2014-10-06

Ketika Rumput Tetangga Tampak Lebih Hijau..



Pintu keluar telah menelan bu Rina yang barusaja mengakhiri pelajaran fisika bangunan. Para mahasiswa pun turut berhambur menuju keluar kelas. Hanya beberapa yang masih tersisa tak beranjak dari tempat duduknya.
“Ah, menyedihkan  sekali hidupku minggu ini..”keluh Ayu pada Zie teman sebangkunya seraya memutar bangku menghadap Vira dan Alris yang ada di belakangnya. Wajahnya sangat kusut.
“Kenapa memangnya?”sahut Vira seraya membereskan barang-barangnya ke dalam tas.
“Sebentar lagi Idul Adha, libur, aku bisa pulkam, tapi ayah ibuku masih pergi haji. Kayaknya nggak enak sholat id sendirian.”
“Ah, iya, bener juga, kayak tahun kemarin waktu aku nggak bisa pulkam, sholat disini rasanya kayak orang asing..”komentar Zie.
“Iya, nggak enak, pasti kangen ibu, orang biasanya selalu di samping ibu tiap kali sholat id.”kata Ayu lagi.
“Yang enak tu si Alris, rumahnya disini, keluarganya juga disini, jadi tiap tahun bisa sholat bareng ortu..”sahut Vira menyinggung nama Alris yang dari tadi tak berkomentar apa pun.
“Iya, nih, Alris enak, bapak ibunya nyanding..”dukung Ayu. Alris hanya menjawabnya dengan senyum. Ia tak bisa mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
“Ketika kalian berkata kangen, rindu, untuk sebuah ketidakbersamaan, lalu apa yang harus kuungkapkan? Sangat rindu? Sepertinya kata ‘sangat’ itu pun tak bisa mewakili perasaan ini.. aku bahkan sudah tak ingat lagi kapan terakhir kali aku sholat di samping ibuku.. sepertinya aku terlalu kecil untuk bisa mengingat waktu terakhir itu..”
Oh ya, bagaimana kabar ayahmu? Kapan pulang dari Jepang?”tanya Zie pada Vira.
“Minggu depan katanya.. nggak enak banget nggak ada papa dirumah..  padahal baru seminggu nggak bareng.”
“Ya, seenggaknya, kan ntar pulang.. sabar aja..”sahut Alris.
“Iya, sih, ini juga nyabar-nyabarin nunggu.. biasanya ada yang nganter ngampus, ngajak makan bareng, ngapa-ngapain bareng, beberapa hari nggak ada aneh banget rasanya.”
“Ya, iyalah mesti..”kata Ayu “Bapak dan ibu itu segalanya deh.. tanpa mereka, sendirian itu nggak enak banget..”
“Kalau ngrasa sendirian, minta temenin Tuhan aja..”goda Alris.
“Aish, mentang-mentang ortu lengkap dirumah, ngomongnya gitu..”sahut  Ayu dan Zie.
“Nggak gitu juga ya..”
“Ah, kalau gitu harusnya kita pinjam ortunya Alris aja selama disini ya,,”
“Iya, bener juga, harusnya gitu..”
Lagi-lagi Alris hanya menjawab secara diplomatis.
“Seandainya orangtuaku bisa dipinjam,  ayahku bisa dipinjam, bisakah aku meminjamnya untuk sehari? Cukup sehari saja, itu lebih dari cukup.. Kalian sangat pantas, untuk merindukan seseorang yang sedang berada di tempat yang jauh, tapi apakah pantas untukku merindukan seseorang yang ada di sekitarku tiap hari? Ketika aku memiliki seorang ayah, tapi tak bisa merasa memiliiki..” kata Alris lagi  dalam hati sembari mengingat buruknya kondisi broken home yang dimilikinya. Ntah ibunya yang selalu marah-marah,  ayahnya yang workaholic ternyata punya kekasih baru sampai tak peduli pada anak istrinya bahkan ketika keluarganya sakit sekali pun, atau kakak perempuannya yang kerjanya hanya berfoya-foya. Semua membuatnya merasa jenuh dan perlahan terasing.

Di dunia ini kehidupan sangat beragam. Namun tak lebih dari cerita di atas. Hanya sebuah masalah sederhana, akan tetapi pada intinya manusia tak ada hentinya membandingkan apa yang dimilikinya dengan apa yang dimiliki orang lain. Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Selalu demikian. Memandang orang lain lebih beruntung. Hampir selalu mereka lupa bersyukur atas apa yang dimiliki. Selalu saja merasa dirinya yang paling malang, paling menyedihkan. Padahal tiap insan pasti memiliki permasalahan masing-masing. Mempunyai sisi positif dan negatif tersendiri.
Oleh sebab itu, bagi siapa pun yang sedang bersedih, sebaiknya segera akhiri kesedihan itu. Apa yang kita alami adalah sebuah jalan terbaik dari Tuhan yang harusnya kita syukuri. Tak hanya memandang keburukan pada diri dan menginginkan keberuntungan orang lain hingga ‘gila’. Namun berusaha ikhlas melihat semua berkah yang telah Tuhan berikan, lantas berusaha lebih untuk mencapai cita-cita di masa depan. Berusaha keras dan berdoa untuk selalu mendapat petunjuk dan kebarokahan dari Tuhan takkan pernah jadi sia-sia, sebab Tuhan sama sekali tak pernah meninggalkan kita.
Apabila saat ini kita merasa sulit, di saat orang lain berbahagia, itu bukan berarti kita tak beruntung atau diciptakan berbeda oleh Tuhan. Tuhan itu tak pilih kasih. Hanya saja kita masih belum mendapatkan giliran kita untuk mendapatkan kebahagiaan kita. PERLU ANTRI! Kalau kita antri dengan tertib pasti nanti dapat jatah juga.. 
Jika rumput tetangga tampak lebih hijau, ya berarti kita harus lebih rajin lagi nyiram rumput di rumah kita biar sama hijaunya, atau bahkan lebih hijau dan subur dari punya tetangga..
^-^  SO KEEP CHEERFUL!!!  ^-^


No comments:

Post a Comment