Kemarin nggak sengaja nemu naskah drama
jadul ini waktu beres-beres lemari buku. Naskah ini dibuat pas SMA. Selain
untuk tugas juga untuk refreshing pas pelajaran Bahasa Indonesia. Genrenya sih
maunya romance-comedy, tapi nggak tahulah, jadinya gini ini. Ini memori yang
cukup berkesan, dalam sehari main akting, terus nonton aktingnya temen-temen
Eclipse yang dari kelompok lain di kelas..
Sumpah dah, di SMAku, kayaknya cuma kelas Eclipse doang yang nyantai
banget gini.
"Tunggu
Aku, Bersamaku..."
Remaja... Ya itulah masa kita saat ini, dan
percintaanlah yang menjadi masalah sehari-hari. Di sebuah SMA Negeri di kota
Cinta, ada seorang siswa bernama Sheivan.
Dia seorang pemain basket terkenal di sekolah itu. Wajahnya yang tampan membuat
semua wanita jatuh cinta padanya. Namun, ada apa dibalik ketampanannya???
Siang ini, langit tampak cerah dan bersahabat.
Tak seperti suasana kemarin, kemarin, dan kemarinnya lagi. Matahari pun seakan
berbagi kehangatannya. Suasana siang ini, seakan melengkapi suasana hati Karin
yang sedang berbunga-bunga saat menemui kekasihnya di lapangan basket, Sheivan.
1.Karin :"Sayang,
capek ya?? Jam segini kok masih latihan...
Panas tau nggak?? Sudah pake' sunblock belum?? Ntar kamu
dekil lho, nggak cakep lagi deh!! Duh, banyak banget sih keringatnya?? Sini aku bersihin yank.. Ehh, ini aku bawain
Ponari Sweat biar nggak dehidrasi kamunya.. Aku bukain ya.. Ehmmh! Ah, aku kok sepertinya nggak kuat ya... Kamu buka sendiri deh... Kamu sudah makan belum? Ke kantin yuuukk.. Aku pengen
lihat kamu makan, kalau aku, kan, aku
lagi diet. Ntar anterin aku beli anting ya, sudah jadul nih antingku.. Eh, kamu kok
diem?? (lalu lihat Sheivan yang lagi minum) Ya, udah lanjutin minumnya..”
2. Sheivan : (sambil
menutup botol) "Iya, sayang... Nanti aku antar."
Sesaat kemudian, Karin dan Sheivan tiba di
kantin. Seperti biasanya, celotehan Karin mulai mendominasi perbincangan mereka
berdua.
3.Karin : "Sayang,
kamu mau makan apa? Aku pesenin bakso
ya.. Eh, tapi bakso banyak lemaknya. Kamu
maunya apa? Mie ayam? Tapi kamu, kan .
alergi ayam... Apa mau beef steak?
Tapi di sini nggak ada. Ya, udah aku pesenin nasi putih sama sosis goreng yang rendah lemak ya, biar kamu tetap OK..."
4. Sheivan : "Iya, apa
pun yang kamu mau, pasti aku lakukan. Jangankan makan, nyebur lautan aku juga mau. Asal lautannya cuma 1 meter.."
Sesampainya di sebuah Mall, atau lebih tepatnya
di sebuah Toko Accessoies, Karin dan Sheivan segera membuka pintu toko
tersebut dan masuk ke dalamnya. Dirasakannya hawa sejuk yang berasal dari AC yang mungkin sudah sering mereka nikmati.
5. Karin : "Sayang, bagus yang pink apa yang merah? Hati atau bulan
sabit? Kayaknya
cantik yang panjang, tapi cute yang pendek. Gimana, Sayang?” (sambil
pilih-pilih anting).
6. Sheivan : (kring..kring..
HPnya berbunyi)”Iya, Beibh..”(jalan
keluar toko)
7. Cheries : “Beibh,
jemput aku sekarang di salon biasa!! Jangan telat!! Aku nggak suka
nungguin kamu!! Jangan lelet!! Pokoknya cepet!
