Seperti
tiap kali senja, Naera akan keluar
menyapa taman bunganya yang ada di halaman belakang rumah. Memandikan
flora-flora yang sudah dianggapnya sebagai sahabat setia yang sangat
dicintainya. Meski taman itu tak terlalu luas, berkisar 75 m2, namun
aneka warna bunga selalu menghiasi hari-harinya dengan lengkap, baik mawar,
seruni, tapak dara, pacar air, lily merah jambu, kana kuning dan merah, serta
sedap malam .
Di
sana terdapat serambi kecil simetris dengan pintu rumah yang tepat di
tengahnya. Di situlah Naera akan beristirahat
menikmati tarian indah sahabat-sahabatnya bersama angin, diiringi dengan
dengan klenengan bambu yang tergantung di depan pintu. Tepat di kanan kiri
teras belakang itu melambailah sedap malam dengan warna khasnya yang putih. Bunga
itu sengaja ditanamnya disana, dengan begitu semerbak harumnya lebih terasa
membelainya tiap kali ia memerlukan penyegaran di sana.
Setelah
merampungkan beberapa kesibukan, tepat pada pukul 8.15 Naera kembali ke tempat
favoritnya. Di antara sahabatnya. Malam ini ia sendirian di rumah. Ayah ibunya sedang
pergi kerumah saudaranya di luar kota. Ia pun memutuskan untuk membagi beberapa
topik pembicaraan dengan penghuni tamannya. Melewati sebuah percakapan pengantar tidur.
“Naera,
kamu besok ulang tahun, kan?”sapa Ratkirani si Sedap malam.
“Kamu
tahu dari mana?”
“Yang
pasti ada narasumber.. Hm..kalau begitu kudoakan semoga kamu tambah baik lagi
dalam mengekspresikan diri dan perasaan.... biar bisa menghasilkan karya-karya
yang lebih menakjubkan, bebas tapi tetep indah sebagai seorang pelukis..”
“Ya,
benar! Semoga di usia yang
semakin berkurang semakin banyak keberkahan untukmu dan selalu dalam lindungan
Tuhan!” seru Kana
“Amiiin!!”seru
bunga-bunga lainnya dan tentu saja Naera.
“Wah,
terimakasih teman-teman.. ! Hm.. Tapi aku tak paham denganmu Ratkirani, apakah
selama ini aku berwajah datar? Kurang ekspresi?”
“Hm..menurutku
begitu, kamu harus keluarkan semua imajinasimu, dan tunjukan perasaanmu, lalu buatlah
sebuah lukisan yang tak pernah dilihat oleh orang lain sebelumnya.. yang bisa
menyentuh perasaan penikmatnya, ya seperti selayaknya kau merawat kami.”
“Hm..
begitu maksudmu?” sahut Naera seraya menoleh ke belakang, ke arah dalam ruangan
di belakangnya, sebuah foyer kecil dengan beberapa lukisan karyanya. “Kau benar
juga, mereka terlalu realis naturalis.. Ah, tapi kan karena aku bukanlah
pelukis, hanya tukang gambar, ini pun hanya pekerjaan sambilanku untuk membuat
lukisan potret sesuai orderan..hitung-hitung menambah uang saku kuliahku..”
“Kalau
begitu kenapa tak jadi pelukis saja sekalian? Menurutku kamu cukup berbakat, basic-mu pun kurasa juga tak lemah.. sayang
jika bakat itu cuma kamu pakai untuk.. ya gampangnya menjiplak, perasaanmu
sendiri takkan pernah bisa tersampaikan, sepertinya kamu perlu sedikit
terbuka.. cobalah tinggalkan zona amanmu..”
“Aish,
kenapa kau mendadak berceramah?!”sahut Balsamina si Pacar Air.
“Ya
benar, sok tahu sekali, yang kamu tahu paling-paling cuma caranya pakai
parfum.”tambah Seruni.
“Justru
karena itu, saat aku bisa menebarkan pesonaku, aku ingin melakukan yang
terbaik. Begitu pula seharusnya Naera, apa aku salah?”
