2016-12-18

The World End

“Tunggu aku, okay?! Aku akan kembali. Aku pasti kembali. Hanya saja bersabarlah. Memang agak lama, tapi aku yakin kau akan kuat. I’ll always be yours.” kata Chander pada Terra.
“I hate you.” sahut Terra lirih, dan Chander tetap bergerak. Perlahan, pemuda itu pun terbang, menipis, dan menghilang ditelan gelapnya malam.
Terra tertunduk. Berjalan kembali, pulang. Kembali ke dalam kamar kecilnya yang penuh dengan seratus buah lonceng angin di langit-langitnya. Riuh menyambutnya. Nyanyian Moana di halaman yang biasanya membuatnya tenang kini nyaris tak tertangkap daun telinganya.
Gadis itu dengan lemah meraih secarik kertas coklat usang. Duduk di bangku kayu tuanya, mengambil sedikit tinta dengan penanya, dan menorehkannya. Entah berapa lama proses itu diambilnya. Entah berapa ratus, ribu, juta kali jarum jam tua berdetak. Bersautan dengan gemerincing lonceng, deburan angin, nyanyian pasir di teras rumah Moana.
“Dear Chander, 
Let me tell you something. The atmosphere here.
So dark in the deep heart. Tear, rain, torn the time.
As if it will never end. Cloudy earth at night.”

2016-12-17

My Year End Note

Masih teringat satu tahun lalu. Ketika sembilan bulan serasa bertahun-tahun menjadi senior. Sekarang satu tahun rasanya seperti baru beberapa minggu. It’s fun, memiliki penanda yang mudah diingat. Bagi mereka adalah pesta natal, acara tukar kado, secret santa, etc. Bagiku, ini perayaan satu tahun aku berada di antara mereka.
Saat pertama, aku hanya tamu tak diundang, asing. Seperti berada di dunia lain. Just nothing among them. The lucky me, I have supporter there. As usual, with hardworking, only that way I can entering a world. Some months ago I said I’m happy, but now, at least till now, I’m so much happier. Last night party, half of it, was mine!
Last year, they looked at me, stared me, as if I’m an alien. Now, their eyes smiling, as if I’m the most amazing person among them. Allah, thankyou, You’ve give me this hands, You’ve give me this eyes. Thanks for give me this happiness.
Yeah, eventhought I have to face my new year, I wish I wouldn’t face any difficult choices. If I have to, help me again then. Help me, put me to the place where I should be.                                                                                                                                                                                                                                                                  
 When I tried to save this note, suddenly I found my last year note. The title is “Where I belong to?” When I felt dizzy, as if I can’t face it, as if I can’t laugh with them. But, finally I can get my joy with them. Everything become so much better. So much. Too much. Thanks God. Thankyou very much!

2016-11-22

Amnesia

Enyahlah kau pahit
Pergilah sepi
Pening hening ini menggigit
Perih rintihan hati terkunci

Matilah saja kau
Atau bunuhlah aku
Dekat enggan, pergi tak mau
Kau pikir aku kamar mandi?
Tuk tinggal menolak, kuhilang kau meraung

Aku layaknya wanita malam
Dibawa terbang saat pekat
Layaknya angin dingin tuk sulutkan apimu

Ku lelah, ingin diam saja
Ku begah, jika tinggal kau hilang dalam sekejap
Aku bukan ekormu
Bukan kupu-kupu malam
Bukan pula obat penenang

Haruskah aku amnesia?
Ah, mungkin sudah demensia

Lihatlah aku dengan benar, meski bisu
Bukan hanya kata ke kata
Namun dari mata ke mata

Insomnia

Pisang sesisir kubanting
Bibirku terjahit
Inginku menjerit
Tapi hati melilit terhimpit
Tak tahu cara melepas jangkarmu

Soekarno Hatta merah sesaki raga
Jiwa kosong hampa udara
Sekarat

Bahagialah dengan waktumu
Tertawalah seperti para pemburu
Dengan aku mati perlahan tanpa orang tahu
Seperti ikan insomnia mendadak terapung

Tinggallah di atas sana dengan damai
Abaikan saja aku di tanah lumpur
Menjadi pisang busuk yang tak tersentuh