8. Sheivan
: “Tapi aku lagi latihan basket, Beibh.”
9. Cheries : “Ahh,
aku nggak mau denger!! Jangan banyak alasan deh!
Cepetan nggak?!”
10. Sheivan
: “Iya..iya.. Ini lagi jalan ke
parkiran.”
11. Cheries : “Ok..” (sambil mengakhiri teleponnya)
Sheivan
pun pergi meninggalkan Karin.
12. Karin : “Yank,
gimana bagus yang mana? (menoleh mencari keberadaan Sheivan)
Yaa.. aku ditinggal. Gimana sih??”
Sheivan tiba di salon dengan diselimuti perasaan takut.
Karena pacarnya yang satu ini, Cheries, hobi sekali marah-marah. Dulu saja saat
awal manis sekali sikapnya, tak tahunya punya darah tinggi.. :-o
13. Cheries : “Lama banget sih! Capek tau!!”\
14. Sheivan : “Iya, iya. Maaf, aku, kan masih latihan basket. Harus ijin
dulu. Mana sulit
lagi, kan
mau tanding, Beibh..”
15. Cheries : “Udah
deh!! Nggak usah banyak alasan!! Tasku tuh!”
(menunjuk tas dan
belanjaan)
Sheivan
langsung mengambil barang-barang Cheries dan membawanya ke mobil)
Keesokan
harinya, Sheivan akan tanding basket. Suasana siang itu panas sekali. Namun, semangat
Sheivan untuk bermain basket tak akan pernah padam untuk membuktikan kepada kekasihnya
bahwa dia memang laki-laki yang paling perfect
di sekolah itu.
16.
Karin :
“Sayang, maksud kamu apa? Kamu pergi ninggalin
aku!! Tega kamu!! HP
kamu tuh kemana,
sih? Digondol kucing??”
17.
Sheivan :
(mimik datar) “Ya, gimana ya?? Abis aku..” (kring..kring.. HPnya
berbunyi)
18. Cheries : “Beibh,
surprise..!! Aku datang buat nyemangatin kamu lho.. Ciayo, Beibh-
ku..”
Tett.. tettt… Pertandingan dimulai.
Benar sekali, bintang lapangan siang itu adalah Sheivan. Berkali-kali dia mendapatkan
three point.
19. Cheries : “Ayo, Beibh.. Masukin
bolanya!!!”
20.
Karin :
(di tribun, tepat di sebelah Cheries)“Sayangku.. spirit..!”
21.
Grace :
“Honey-ku hebat!!!” (sambil mengirim
SMS pada Sheivan, ijin pulang lebih awal)
Tettt… tettt… Pertandingan berakhir. Kemenangan diraih
oleh tim basket SMA Sheivan. Sheivan sangat lelah, namun dia tak mau
menampakkannya di muka umum. Pemuda itu pun duduk di bawah pohon. Tak
ketinggalan, kekasihnya pun menghampiri untuk memberikan perhatian.
22.
Cheries :
“Ehh, kamu siapa sih!! Pake’ bawain minum segala buat
cowokku!”
23.
Karin :
“Ehh, ya kamu itu siapa? Sok
perhatian segala sama cowok orang!!
Dia itu cowokku!!!”
Dia itu cowokku!!!”
24.
Cheries :
“Kamu??!! Aku itu ceweknya tau!”
25.
Karin :
“Ceweknya?? Loe sadar nggak, loe itu
siapa? Jangan mimpi deh jadi ceweknya
Sheivan!! Temenan sama loe aja paling dia ogah!!!”
Sheivan!! Temenan sama loe aja paling dia ogah!!!”
26.
Sheivan :
(garuk-garuk kepala, bingung cari celah buat ngomong)
27.
Cheries :
“Eh, jaga ya mulut kamu!!”
28.
Karin :
“Heloouw, please deh, cewek yang ngaku-ngaku ceweknya
Sheivan!!”