“Ya,
kau benar, Ratkirani.. “sahut Naera.
“Ah,
Naera, jangan terlalu dipikirkan, Ratkirani juga yang ia tahu hanya teori,
jangan berpikir terlalu serius!” seru Kana.
“Yaa,
aku akui aku memang hanya banyak teori, bagaimana pun kan aku jenis tanaman evergreen jadi aku bisa belajar banyak,
yah, meskipun tak bisa merealisasikan teori itu. Ah, intinya menyanyi, melukis, menulis puisi..
harus bisa menyentuh hati penikmatnya, karena pujian bagus sudah biasa kau
dapatkan, tapi kalau yang menikmati sampai menangis itu baru luar biasa.. Begitulah
Nae,,”
“Aku
nih yang nggak paham..”sahut Seruni
“Ya,
misalnya aja, abis putus... disetelin lagunya Geisha – Lumpuhkan Ingatanku pasti nangis meraung-raung tuh orang, kalau
emang cinta beneran haha..”
“Kayaknya
pengalamanmu, nangis meraung-raung pas abis putus sama Roseus..”komentar White Rose.
“Sorry
ya nggak level, kalau aku mah langsung nyanyi lagunya 7 Icons - Playboy, atau nyanyi SNSD
- Run Devil. Ah, atau lagunya Peterpan
– Menghapus Jejakmu, sambil tersenyum
lihat hujan hehe..”
”Aish,
sok kamu bisa nyanyi aja..”protes Roseus si Tapak Dara nggak terima.
“Ah,
apa kamu mau dengar aku menyanyi? Aku juga punya lagu spesial buat kamu,
lagunya 2NE1 – Hate You!”
“Hei,
kenapa kalian jadi berdebat gini? Selalu beginikah tiap aku nggak ada?”
“Sudahlah,
biasa saja, Nae, mereka emang sudah biasa kayak gini.” Sahut Lily. Naera pun
mendadak termenung.
“Hei,
kenapa bengong?”tegur Ratkirani
“Hanya
berpikir, kalau sebenarnya aku melukis potret juga bukan tanpa arti, selain
untuk urusan bisnis, orderan, beberapa orang yang kulukis potretnya atau tempat
yang kulukis secara realis juga tak tentu tanpa makna. Itu adalah media untukku
belajar, selain itu kan aku sendiri juga tak suka melukis sekedarnya dengan
obyek seketemunya.. itu juga bentuk luapan perasaanku..”papar Nae menanggapi
perkataan Ratkirani.
“Yah,
Nae, saya kan nggak bilang menggambar
obyek, atau potret nyata itu tidak bermakna sama sekali... karena saya berkeyakinan
sekecil apapun suatu tindakan memiliki arti dan makna bahkan dari suatu hal
yang dianggap sepele sekalipun. Selain itu aku nggak nyuruh untuk mengambar
obyek seketemunya juga kali -.-, tapi coba mengambar yang lebih menunjukan
perasaan kamu. Ya,, walaupun saya nggak begitu paham lukisan, tapi sebagai
salah satu penikmat karya seni sedikit banyak saya bisa merasakan perasaan yang
tertuang dalam suatu karya meskipun masih terbatas/ kurang peka hehe..” sahut
ratkirani menanggapi.
“Hash, aku pusing mendengarkanmu!”seru Kana pada Ratkirani.
“Oh
ya, meluapkan atau melampiaskan perasaan diri sendiri berbeda dengan menunjukan
dan membagi persaan dengan orang lain. Seorang seniman yang baik adalah seniman
yang bisa membagi perasaanya dengan orang lain melalui karya seninya, bukan
hanya sekedar meluapkannya. Itulah bedanya ketika kita hanya berteriak untuk
meluapkan perasaan, dengan menyanyikan lagu yang berirama tertentu untuk
menunjukan perasaan hati kita. Perlu ada pelajaran atau kesan tertentu dalam
tiap karya..”
“Agh,
kau benar-benar membuatku menjadi mengantuk!” seru Roseus “Lebih baik kau buat
saja satu lukisan sebagai contoh, jangan banyak bicara!”