2016-08-14

Secret Garden


Ge. Gadis itu adalah penduduk sekitar kawah Bulan. Meski raganya menyimpan elemen Bumi, ia tak ditakdirkan mengenal manusia-manusia itu. Hingga suatu hari datanglah seseorang dalam sosok manusia.
"Aku datang dari Mars." Sahut pria itu terduduk lemah di ujung tebing yang dilewati Ge.
"Jadi kau bukan manusia?"Tanya gadis bertubuh kecil itu.
"Aku manusia yang tersesat ke tanah Mars. Aku adalah pengembara agar aku mampu hidup. Hanya saja, pesawatku patah. Hingga aku terdampar disini.”
“Hm..tapi kudengar manusia tak sanggup hidup di sini. Selain itu harusnya sulit untuk mereka menapakkan kaki kemari. Namun kenapa kau tampak begitu normal di sini?
“Bukannya aku normal bagimu, hanya saja manusia adalah makhluk paling sempurna di dunia ini, kan? Mungkin aku hanya cukup cakap untuk beradaptasi di Negeri Antariksa. Namun aku belum sepenuhnya mampu untuk menjadi normal menurut kamusmu. Jadi bisakah kau menolongku?"

2016-06-27

Kala angin bertiup..




Terra & Vince ^^


Kala angin bertiup. Ronanya menukik relung mata. Menyala. Auranya paradoks. Raganya seakan melompat-lompat kegirangan. Jiwanya pundung kelabu.
Ingin terbang, selayaknya kupu-kupu. Tak terhentikan. Sayangnya aku bukanlah pahlawan penyelamat. Lakukan saja apa maumu.
Hanya saja, ikutlah aku! Seburuknya, itu lebih baik di bawah langit biru. Aku bukan pahlawan. Namun aku mampu jalankan misi ke awan.
Hei, Kau! Jadi kupu-kupu pun takkan jumpa superhero. Terbang pun takkan selamatkan negeri. Hancurkan kepala batumu!
Tebing dan jurang masih tampak berlian olehmu.
“Ada ruby merah disana, ada besi pedang..aku bisa bahagia dengan itu..”
Tahukah, kau, jika aku tak lebih dari pencuri ulung? Ikutlah denganku, lebih mudah caraku. Seburuknya, itu lebih baik  di antara bukit berbunga.
“Aku kan mati jika kau gagal.” Aku tahu. “Aku lenyap jika kau dustai.” Aku mengerti.
Perlahan atmosfer beralih surealis. Pergerakan samar membayangiku. 
Melompat dengan gila. Terbahak dalam hening. Tersedu dalam satu kedipan. Bersenandung di langkah berikutnya. Apakah dia bayi yang baru lahir?  
Angin masih bertiup tak menentu. Adagio atau presto membingungkan metronome.Sama seperti tiap jengkal tanah yang kulangkahi.
Aku menipunya. Aku tak tahu jalan ke awan atau pun dasar bumi. Aku bahkan tak mengenal ruby merah. Seburuknya, itu lebih baik di tengah tarian cinta.


2016-06-24

'Pahlawan'


Aku, wanita jahat. Aku, kaya muslihat
Dulu.
Aku pencari pangeran. Yang mengejar pahlawan
Dan masih.
Kau pahlawan darinya. Beralih kau lihat aku, gadis gila yang unik
Kau salah. Itu topengku
Tatkala itu.
Kau berubah. Tanggalkan sayap pahlawanmu.
Beralih meraih kuda putih sang ksatria
“Aku pangeran,” katamu lewat sorot mata itu.
Aku penari penarik simpati yang berhasil menebaknya. Berpikir mengikatmu lalu membuangmu.
Kau, pahlawan bodoh. Kau, pangeran yang tertipu. Dalam pikirku.
Lantas,
“Apa ini? Istana malaikat?” Kau bawa aku ke dalamnya buatku terbelalak
Kau membunuhku dalam diam.
Detik  itu.
Aku mati suri. Ragaku kosong.  Di kamar lowong.
Tak ada kau. Tak ada siapa pun.
Selendangku hancur terbakar. Topengku kandas. Pusakaku hilang.
Aku, wanita tak berwajah. Berdarah. Tanpa kancing keduaku.
Namun masih kau pahlawan di luar sana. Pahlawan yang sesungguhnya adalah pencuri terkejam.
Kau di angkasa mengusung jagad raya di planet seberang.
Kutak berharta di sini. Satu termahal kau curi dalam kediaman itu.
Aku tak  kenal lagi siapa aku. Mungkin aku pengejar pencuri.
Kini.
Yang tak ingin biarkan yang hilang di tanganmu.
Aku harus mengambil lagi kancing perakku.
Kumerangkak ke planetmu. Agar tetap hidup aku.
Akan tetapi, kau adalah pangeran berkuda yang dapat lari kencang.
Kau adalah pahlawan bersayap yang bebas menari di antara bintang.
Kau, sekaligus pencuri tak kasat mata paling ulung.
Kau, yang tak tersentuh dalam sepersekian detik pun.
Yang slalu menghilang dalam malam.
Hitam.
Menenggelamkanku dalam sengatan pekat.
Sekarat.