29.
Sheivan :
(nada tinggi)“Sudah-sudah! Abi ini sudah capek
sama kelakuan kalian berdua.
Nggak Ami Karin, nggak Ami Cheries sama saja. Lebih baik abi madu tiga saja.”
Nggak Ami Karin, nggak Ami Cheries sama saja. Lebih baik abi madu tiga saja.”
Keesokan harinya Sheivan pergi ke rumah Grace untuk
menghilangkan kebosanannya, serta pastinya untuk melupakan masalahnya dengan
Karin dan Grace.
(tok.. tok.. tok..)
30.
Grace :
(buka pintu)“Ehh, ada Honey.. Ayo masuk! Kok nggak bilang sih kalau mau
dateng? Kan aku belum nyiapain
apa-apa buat kamu.”
31.
Sheivan :
“Iya, maaf. Aku lagi pusing. Dari pada suntuk lihat bulan yang benderang
sendirian, lebih
baik abi lihat bulan yang cerah di wajah kamu.”(sambil tersenyum)
32. Grace : “Terimakasih, Honey.. So sweet deh kamu..”
(kring..kringg.. HP bunyi) “Bentar ya Honey..”(pergi ke dapur lalu ngomong ke telepon) “Iya,. Baik.. kamu? Eh,
sudah makan belum? Semalam aku mimpi kamu lho..
Masih ada bayangan kamu di hatiku.. Apalagi waktu kamu kasih liontin cinta
putih itu,, Oh, aku? Lagi di hatimu, Sayang..”
33.
Sheivan :
(datang merebut HP milik Grace dan mematikannya) “Apa??!! Sayang??
Kamu lagi ngobrol
sama siapa sih???
34.
Grace :
“Hmm..bukan siapa-siapa. Itu loh, sohib aku..
Biasalah..”
35.
Sheivan :
“Kenapa sih, tiap kamu sama aku HPmu
selalu bunyi dan alasan kamu selalu
sama, sohibmu yang katanya cewek. Tapi cara kamu ngomong mesra
banget!
Siapa dia
sebenarnya?? Cowok, kan??!! Kamu itu beneran sayang nggak sih
sama aku??”
36.
Grace :
“Kamu itu kenapa, sih? Sulit banget percaya sama aku?? Capek tau dengerin
semua
tuduhan-tuduhan kamu.”
37.
Sheivan :
“Udah deh, kamu itu..”
38.
Grace :
“Udahlah, Honey.. udah ya.. Nggak usah diperpanjang lagi. Lebih baik
kita
makan kue
buatanku aja. Kamu suka, kan? Sini aku suapin.”
39.
Sheivan :
“Udah aku pulang aja. Kamu suapin aja sana sohibmu itu!! (langsung pergi)
Sheivan tak habis pikir dengan semua kelakuan
pacar-pacarnya. Dia jadi berpikir mungkin itu semua adalah balasan dari sifat
buruknya selama ini. Dia pun berjanji di dalam hatinya bahwa ia tidak akan
mengulangi perbuatannya yang suka mempermainkan wanita. Dia akan mencoba untuk
setia pada satu hati.
Langit di malam itu tak senada dengan suasana hati
Sheivan. Pemuda itu benar-benar sedang tak focus saat perjalanan pulang. Hingga
tiba-tiba..
40.
Alris :
“Aaaaaarrrrgggghhhh…!!!!!!”(terjatuh
tepat di depan motor Sheivan yang
berhenti
mendadak) “Agh!”(merintih kesakitan)
41.
Sheivan :
(turun dari motor) “Maaf, maaf. Kamu nggak
papa? Ada yang sakit nggak?”
(sambil membantu
merapikan buku-buku Alris yang berserakan)
42.
Alris :
“Oh, nggak papa kok. Beneran, deh.” (mimik nggak meyakinkan, sambil
sibuk beresin
buku)
43. Sheivan : “Ya sudah. Kalau gitu. Sini aku bantu. (mengulurkan tangan membantu Alris bangun)
44.