Naera
sedikit tersenyum mendengar kata-kata Roseus.
“Hm..
benar juga, aku jadi penasaran, bagaimana perasaanmu sekarang Ratki!”
“Hoho..
aku lebih memilih menutupi perasaanku dan menyelimuti dengan pesona yang aku
suka sesuai kondisi.... lagipula aku tak suka orang lain melihat kedalam diriku
, karena yang bisa dan boleh melihat kedalam hanya satu orang, soulmate spesial, seseorang yang bisa memahami
tanpa harus dijelaskan. Sebab menjelaskan itu merepotkan (-.-)” balas Ratkirani
lagi.
“Aku memang suka melihat, membaca, memahami
jiwa atau perasaan orang lain karena itu akan sangat berguna untuk mendapatkan
apa yang kamu mau dari orang tersebut, kamu bisa tahu kelebihan dan bagaimana
kamu memanfaatkan orang tersebut.... atau kamu bisa mengetahui apa yang menjadi
kelemahan orang tersebut. Bahkan jika kamu cukup pintar dalam mengumpulkan
informasi, mengolah kata-kata, dan cukup ahli memainkan perasaan orang
tersebut,, pertama kamu bisa mengerti apa yang terjadi sebelumnya pada orang
tersebut, sedang terjadi pada orang tersebut, atau yang akan dilakukan orang
tersebut, kamu jadi bisa pura-pura jadi cenayang atau peramal, biasanya kalau
pas PDKT lumayan ampuh ini, dan kedua kamu bisa memanipulasi orang tersebut, tapi
tahap ini butuh waktu pendekatan yang lebih lama karena perlu adanya rasa
percaya dari target.” Tutur Ratki di saat Lily, White Rose, Purple Rose, Roseus dan Balsamina sudah tertidur.
“Masalahnya aku berpikir berbeda soal
perasaan, kadang juga belum tentu orang tanya itu karena dia nggak paham, bisa saja
kan dia hanya sedikit memastikan, lebih baik kan daripada sok tahu,, dan masalahnya
aku juga tak suka memanipulasi perasaan orang sih yaa, aku kan cinta kejujuran
dan ketulusan hehe,, ^-^ kalo orang tersebut tak mau berurusan sama aku ya sudah
aku takkan memaksa, karena aku juga tak suka repot. Tapi kalau emang dia peduli
ke aku, nggak usah pakai manipulasi pasti bakal nawarin bantuan & kasih apa
yang kita mau juga mungkin mempercayakan sesuatu pada kita.. Kepercayaan pun kayaknya
gak perlu pendekatan waktu lama, kalau kamu ngrasa butuh waktu lama itu mungkin
karena kamu nggak tulus baik ke dia, coz ketulusan itu pasti bisa dirasakan.. Terus
kalau pun kita udah tulus dia masih nggak percaya, itu berarti dia sendiri
bukanlah orang yang bisa dipercaya,,”
“Oh
ya, memanipulasi, bukan cuma kita saja yang bisa pakai tetapi juga bisa berlaku
sebaliknya. ada maksud di balik kepedulian... jangan terlalu percaya. Waspadalah!
Waspadalah!”
“Kenapa
pembicaraan ini jadi seribet ini?”gerutu Kana.
“Ntahlah,
mungkin Ratkirani sedang badmood
setelah putus dengan Roseus, jadi melantur bicaranya.. sekarang Nae ketularan
deh..”sahut Seruni. Ratkirani bisa mendengarnya dan membuatnya tersadar akan
ekspresi Naera yang memburuk.
“Mm..apa
kau marah?”tanya Ratki pada Nae. “Maaf, jika kata-kataku membuatmu tak nyaman. Itu
karena aku tak mau kau sepertiku, yang selalu dipuja, namun dalam sesaat
dicampakan. Karena ku tak bisa mempertahankan sisi terbaikku dalam waktu lama.
Karena itu kau harus perkuat potensimu..”
