2014-09-22

PELANGI MALAM



“Bulan kala hujan!”bisiknya berseru dalam hati sambil menatap cakrawala basah dari balkon rumahnya.
“Kau sudah lihat, kan, sekarang? Bukankah pelangi malam itu sangatlah indah?” tanya Asha pada Alice yang memandang haru ke arah sang bulan.
“TIdak.”jawab gadis itu membuat Asha seakan tertimpa balok beton yang jatuh dari puncak tower crane.
“Tidak?”
“Bagiku, ini menyakitkan. Bulan itu seperti bola mata yang menangis. Aku tahu sebenarnya ia memakai pelangi hanya untuk menyembunyikan tangisannya! Dasar bulan bodoh! Kenapa ia  masih saja berpura-pura cantik saat ia sedih?”
Asha pun termenung mendengarnya. Namun sesaat kemudian pemuda itu kembali berkata, “Mungkin ia begitu karena ia berbeda dengan kita.. Kita hampir selalu mencari simpati orang lain saat sedih, seakan dunia hancur bersama kesedihan kita. Akan tetapi bulan tak demikian. Ia tak ingin melihat kita turut sedih karenanya. Mungkin dengan memakai pelangi malam yang indah itu ia bahkan bisa membuat semua orang bersedih menjadi terhibur, dan ia pun dapat  menyaksikan orang-orang tersenyum padanya. Senyuman yang bisa segera membuat kesedihannya terkikis hingga habis.”

No comments:

Post a Comment