Lambang Kraton : Praja Cihna
Diambil dari bahasa sansekerta Praja (Abdi Negara) dan Cihna (Sifat Sejati). Secara harafiah, Praja Cihna bisa diartikan Sifat Sejati Abdi Negara.
Makna Lambang Keraton Yogyakarta :
1. Warna:
* Warna Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran
* Warna Merah : Simbol Keberanian
2.Aksara Jawa "Ha" dan "Ba", singkatan dari Hamengku Buwono, gelar kesultanan Yogyakarta yang berarti mengayomi bumi.
3.Mahkota sebagai simbol Pemikiran, Pemerintahan, Kepemimpinan
4.Sumping(hiasan telinga) simbol kewaspadaan dan kebijasanaan
5.Sayap lambang perlindungan, pemeliharaan menuju tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik.
Makna dalam:
LAR utawa swiwine peksi garuda kang megar, minangka gegambaran agung lan wibawane praja sarta sang nata. Swiwi garuda megar, sanggite keagungan sarta kawibawane karaton –dalem sarta salira –dalem. Kanthi madhep, manteb, teteg, sawiji, greged, sengguh ora mingkuh anggone gasata pusering nagari-dalem, cihnane panentrem, pangayem, pangayom.
artinya :
Sayap burung Garuda yang mengepak lebar menggambarkan keagungan dan kewibawaan keraton (sebagai lembaga eksekutif, ) yang tegas, mantap, kuat, total , dinamis, optimis dan pantang menyerah, dalam membawa kemakmuran / kesejahteraan Negara- rakyat, sebuah sifat wajib seorang pemimpin, dan penentram, pelindung.
Diambil dari bahasa sansekerta Praja (Abdi Negara) dan Cihna (Sifat Sejati). Secara harafiah, Praja Cihna bisa diartikan Sifat Sejati Abdi Negara.
Makna Lambang Keraton Yogyakarta :
1. Warna:
* Warna Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran
* Warna Merah : Simbol Keberanian
2.Aksara Jawa "Ha" dan "Ba", singkatan dari Hamengku Buwono, gelar kesultanan Yogyakarta yang berarti mengayomi bumi.
3.Mahkota sebagai simbol Pemikiran, Pemerintahan, Kepemimpinan
4.Sumping(hiasan telinga) simbol kewaspadaan dan kebijasanaan
5.Sayap lambang perlindungan, pemeliharaan menuju tatanan kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik.
Makna dalam:
LAR utawa swiwine peksi garuda kang megar, minangka gegambaran agung lan wibawane praja sarta sang nata. Swiwi garuda megar, sanggite keagungan sarta kawibawane karaton –dalem sarta salira –dalem. Kanthi madhep, manteb, teteg, sawiji, greged, sengguh ora mingkuh anggone gasata pusering nagari-dalem, cihnane panentrem, pangayem, pangayom.
artinya :
Sayap burung Garuda yang mengepak lebar menggambarkan keagungan dan kewibawaan keraton (sebagai lembaga eksekutif, ) yang tegas, mantap, kuat, total , dinamis, optimis dan pantang menyerah, dalam membawa kemakmuran / kesejahteraan Negara- rakyat, sebuah sifat wajib seorang pemimpin, dan penentram, pelindung.
Berdiri tahun 1755
by Pangeran Mangkubumi Sukowati(Raden Mas Sujana) dengan gelar Abdurrachman
Sayidin Panatagama Kalifatullah/Hamengku Buwono .
Didirikan setelah
Kerajaan Mataram Islam melewati:
• Perang Suksesi I
(1703-1708)
• Perang Suksesi II
(1718-1723)
• Perang Suksesi III
(1746-1755) berakhir dengan Perjanjian Giyanti
Panggilan silsilah keluarga
1.
Sultan
2.
Putra Dalem
3.
Wayah Darah Dalem
4.
Buyut Darah Dalem
Gelar ratu : Garwa
Prameswari Dalem (maksimal 4)
Gelar Selir : Garwa
Ampeyan Dalem (dapat tak terbatas)
Urutan Kedudukan Abdi Dalem dari yang tertinggi
1.
Bupati Sepuh, Bupati Kliwon, Bupati Nayoko
2.
Wedono, Riyo, Bupati Anom
3.
Lurah, Penewu, Ngabehi
4.
Jajar, Bekel Anem, Bekel Sepuh
Dari Utara ke Selatan:
Tugu Jogja
Malioboro
Beringharjo
Gedung Agung B. Vredeburg
ke Semarang Pengurakan ke Surakarta
Alun-alun Lor
Gerbang Utama
Gladag Lor
Pagelaran(dengan
64 tiang)
Pacikeran(tempat
jaga abdi dalem)
Sitihinggil
Lor(terdapat Bamngsal Manguntur Tangkil)
Regol
Brajanala
Kemandungan
Lor
Bangsal
Ponconiti
Regol Sri
Manganti
Bangsal Sri
Manganti Bangsal Traju
Mas
G.Purwaretna
Regol
Danapratapa
Bangsal
Kencana
G.Kuning G.Prabayeksa/ Kedhaton (pusat kediaman) Kesatriyan(tempat para pangeran)
Pawon Ageng
Kebulen Pawon
Ageng Langgen
Regol
Magangan(pintu selatan)
Bangsal
Kemagangan
Regol
Gadungmlati
Bangsal
Kemandungan
Regol
Kemandungan Kidul
Bangsal
Sasonohinggil(tempat upacara kematian)
Alun-alun
Kidul
Plengkung
Nirbaya
Imogiri(makam
keluarga raja mataram,17 km di tenggara Jogja)
2 Gerbang Utama:
1.
Gladag
2.
Pangurakan
5 Gerbang Pengeliling Kraton(Plengkung):
1.
Plengkung Tarunasura di Wijilan
2.
Plengkung Tambakbaya di Panembahan
3.
Plengkung Nirbaya di Gading
4.
Plengkung Jagabaya di Tamansari(di tenggara kraton)
5.
Plengkung Jagasura di Ngasem
Gedhong :
bangunan berdinding
ex.
Gedhong Jene (Kediaman
Utama Sultan)
Gedhong
Purwaretna (Kantor Pemerintahan Sultan)
Gedhong
Prabayeksa (Rumah Penyimpanan Pusaka)
Bangsal :
bangunan tanpa dinding
ex. Bangsal Kencana(Ruang Pertemuan)
Bangsal
Manis (Ruang Jamuan Makan)
Bangsal
Mangunturtangkil(berada di depan Witana Sitihinggil)
Bangsal
Mandalasana (tempat pertunjukan musik)
Benteng berbentung persegi panjang mengelilingi Kraton sepanjang 1 km
dengan 4 buah menara jaga.
Tiang-tiang yang ada disebut Tiang
Putri Mirong, dengan hias ukiran:
•
Bunga Teratai (simbol Kebaikan dalam Hindhu)
•
Stupa (simbol Kebaikan dalam Budha)
•
Kaligrafi Allah, Muhammad, Alif
lam Ra(simbol Nur Illahi)
No comments:
Post a Comment