2015-09-24

Aroma, Jejak Memori (2)



“Ivan! Ita punya DVD Doraemon baru, lho! Ayo nonton bareng!” seru gadis kecil pada temannya di seberang rumahnya.
“Iya..tapi Ivan makan siang dulu, ya.” balas pemuda cilik itu dari balik pagar rumahnya.
“Iya!”
“Ntar kalau udah selesai makan, Ivan main ke tempat Ita.”
“Iya. Ita tunggu, ya!”
“Iya.”
Fong, Radya, Nita dan Yuyun yang tengah makan siang di warung sebelah rumah gadis itu pun tersenyum. Menyaksikan drama singkat itu. Mungkin masing-masing dari mereka sedang teringat akan kenangan masa kecil masing-masing.
“Hm..Doraemon, ya..”gumam Fong singkat lalu menyantap soto ayamnya.
“Eh, dari dulu sampai sekarang, aku suka sekali Doraemon, berharap alatnya ada sungguhan!”seru Yuyun bersemangat
“Iya.. pasti seru!”sahut Nita.
“Hm..kalau kalian punya Doraemon, alat apa yang paling kalian inginkan dari kantongnya? Jangan bilang pintunya!?”
“Wah, jika aku punya Doraemon, sudah pasti aku minta mesin waktunya, aku ingin lihat bagaimana masa depanku dan tunanganku! Akankah kami menikah dan bahagia? Atau akan berpisah? Lalu melihat apakah aku akan sukses atau tidak, jadi aku bisa mempersiapkan semuanya dari sekarang! Selain itu aku ingin kembali ke masa lalu untuk mengubah nasib burukku kemarin-kemarin.”sahut Nita berapi-api mengabaikan nasi ayam tempongnya..
“Oh, kalau aku, aku lebih pilih yang sederhana, cukup kamera kisekaenya saja. Dengan itu aku tak perlu keluarkan banyak uang  untuk shoping. Tinggal jepret aku sudah pakai baju dan sepatu yang aku suka. Semua baju Korea pasti sudah aku coba satu-satu.”seru Yuyun yang memang terobsesi dengan segala kehidupan Korean, terutama dunia fashionnya.
“Ah, kalian ini! Pilih itu yang kerenlah! Yang berguna untuk karir.”tutur Fong.
“Memangnya kau pilih alat apa?” tanya Radya.
“Tentu saja Printer 3D! Semua desain kita langsung bisa terwujud. Yang lebih penting lagi, kita bisa dapatkan pria idaman, yang penampilannya sesuai dengan keinginan kita.”
“Wah, benar  juga, ya..aku mau itu juga lah.”sahut Nita.
“Lalu kau ingin apa?”tanya Yuyun pada Radya.
“Hm..jika aku boleh meminta..kurasa aku ingin Doraemon itu sendiri..”jawab Radya santai membuat semuanya tercengang.
“Terus kau biarkan alatnya sia-sia?”protes Yuyun.
“Aku rasa aku tak butuh mesin waktu,"jawab Radya lalu menyesap es jeruknya. "..aku tak pernah menyesal tentang kehidupan masa laluku. Semua hal buruk di masa lalu adalah hal yang membuat kita kuat sekarang. Untuk masa depan, aku ingin membiarkan semua itu jadi kejutan. Sebab aku percaya setiap ada kesulitan pasti ada juga kemudahan. Semua akan berakhir baik. Sehingga saat hal baik itu datang, kebahagiaannya bisa benar-benar utuh..”papar Radya terdengar begitu idealis.
“Printer 3D juga tak mau?”tanya Fong.
“Aku tipe orang yang cepat bosan, jika semua bisa langsung kudapat dengan printer 3D atau kamera kisekae, bisa-bisa hidupku hampa..tak ada semangat untuk melakukan sesuatu, karena semua terlalu mudah di dapat.”
“Hm..pikiranmu terlalu rumit. Tapi setidaknya harusnya kau tak menolak pintu kemana saja!”komentar Nita.
“Mm..awalnya mungkin aku akan menjawab pintu. Mungkin dulu aku sangat menginginkannya, tapi setelah kupikir.. aku bersyukur aku tak memilikinya.”jawab Radya lagi-lagi membuat temannya tercengang.
“Bersyukur? Dasar bodoh!”cela Yuyun.
“Ya, sejak dulu aku memang bodoh hehe..Jika aku pintar aku takkan pergi ke sekolah, kuliah dan cari ilmu di tempat kerja, kalau aku pintar pasti aku sudah jadi bos kalian.”tukas Radya tak acuh.
“Lalu kenapa bersyukur? Aku jadi penasaran, ada sesuatu pasti, ada kisah romantis, iya, kan?!”tebak Nita yang di antara semuanya, ia paling memahami Radya.
“Tidak begitu juga.. Hanya saja..jika aku memiliki pintu ajaib Doraemon..mungkin aku tak tahu bagaimana rasanya menembus angin saat kita berkendara dengan motor..  aku takkan punya teman yang bisa menemaniku menikmati angin saat kita bersama.. Ah, bukan angin itu! Yang terpenting adalah dirinya.. Dengan pintu itu.. aku takkan mengenalnya.. aku takkan punya memori apa pun..aku takkan pernah merasa dicintai dengan semua perasaan tercantik itu.. meski aku tak tahu sampai kapan.. bisa lama, atau mungkin hanya sejenak. Oleh karena itu, karena tak punya pintu itulah aku bisa mengenal arti kata teman, persahabatan, hingga istilah pahlawan.. aku mengerti arti kebebasan yang sesungguhnya.. jika pintu itu ada..mungkin aku tak seperti sekarang, hidupku mungkin akan berbeda, dan dunia kami akan selamanya berbeda, tanpa sekali pun menyicipi kesamaan.  Yaa..semacam itu.. Teman. Aku ingin Doraemon itu sendiri, untuk menjadi temanku, bukan apa yang ia miliki..”
Fong, Nita dan Yuyun masih saja tertegun, tak percaya kawannya akan menuturkan banyak kata semacam itu.
“..Seperti makanan dan aromanya.. mana yang bisa membuat kita kenyang? Meski merasakan aromanya kadang juga menyenangkan, tapi lama-lama kita justru semakin menderita, selalu lebih baik mendapatkan makanan itu sendiri, kan..”lanjut Radya dengan senyum nakalnya. “..jadi, jangan bengong lagi. Ayo lanjut makan!”tutur Radya lalu melahap nasi goreng udang favoritnya.
"Terserahlah."kata Fong dan Yuyun menyerah.
“Dirinya, kami, teman itu.. siapa yang kau maksud? Apa saja yang sudah kalian lalui? Apakah ia sungguh penting? Lebih hebat dari Doraemon? ”
 @@@
  

# be continue..


No comments:

Post a Comment