2014-10-13

Sebuah Percakapan Pengantar Tidur


Seperti tiap kali senja,  Naera akan keluar menyapa taman bunganya yang ada di halaman belakang rumah. Memandikan flora-flora yang sudah dianggapnya sebagai sahabat setia yang sangat dicintainya. Meski taman itu tak terlalu luas, berkisar 75 m2, namun aneka warna bunga selalu menghiasi hari-harinya dengan lengkap, baik mawar, seruni, tapak dara, pacar air, lily merah jambu, kana kuning dan merah, serta sedap malam .
Di sana terdapat serambi kecil simetris dengan pintu rumah yang tepat di tengahnya. Di situlah Naera akan beristirahat  menikmati tarian indah sahabat-sahabatnya bersama angin, diiringi dengan dengan klenengan bambu yang tergantung di depan pintu. Tepat di kanan kiri teras belakang itu melambailah sedap malam dengan warna khasnya yang putih. Bunga itu sengaja ditanamnya disana, dengan begitu semerbak harumnya lebih terasa membelainya tiap kali ia memerlukan penyegaran di sana.
Setelah merampungkan beberapa kesibukan, tepat pada pukul 8.15 Naera kembali ke tempat favoritnya. Di antara sahabatnya. Malam ini ia sendirian di rumah. Ayah ibunya sedang pergi kerumah saudaranya di luar kota. Ia pun memutuskan untuk membagi beberapa topik pembicaraan dengan penghuni tamannya. Melewati sebuah percakapan pengantar tidur.
“Naera, kamu besok ulang tahun, kan?”sapa Ratkirani si Sedap malam.
“Kamu tahu dari mana?”
“Yang pasti ada narasumber.. Hm..kalau begitu kudoakan semoga kamu tambah baik lagi dalam mengekspresikan diri dan perasaan.... biar bisa menghasilkan karya-karya yang lebih menakjubkan, bebas tapi tetep indah sebagai seorang pelukis..”
“Ya, benar! Semoga di usia yang semakin berkurang semakin banyak keberkahan untukmu dan selalu dalam lindungan Tuhan!” seru Kana
“Amiiin!!”seru bunga-bunga lainnya dan tentu saja Naera.
“Wah, terimakasih teman-teman.. ! Hm.. Tapi aku tak paham denganmu Ratkirani, apakah selama ini aku berwajah datar? Kurang ekspresi?”
“Hm..menurutku begitu, kamu harus keluarkan semua imajinasimu, dan tunjukan perasaanmu, lalu buatlah sebuah lukisan yang tak pernah dilihat oleh orang lain sebelumnya.. yang bisa menyentuh perasaan penikmatnya, ya seperti selayaknya kau merawat kami.”
“Hm.. begitu maksudmu?” sahut Naera seraya menoleh ke belakang, ke arah dalam ruangan di belakangnya, sebuah foyer kecil dengan beberapa lukisan karyanya. “Kau benar juga, mereka terlalu realis naturalis.. Ah, tapi kan karena aku bukanlah pelukis, hanya tukang gambar, ini pun hanya pekerjaan sambilanku untuk membuat lukisan potret sesuai orderan..hitung-hitung menambah uang saku kuliahku..”
“Kalau begitu kenapa tak jadi pelukis saja sekalian? Menurutku kamu cukup berbakat, basic-mu pun kurasa juga tak lemah.. sayang jika bakat itu cuma kamu pakai untuk.. ya gampangnya menjiplak, perasaanmu sendiri takkan pernah bisa tersampaikan, sepertinya kamu perlu sedikit terbuka.. cobalah tinggalkan zona amanmu..”
“Aish, kenapa kau mendadak berceramah?!”sahut Balsamina si Pacar Air.
“Ya benar, sok tahu sekali, yang kamu tahu paling-paling cuma caranya pakai parfum.”tambah Seruni.
“Justru karena itu, saat aku bisa menebarkan pesonaku, aku ingin melakukan yang terbaik. Begitu pula seharusnya Naera, apa aku salah?”
