Pintu keluar telah menelan bu Rina yang
barusaja mengakhiri pelajaran fisika bangunan. Para mahasiswa pun turut
berhambur menuju keluar kelas. Hanya beberapa yang masih tersisa tak beranjak
dari tempat duduknya.
“Ah, menyedihkan sekali hidupku minggu ini..”keluh Ayu pada
Zie teman sebangkunya seraya memutar bangku menghadap Vira dan Alris yang ada
di belakangnya. Wajahnya sangat kusut.
“Kenapa memangnya?”sahut Vira seraya
membereskan barang-barangnya ke dalam tas.
“Sebentar lagi Idul Adha, libur, aku bisa
pulkam, tapi ayah ibuku masih pergi haji. Kayaknya nggak enak sholat id
sendirian.”
“Ah, iya, bener juga, kayak tahun kemarin
waktu aku nggak bisa pulkam, sholat disini rasanya kayak orang asing..”komentar
Zie.
“Iya, nggak enak, pasti kangen ibu, orang
biasanya selalu di samping ibu tiap kali sholat id.”kata Ayu lagi.
“Yang enak tu si Alris, rumahnya disini,
keluarganya juga disini, jadi tiap tahun bisa sholat bareng ortu..”sahut Vira
menyinggung nama Alris yang dari tadi tak berkomentar apa pun.
“Iya, nih, Alris enak, bapak ibunya
nyanding..”dukung Ayu. Alris hanya menjawabnya dengan senyum. Ia tak bisa
mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
“Ketika
kalian berkata kangen, rindu, untuk sebuah ketidakbersamaan, lalu apa yang
harus kuungkapkan? Sangat rindu? Sepertinya kata ‘sangat’ itu pun tak bisa
mewakili perasaan ini.. aku bahkan sudah tak ingat lagi kapan terakhir kali aku
sholat di samping ibuku.. sepertinya aku terlalu kecil untuk bisa mengingat
waktu terakhir itu..”
“Oh
ya, bagaimana kabar ayahmu? Kapan pulang dari Jepang?”tanya Zie pada Vira.
“Minggu depan katanya.. nggak enak banget
nggak ada papa dirumah.. padahal baru seminggu
nggak bareng.”
“Ya, seenggaknya, kan ntar pulang.. sabar
aja..”sahut Alris.
“Iya, sih, ini juga nyabar-nyabarin
nunggu.. biasanya ada yang nganter ngampus, ngajak makan bareng, ngapa-ngapain
bareng, beberapa hari nggak ada aneh banget rasanya.”
“Ya, iyalah mesti..”kata Ayu “Bapak dan
ibu itu segalanya deh.. tanpa mereka, sendirian itu nggak enak banget..”
“Kalau ngrasa sendirian, minta temenin
Tuhan aja..”goda Alris.
“Aish, mentang-mentang ortu lengkap
dirumah, ngomongnya gitu..”sahut Ayu dan
Zie.
“Nggak gitu juga ya..”
“Ah, kalau gitu harusnya kita pinjam ortunya
Alris aja selama disini ya,,”
“Iya, bener juga, harusnya gitu..”
Lagi-lagi Alris hanya menjawab secara
diplomatis.
“Seandainya
orangtuaku bisa dipinjam, ayahku bisa
dipinjam, bisakah aku meminjamnya untuk sehari? Cukup sehari saja, itu lebih
dari cukup.. Kalian sangat pantas, untuk merindukan seseorang yang sedang
berada di tempat yang jauh, tapi apakah pantas untukku merindukan seseorang
yang ada di sekitarku tiap hari? Ketika aku memiliki seorang ayah, tapi tak
bisa merasa memiliiki..” kata Alris lagi dalam hati sembari mengingat buruknya kondisi
broken home yang dimilikinya. Ntah
ibunya yang selalu marah-marah, ayahnya
yang workaholic ternyata punya
kekasih baru sampai tak peduli pada anak istrinya bahkan ketika keluarganya
sakit sekali pun, atau kakak perempuannya yang kerjanya hanya berfoya-foya. Semua
membuatnya merasa jenuh dan perlahan terasing.
Di
dunia ini kehidupan sangat beragam. Namun tak lebih dari cerita di atas. Hanya
sebuah masalah sederhana, akan tetapi pada intinya manusia tak ada hentinya
membandingkan apa yang dimilikinya dengan apa yang dimiliki orang lain. Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau.
Selalu demikian. Memandang orang lain lebih beruntung. Hampir selalu mereka
lupa bersyukur atas apa yang dimiliki. Selalu saja merasa dirinya yang paling
malang, paling menyedihkan. Padahal tiap insan pasti memiliki permasalahan
masing-masing. Mempunyai sisi positif dan negatif tersendiri.
Oleh
sebab itu, bagi siapa pun yang sedang bersedih, sebaiknya segera akhiri
kesedihan itu. Apa yang kita alami adalah sebuah jalan terbaik dari Tuhan yang
harusnya kita syukuri. Tak hanya memandang keburukan pada diri dan menginginkan
keberuntungan orang lain hingga ‘gila’. Namun berusaha ikhlas melihat semua
berkah yang telah Tuhan berikan, lantas berusaha lebih untuk mencapai cita-cita
di masa depan. Berusaha keras dan berdoa untuk selalu mendapat petunjuk dan
kebarokahan dari Tuhan takkan pernah jadi sia-sia, sebab Tuhan sama sekali tak
pernah meninggalkan kita.
Apabila
saat ini kita merasa sulit, di saat orang lain berbahagia, itu bukan berarti
kita tak beruntung atau diciptakan berbeda oleh Tuhan. Tuhan itu tak pilih
kasih. Hanya saja kita masih belum mendapatkan giliran kita untuk mendapatkan
kebahagiaan kita. PERLU ANTRI! Kalau kita antri dengan tertib pasti nanti dapat
jatah juga..
Jika rumput tetangga tampak lebih hijau, ya
berarti kita harus lebih rajin lagi nyiram rumput di rumah kita biar sama hijaunya,
atau bahkan lebih hijau dan subur dari punya tetangga..
^-^ SO KEEP
CHEERFUL!!! ^-^
No comments:
Post a Comment