Alris :
“Makasih.”
45.
Sheivan :
“Mm..kenalin aku Sheivan”
46.
Alris :
“Ah, aku Alris.”
47.
Sheivan :
“Ngomong-ngomong mau kemana?”
48.
Alris :
“Aku mau pulang.”
49.
Sheivan :
“Oh, tapi kamu bisa jalan? Apa perlu aku antar? Mungkin sebagai bentuk
permohonan maaf
aku ke kamu. Gimana, Ris?”
50.
Alris :
“Nggak usah deh. Ntar malah ngrepotin. Rumahku deket, kok. Terimakasih.”
51.
Sheivan :
“Tapi, kan, ini udah malam. Kamu cewek
lagi. Aku antar ya..”
52.
Alris :
“Hmm..gimana ya..”
53.
Sheivan :
“Udah deh, bareng aku aja.”
54.
Alris :
“Ya udah deh kalau gitu..”
Sepanjang perjalanan, Sheivan berterimakasih pada Tuhan
karena di saat ia sedih, dia mendapatkan anugerah terindah dari Tuhan.
55.
Alris :
“Terimakasih ya, Van, udah nganterin
aku pulang sampai rumah.”
56.
Sheivan :
“Sama-sama.”
57.
Alris :
“Ehh, motor kamu bagus juga ya..”
58.
Sheivan :
(agak kaget tiba-tiba ngomongin motor) “Ah, terimakasih.” (lalu bergerak
seakan mau masuk
ke rumah Alris)
59. Alris : (menahan Sheivan) “Mm..mau kemana?
Maaf banget ya, aku nggak bisa ajak kamu masuk. Nggak enak masukin tamu cowok
malem-malem, apalagi ortuku lagi nggak
dirumah. Aku juga masih harus ngerjain tugas.”
60. Sheivan : “Oh, iya. Nggak papa, kok. Ya, udah
kalau gitu. Aku pulang dulu. Maaf udah hampir nabrak kamu. Mm..ya udah, selamat malam!”
61.
Alris :
“Malam..”
Semalaman Sheivan terbayang-bayang oleh sosok Alris.
Alris memang merupakan anak rajin dan pintar di sekolahnya. Hari-harinya
dihiasi dengan buku yang sering dia baca.
Esoknya, di perpustakaan sekolah saat istiratrat, Alris
tampak duduk di sambil membaca buku. Dan entah kenapa, Sheivan ingin
menghilangkan kebosanannya dengan cara pergi ke perpustakaan, berharap
mendapatkan suasana baru, tak melulu keributan kelas atau lapangan dimana ia
biasanya berada. Hingga ia pun mendapat kejutan yang menakjubkan. Ternyata
Alris adalah teman satu sekolahnya. Dilihatnya gadis itu sedang asyik membaca
sebuah buku.
62.
Sheivan :
“Alris?? Kamu Alris, kan?? Yang
semalam hampir Abi Sheivan tabrak?”
63.
Alris :
(mimik datar)“Abi Sheivan?? Siapa ya?? Emang
kita pernah kenal?”
64.
Sheivan :
“Semudah itukah kau lupakan cowok seganteng aku?”
65. Alris : “Hm.. Ah, iya..iya, aku ingat
sekarang! Kamu cowok yang bawa motor CBR itu, kan?”
66. Sheivan : “Yang diingat kok motornya sih? Emang cakepan motornya, ya, dari pada
aku?”
67.
Alris :
“Ya, gitu deh..”(sambil melanjutkan
membaca)
68. Sheivan : (duduk di samping Alris lalu berdesis)
“Susah banget sih naklukin cewek satu
ini? Cueknya nggak nguatin.
Seumur-umur nggak pernah deh kayak gini. Biasanya baru kenal
langsung jadian. Lha ini..?? dasar cewek
perfect!!! Ugh, aku kok dicuekin sih?! Ngajak ngobrol dong..”
