Saat hati
melihat lebih awal, saat logika melawan
Saat dunia
maya telah melintas, saat sisi rasional langsung mengingkar
Harusnya
semua didengar, harusnya sadar
Berawal
keraguan, berlanjut keangkuhan melupakan izin Tuhan, ditambah serba baru
Berlangsung
pembicaraan akan keunggulan luar biasa, memanggil sisi terbaliknya
Muncul
kecemasan, mengundang semua semakin kuat
Ku tahu itu
kan terjadi, namun ku tak mau akui itu
Aura itu
mengikatku, tapi kuselalu berusaha bebas
Ku pandangi bunga,
ku abadikan, ku tetap menanti tanpa dugaan kelabu
Namun semua
tetap terjadi, ku tak mampu kendalikan, ku ak mampu menyadari tanda
Maaf,
Maaf,
Aku menyesal
Hanya itu
bisik kalbu
Lemah penopang
raga ini, ingin waktu berputar
Ingin cegah
pasir itu menyerbu
Mendatarkan
semua gelombang, meratakan semua gejolak, meluruskan liku
Ingin hapus
kenangan akan hal “baru” itu
Sebuah
memori kelam, yang terulang, dan terulang lagi
Yang serba
baru itu, dari ujung rambut ke dasar kaki
Semua tak
ingin terulang, dan tak boleh terulang
(Day: Date-Month-Year: Z-F-M)
No comments:
Post a Comment