“Ya, kau benar, Ratkirani.. “sahut Naera.
“Ah, Naera, jangan terlalu dipikirkan, Ratkirani juga yang ia tahu hanya teori, jangan berpikir terlalu serius!” seru Kana.
“Yaa, aku akui aku memang hanya banyak teori, bagaimana pun kan aku jenis tanaman evergreen jadi aku bisa belajar banyak, yah, meskipun tak bisa merealisasikan teori itu. Ah, intinya menyanyi, melukis, menulis puisi.. harus bisa menyentuh hati penikmatnya, karena pujian bagus sudah biasa kau dapatkan, tapi kalau yang menikmati sampai menangis itu baru luar biasa.. Begitulah Nae,,”
“Aku nih yang nggak paham..”sahut Seruni
“Ya, misalnya aja, abis putus... disetelin lagunya Geisha – Lumpuhkan Ingatanku pasti nangis meraung-raung tuh orang, kalau emang cinta beneran haha..”
“Kayaknya pengalamanmu, nangis meraung-raung pas abis putus sama Roseus..”komentar White Rose.
“Sorry ya nggak level, kalau aku mah langsung nyanyi lagunya 7 Icons - Playboy, atau nyanyi SNSD - Run Devil. Ah, atau lagunya Peterpan – Menghapus  Jejakmu, sambil tersenyum lihat hujan hehe..”
”Aish, sok kamu bisa nyanyi aja..”protes Roseus si Tapak Dara nggak terima.
“Ah, apa kamu mau dengar aku menyanyi? Aku juga punya lagu spesial buat kamu, lagunya 2NE1 – Hate You!”
“Hei, kenapa kalian jadi berdebat gini? Selalu beginikah tiap aku nggak ada?”
“Sudahlah, biasa saja, Nae, mereka emang sudah biasa kayak gini.” Sahut Lily. Naera pun mendadak termenung.
“Hei, kenapa bengong?”tegur Ratkirani
“Hanya berpikir, kalau sebenarnya aku melukis potret juga bukan tanpa arti, selain untuk urusan bisnis, orderan, beberapa orang yang kulukis potretnya atau tempat yang kulukis secara realis juga tak tentu tanpa makna. Itu adalah media untukku belajar, selain itu kan aku sendiri juga tak suka melukis sekedarnya dengan obyek seketemunya.. itu juga bentuk luapan perasaanku..”papar Nae menanggapi perkataan Ratkirani.
“Yah, Nae, saya kan nggak bilang menggambar obyek, atau potret nyata itu tidak bermakna sama sekali... karena saya berkeyakinan sekecil apapun suatu tindakan memiliki arti dan makna bahkan dari suatu hal yang dianggap sepele sekalipun. Selain itu aku nggak nyuruh untuk mengambar obyek seketemunya juga kali -.-, tapi coba mengambar yang lebih menunjukan perasaan kamu. Ya,, walaupun saya nggak begitu paham lukisan, tapi sebagai salah satu penikmat karya seni sedikit banyak saya bisa merasakan perasaan yang tertuang dalam suatu karya meskipun masih terbatas/ kurang peka hehe..” sahut ratkirani menanggapi.
“Hash,  aku pusing mendengarkanmu!”seru Kana pada Ratkirani.
“Oh ya, meluapkan atau melampiaskan perasaan diri sendiri berbeda dengan menunjukan dan membagi persaan dengan orang lain. Seorang seniman yang baik adalah seniman yang bisa membagi perasaanya dengan orang lain melalui karya seninya, bukan hanya sekedar meluapkannya. Itulah bedanya ketika kita hanya berteriak untuk meluapkan perasaan, dengan menyanyikan lagu yang berirama tertentu untuk menunjukan perasaan hati kita. Perlu ada pelajaran atau kesan tertentu dalam tiap karya..”
“Agh, kau benar-benar membuatku menjadi mengantuk!” seru Roseus “Lebih baik kau buat saja satu lukisan sebagai contoh, jangan banyak bicara!”
