Kepada Sang Muda Negeri Pelangi
di tanah ini
Kutahu ku tak pintar, kutahu ku tak rupawan, ku tahu ku tak baik sempurna seperti mereka yang terpilih. Namun indahkan pintaku. Dan tetapplah lihat pesan ini. Kusadar ku lemah, kusadar ku tak berdaya. Tak bisa sendiri meski selama ini ku sendiri. Tak berteman meski ku slama ini bersama orang lain. Tak bisa tertawa meski selama ini ku tertawa. Hati ini menangis. Hati yang berkata, yang tak berdusta. Tak perhatikan diksi tak peduli teori, bahkan abaikan etika dan estetika. Karna ia hanya tahu rasa. Rasa yang murni dan tersuci.
Kumohon, jadilah berbeda, jadilah berbeda untukku. Tuk temaniku. Kuingin didengar, kuingin kesempatan. Jadi kumohon, jadilah penolongku, pandang aku lebih seksama, lihatlah lebih dekat. Jangan hindari aku juga. Jangan anggap aku aneh seperti itu, seperti yang mereka katakan. Kumohon jadilah berbeda, jangan dengar mereka, jangan pada yang selalu terdengar dan memaksa didengar.
Ku benar-benar meminta, untukmu yang baru injakan tapak di tanah ini. Untukmu calon penguasa negeri, kehidupan disini atau pun disana. Ijinkanku mengikutimu. Ijinkanku mengejarmu. Ijinkanku menggapaimu, ijinkanku tetap melompat ke arahmu yang di puncak sana.
Di antara matahari, langit, bulan, bintang, kumohon, jadilah kau pelangi. Seorang yang bijaksana, buta akan rupa, tuli akan getaran bunyi, mati rasa tuk meraba, abaikan aroma penggoda, membungkam untuk mencicip suap. Jadilah kau yang mengenal rasa, rasa yang sesungguhnya, yang dari hati, dengan hati. Pusat indera keenam yang membuat lainnya lebih peka terhadap kebenaran. Buatlah ku tersenyum, buatku bahagia dengan pelangimu. Karna kupercaya hanya kau yang mampu. Kau benar-benar mampu.
Langit masih temanku, meski kami tak kunjung dekat, bagiku bulan pun tetap jadi sahabatku meski ia melupakanku karna tlah sempurna di angkasa, matahari juga tak benar-benar kubenci hanya karena ia selalu terdiam tak peduli tuk datang dan pergi sesukanya, bintang dan komet yang bersinar itu pula hingga detik ini masih kukagumi meski ia tak melihatku. Namun ku tahu benar, hanya hujan yang paling kucintai, hujan dalam arti sesungguhnya, yang memberi kemakmuran, yang memberi kedamaian, yang mendekatkan, yang menyimpan kenangan indah. Maka jadilah pelangi seusai hujan, yang memberi lebih banyak lagi cinta dan kenangan akan kasih sayang. Dan bawa ku ke negeri pelangi itu. Ijinkanku mendampingi, meskiku tak ahli, ijinkanku mendukungmu, meski tanpa materi, ijinkanku mengejarmu kali ini, dan tunggulah diriku, meski ku menjadi yang terlemah. Serta bantu diriku tuk jadi seorang menteri tangan kananmu, yang sanggup membuatmu bangga, yang bertahan tuk setia.
Ku tahu kau tahu maksudku, dan ku tahu kau tahu jika itu kau, karena hanya kau raja negeri pelangi masa depan, yang kan membangun generasi merdeka tanpa kasta. Arsitek yang tak hanya berdiri dan memoles diri di dalam istana intan berlian, namun arsitek yang juga mampu membangun rumah terbaik untuk katak di lembah sungai termalang dalam negeri tetangga di sebrang bahari.
Katak dalam tempurung
di tanah ini
Kutahu ku tak pintar, kutahu ku tak rupawan, ku tahu ku tak baik sempurna seperti mereka yang terpilih. Namun indahkan pintaku. Dan tetapplah lihat pesan ini. Kusadar ku lemah, kusadar ku tak berdaya. Tak bisa sendiri meski selama ini ku sendiri. Tak berteman meski ku slama ini bersama orang lain. Tak bisa tertawa meski selama ini ku tertawa. Hati ini menangis. Hati yang berkata, yang tak berdusta. Tak perhatikan diksi tak peduli teori, bahkan abaikan etika dan estetika. Karna ia hanya tahu rasa. Rasa yang murni dan tersuci.
Kumohon, jadilah berbeda, jadilah berbeda untukku. Tuk temaniku. Kuingin didengar, kuingin kesempatan. Jadi kumohon, jadilah penolongku, pandang aku lebih seksama, lihatlah lebih dekat. Jangan hindari aku juga. Jangan anggap aku aneh seperti itu, seperti yang mereka katakan. Kumohon jadilah berbeda, jangan dengar mereka, jangan pada yang selalu terdengar dan memaksa didengar.
Ku benar-benar meminta, untukmu yang baru injakan tapak di tanah ini. Untukmu calon penguasa negeri, kehidupan disini atau pun disana. Ijinkanku mengikutimu. Ijinkanku mengejarmu. Ijinkanku menggapaimu, ijinkanku tetap melompat ke arahmu yang di puncak sana.
Di antara matahari, langit, bulan, bintang, kumohon, jadilah kau pelangi. Seorang yang bijaksana, buta akan rupa, tuli akan getaran bunyi, mati rasa tuk meraba, abaikan aroma penggoda, membungkam untuk mencicip suap. Jadilah kau yang mengenal rasa, rasa yang sesungguhnya, yang dari hati, dengan hati. Pusat indera keenam yang membuat lainnya lebih peka terhadap kebenaran. Buatlah ku tersenyum, buatku bahagia dengan pelangimu. Karna kupercaya hanya kau yang mampu. Kau benar-benar mampu.
Langit masih temanku, meski kami tak kunjung dekat, bagiku bulan pun tetap jadi sahabatku meski ia melupakanku karna tlah sempurna di angkasa, matahari juga tak benar-benar kubenci hanya karena ia selalu terdiam tak peduli tuk datang dan pergi sesukanya, bintang dan komet yang bersinar itu pula hingga detik ini masih kukagumi meski ia tak melihatku. Namun ku tahu benar, hanya hujan yang paling kucintai, hujan dalam arti sesungguhnya, yang memberi kemakmuran, yang memberi kedamaian, yang mendekatkan, yang menyimpan kenangan indah. Maka jadilah pelangi seusai hujan, yang memberi lebih banyak lagi cinta dan kenangan akan kasih sayang. Dan bawa ku ke negeri pelangi itu. Ijinkanku mendampingi, meskiku tak ahli, ijinkanku mendukungmu, meski tanpa materi, ijinkanku mengejarmu kali ini, dan tunggulah diriku, meski ku menjadi yang terlemah. Serta bantu diriku tuk jadi seorang menteri tangan kananmu, yang sanggup membuatmu bangga, yang bertahan tuk setia.
Ku tahu kau tahu maksudku, dan ku tahu kau tahu jika itu kau, karena hanya kau raja negeri pelangi masa depan, yang kan membangun generasi merdeka tanpa kasta. Arsitek yang tak hanya berdiri dan memoles diri di dalam istana intan berlian, namun arsitek yang juga mampu membangun rumah terbaik untuk katak di lembah sungai termalang dalam negeri tetangga di sebrang bahari.
Katak dalam tempurung
No comments:
Post a Comment