahan?”
We have no time!! Lava merusak semua barangku. Ia hancurkan kediamanku. Burung besi yang entah dari mana pun menjatuhkan apinya dimana-mana. And, we have no place to go now! Apa yang harus kita lakukan?!”
Just run. Ayo kita lari. Tetap berlari, sejauh kita bisa!” diraihnya tangan Moana dan bergegaslah mereka kabur. Namun bintang berjatuhan. Terra terjebak. Meteorit menimpanya dan melukai kakinya.
“Moana berlarilah. Pergilah!”
“Aku sanggup menggendongmu! Ayo naiklah ke pundakku!”
“No, I’ll come back to home.”
“What?? Sorry, what you said?”
“He said he’ll come back. I promise him, I’ll wait for him.”
“Semua sudah kacau, dia takkan datang!”
“Setidaknya, aku telah penuhi janjiku.”
***
Chander telah pulang seusai 30 purnama. Ia tak temukan siapa pun selain botol kaca yang menyimpan hati Terra.
Dear Chander, My moonlight,
I wanna wait for you forever. But I just can’t do it. I have my own time. And my time is limited. That’s why I hate you when you said to be patient, when this world is not ours. You said you’ll go home with joy for us. Even, I wish I could have great moment these times. Yet, it seems you have your own world. So be happy there then. Just forget me from now. Goodbye!”
Terra telah pergi. Nyanyian lonceng angin telah tiada. Bahkan tak ada udara. Dalam sejenak pesan itu pun habis dalam abu.

Dear Halfmoon,
Tersenyumlah. Aku tinggal bersama malaikat sekarang. Thanks for loving me.”

Chander tak lagi pergi, dan pemuda itu pun padam. Hanya tersisa sayup-sayup nyanyian parau di kejauhan.

So dark in the deep heart 
Tear, rain, torn the time
When will you wake up?
Have you wake up? 
From your pinky sweet dream sleep now?

No comments:

Post a Comment