Naera sedikit tersenyum mendengar kata-kata Roseus.
“Hm.. benar juga, aku jadi penasaran, bagaimana perasaanmu sekarang Ratki!”
“Hoho.. aku lebih memilih menutupi perasaanku dan menyelimuti dengan pesona yang aku suka sesuai kondisi.... lagipula aku tak suka orang lain melihat kedalam diriku , karena yang bisa dan boleh melihat kedalam hanya satu orang, soulmate spesial, seseorang yang bisa memahami tanpa harus dijelaskan. Sebab menjelaskan itu merepotkan (-.-)” balas Ratkirani lagi.
 “Aku memang suka melihat, membaca, memahami jiwa atau perasaan orang lain karena itu akan sangat berguna untuk mendapatkan apa yang kamu mau dari orang tersebut, kamu bisa tahu kelebihan dan bagaimana kamu memanfaatkan orang tersebut.... atau kamu bisa mengetahui apa yang menjadi kelemahan orang tersebut. Bahkan jika kamu cukup pintar dalam mengumpulkan informasi, mengolah kata-kata, dan cukup ahli memainkan perasaan orang tersebut,, pertama kamu bisa mengerti apa yang terjadi sebelumnya pada orang tersebut, sedang terjadi pada orang tersebut, atau yang akan dilakukan orang tersebut, kamu jadi bisa pura-pura jadi cenayang atau peramal, biasanya kalau pas PDKT lumayan ampuh ini, dan kedua kamu bisa memanipulasi orang tersebut, tapi tahap ini butuh waktu pendekatan yang lebih lama karena perlu adanya rasa percaya dari target.” Tutur Ratki di saat Lily, White Rose, Purple Rose, Roseus dan Balsamina sudah tertidur.
Masalahnya aku berpikir berbeda soal perasaan, kadang juga belum tentu orang tanya itu karena dia nggak paham, bisa saja kan dia hanya sedikit memastikan, lebih baik kan daripada sok tahu,, dan masalahnya aku juga tak suka memanipulasi perasaan orang sih yaa, aku kan cinta kejujuran dan ketulusan hehe,, ^-^ kalo orang tersebut tak mau berurusan sama aku ya sudah aku takkan memaksa, karena aku juga tak suka repot. Tapi kalau emang dia peduli ke aku, nggak usah pakai manipulasi pasti bakal nawarin bantuan & kasih apa yang kita mau juga mungkin mempercayakan sesuatu pada kita.. Kepercayaan pun kayaknya gak perlu pendekatan waktu lama, kalau kamu ngrasa butuh waktu lama itu mungkin karena kamu nggak tulus baik ke dia, coz ketulusan itu pasti bisa dirasakan.. Terus kalau pun kita udah tulus dia masih nggak percaya, itu berarti dia sendiri bukanlah orang yang bisa dipercaya,,”
“Oh ya, memanipulasi, bukan cuma kita saja yang bisa pakai tetapi juga bisa berlaku sebaliknya. ada maksud di balik kepedulian... jangan terlalu percaya. Waspadalah! Waspadalah!”
“Kenapa pembicaraan ini jadi seribet ini?”gerutu Kana.
“Ntahlah, mungkin Ratkirani sedang badmood setelah putus dengan Roseus, jadi melantur bicaranya.. sekarang Nae ketularan deh..”sahut Seruni. Ratkirani bisa mendengarnya dan membuatnya tersadar akan ekspresi Naera yang memburuk.
“Mm..apa kau marah?”tanya Ratki pada Nae. “Maaf, jika kata-kataku membuatmu tak nyaman. Itu karena aku tak mau kau sepertiku, yang selalu dipuja, namun dalam sesaat dicampakan. Karena ku tak bisa mempertahankan sisi terbaikku dalam waktu lama. Karena itu kau harus perkuat potensimu..”