“Aku
mengerti maksudmu..”kata Nae. “Aku justru sedang merasa senang, kau peduli
padaku. Sebab kau benar, temanku, yang merupakan penggemar rahasiamu pun pernah
mengatakan hal yang sama.. yang saat itu aku ada di posisi tanpa arah. Ia
membuat membuatku berpikir dan akhirnya menemukan apa yang selama ini kucari,
tentang apa yang harus kulakukan..”
“Siapakah
orang itu?”
“Dia..
aku juga tak tahu siapa dia sebenarnya, tapi ia pernah membuatku merasa kecil.
Yang membuatku berpikir aku bukanlah seseorang yang menarik, tanpa kemampuan
apa pun, juga membosankan. Tapi tak kusangka justru dia yang mengajarkanku,
bagaimana harusnya hidupku..”kata Naera seraya menatap lekat pada sebuah
lukisan.
“Mungkinkah,
dia yang ada di lukisan potret itu?” Naera mengangguk.
“Di
awal, sejujurnya aku melukisnya tanpa alasan yang sangat berarti, hanya karena
ia goodlooking dan sepertinya bagus
untuk promosi di awal bisnis jadi tukang gambar ini. Tapi semakin lama, semakin
hari berjalan, aku yang selalu melihat lukisan itu disana, dan dengan semua
nasihatnya, aku jadi berpikir lagi, apa artinya ia untukku? Apa artinya aku
untuknya? Dan apakah ia sungguh memikirkanku sedemikiannya?”renung Naera pada
Ratki yang juga turut termenung.
“Mungkinkah
selama ini kamu pikir ia tak peduli padamu?”tanya Ratki kemudian.
“Ya,
bisa jadi begitu, aku tak yakin siapa sebenarnya yang tak peduli. Kami tak
terlalu dekat, bahkan hingga sekarang. Hampir tak pernah berbicara satu sama
lain. Namun mendadak ia seperti itu. Aku tahu mungkin aku memang berlebihan
menanggapinya yang asal bicara, tapi aku tak bisa mengingkari kalau dia hebat,
mungkin hasil belajarnya selama ini benar-benar dipraktekkannya, tanpa
bertanya, tanpa komunikasi secara langsung, atau kalau pun hanya kebetulan, ia
sangat hebat, untuk mampu menembak dengan tepat sasaran. Padaku. Pada apa yang
telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi serta apa yang harus
kulakukan..”
“Mm..
tapi tunggu! Bukankah selama ini kamu
cerita ada beberapa orang yang yang bisa pahami perasaanmu?”
“Itu
memang benar, karena beberapa orang itu adalah tipe orang yang care ke orang lain, lagipula aku juga
sudah terlalu banyak menyerahkan kepercayaan pada orang lain.. terlalu banyak
ceritakan tentang diriku ke orang lain, ya seperti yang kulakukan padamu ini. Selain
itu, dunia di kampus sekarang, teman-temanku sekarang sangat berbeda dengan
teman-temanku di masa lalu. Lantas seseorang di lukisan itu yang rupanya
berbeda. Selama ini ia tak pernah tampak peduli padaku, juga sepertinya ia tak
pernah melihat keberadaanku di antara orang-orang dalam kelompok sepermainan di
masa lalu itu, tapi tak mengira dari semuanya ialah yang paling bisa
menghargaiku. Dibandingkan dengan orang yang kupikir paling baik di masa itu,
penggemarmu itu jauh lebih baik, Ratki..”
“Ah,
sudahlah, diambil sisi positifnya saja. Seseorang, kan, juga bisa berubah tiap
saat, atau bisa saja ia diam-diam memperhatikanmu. Daripada pusing
memikirkannya sebaiknya kau istirahat!”sela Kana.
“Ya,
benar. Beristirahatlah, lalu persiapkan hari baru yang baik untuk kita semua!”dukung
Seruni.
“Baiklah,
aku mengerti, percakapan pengantar tidur ini memang sedikit melelahkan. Kalau begitu
aku masuk dulu, kalian juga beristirahatlah. Selamat malam!”
“Selamat
malam!” balas Ratki, Kana dan Seruni.
No comments:
Post a Comment