“Aku mengerti maksudmu..”kata Nae. “Aku justru sedang merasa senang, kau peduli padaku. Sebab kau benar, temanku, yang merupakan penggemar rahasiamu pun pernah mengatakan hal yang sama.. yang saat itu aku ada di posisi tanpa arah. Ia membuat membuatku berpikir dan akhirnya menemukan apa yang selama ini kucari, tentang apa yang harus kulakukan..”
“Siapakah orang itu?”
“Dia.. aku juga tak tahu siapa dia sebenarnya, tapi ia pernah membuatku merasa kecil. Yang membuatku berpikir aku bukanlah seseorang yang menarik, tanpa kemampuan apa pun, juga membosankan. Tapi tak kusangka justru dia yang mengajarkanku, bagaimana harusnya hidupku..”kata Naera seraya menatap lekat pada sebuah lukisan.
“Mungkinkah, dia yang ada di lukisan potret itu?” Naera mengangguk.
“Di awal, sejujurnya aku melukisnya tanpa alasan yang sangat berarti, hanya karena ia goodlooking dan sepertinya bagus untuk promosi di awal bisnis jadi tukang gambar ini. Tapi semakin lama, semakin hari berjalan, aku yang selalu melihat lukisan itu disana, dan dengan semua nasihatnya, aku jadi berpikir lagi, apa artinya ia untukku? Apa artinya aku untuknya? Dan apakah ia sungguh memikirkanku sedemikiannya?”renung Naera pada Ratki yang juga turut termenung.
“Mungkinkah selama ini kamu pikir ia tak peduli padamu?”tanya Ratki kemudian.
“Ya, bisa jadi begitu, aku tak yakin siapa sebenarnya yang tak peduli. Kami tak terlalu dekat, bahkan hingga sekarang. Hampir tak pernah berbicara satu sama lain. Namun mendadak ia seperti itu. Aku tahu mungkin aku memang berlebihan menanggapinya yang asal bicara, tapi aku tak bisa mengingkari kalau dia hebat, mungkin hasil belajarnya selama ini benar-benar dipraktekkannya, tanpa bertanya, tanpa komunikasi secara langsung, atau kalau pun hanya kebetulan, ia sangat hebat, untuk mampu menembak dengan tepat sasaran. Padaku. Pada apa yang telah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi serta apa yang harus kulakukan..”
“Mm.. tapi tunggu! Bukankah  selama ini kamu cerita ada beberapa orang yang yang bisa pahami perasaanmu?”
“Itu memang benar, karena beberapa orang itu adalah tipe orang yang care ke orang lain, lagipula aku juga sudah terlalu banyak menyerahkan kepercayaan pada orang lain.. terlalu banyak ceritakan tentang diriku ke orang lain, ya seperti yang kulakukan padamu ini. Selain itu, dunia di kampus sekarang, teman-temanku sekarang sangat berbeda dengan teman-temanku di masa lalu. Lantas seseorang di lukisan itu yang rupanya berbeda. Selama ini ia tak pernah tampak peduli padaku, juga sepertinya ia tak pernah melihat keberadaanku di antara orang-orang dalam kelompok sepermainan di masa lalu itu, tapi tak mengira dari semuanya ialah yang paling bisa menghargaiku. Dibandingkan dengan orang yang kupikir paling baik di masa itu, penggemarmu itu jauh lebih baik, Ratki..”
“Ah, sudahlah, diambil sisi positifnya saja. Seseorang, kan, juga bisa berubah tiap saat, atau bisa saja ia diam-diam memperhatikanmu. Daripada pusing memikirkannya sebaiknya kau istirahat!”sela Kana.
“Ya, benar. Beristirahatlah, lalu persiapkan hari baru yang baik untuk kita semua!”dukung Seruni.
“Baiklah, aku mengerti, percakapan pengantar tidur ini memang sedikit melelahkan. Kalau begitu aku masuk dulu, kalian juga beristirahatlah. Selamat malam!”
“Selamat malam!” balas Ratki, Kana dan Seruni.

No comments:

Post a Comment