69.
Alris :
“Eh, Van..”
70. Sheivan : (berbisik dengan senyum sumringah
membelakangi Alris) “Yes!” (berbalik
menghadap Alris dengan sok jaim) “Iya, ada apa, Ris?”
71. Alris : “Ini ada buku bagus, lho. Coba deh baca, daripada kamu nganggur.”
(menyodorkan buku kalkulus lalu kembali membaca)
72. Sheivan : (menggerutu)“Yah, cuma ngomong gitu doang? Dikacangin lagi deh..” (sambil menoleh ke buku) “Yah, kok matematika, sih!”
Hari berganti hari telah dilalui. Hubungan Alris dan Sheivan
semakin dekat. Alris sering menghiasi hari-harinya bersama Sheivan dan motor atau
mobil kerennya Sheivan. Sore itu Sheivan menelepon Alris untuk meminta ijin pergi
ke rumah Alris malam itu. Pemuda tersebut ingin memberikan sesuatu kepada Alris
malam itu juga. Sebab ia merasa tidak
ada kesempatan lagi di lain hari. Malam itulah saat yang paling tepat untuk
menyampaikannya
73.
Sheivan :
(menelepon) “Halo, Alris..”
74.
Alris :
“Iya, ini aku, Van..”
75. Sheivan : “Ris, ntar malam aku ke rumahmu, ya. Kan, sekarang malam minggu. Selain itu
juga ada yang pengen aku sampaikan ke
kamu. Suatu hal yang selama ini telah lama terpendam dan rasanya tidak bisa
ditunda lagi.”
76. Alris : “Maksud kamu apa, Van? Tumben
kedengarannya serius banget. Pakai
kata-kata tak bisa ditunda segala, seolah kamu akan pergi ninggalin aku aja?”
77. Sheivan : “Sudahlah, nanti kujelaskan. Kamu cukup
tunggu aku,, untuk bersamaku..”(lalu mengakhiri panggilan)
78. Alris : “Bersamamu? Sheivan??? Halo..
Sheivan? Sheivan?? Yah.. dimatiin.
Ada apa, sih, dengannya?”
Malam itu tak secerah biasanya. Gerimis kecil disertai angin
turun ke muka bumi. Alris merasa ada sesuatu yang tak biasa. Dia menanti
kedatangan Sheivan sambil menatap indahnya lampu-lampu kota dari dalam
kamarnya. Sesaat kemudian, ia beralih memandangi ponselnya, barangkali ada
penjelasan lagi dari Sheivan. Hingga suara benturan keras di luar terdengar
hingga ke dalam kamar Alris. Gadis itu pun langsung berlari ke luar rumah untuk
melihat apa yang terjadi di luar sana.
79. Alris : (histeris dan berlari menghampiri
Sheivan yang jatuh terguling dari motornya) “Sheivaaannnnn…..!!!!” (backsound: ♫ ST12
– Saat
Terakhir ♫)
Tak disangka sebuah motor dari arah berlawanan menabrak
Sheivan yang hendak putar balik ke arah rumah Alris.
80. Alris : “Sheivan!! (sangat shock dan meratapi tubuh Sheivan yang kepalanya
berdarah)
81. Sheivan : (dengan kepala dipangkuan Alris) “Alris..
aku.. aku sayang kamu..” (Meraih tangan
Alris dan memberikan sebuah kalung berliontin hati)
82. Alris : (menangis dan terisak)“Van, bangun,
kamu harus bertahan! Aku mohon jangan pergi dulu.. Jangan tinggalin aku!! Kumohon,, Van..
Gimana aku bisa hidup tanpa kamu.. Karena aku juga sangat sayang sama
kamu.. karena itu kumohon jangan pergi dulu.. kalau kamu pergi, siapa nanti
yang nraktir aku lagi? Siapa yang nganter aku pake’ motor bagus dan mobil mewah? Siapa juga yang beliin aku novel-novel bestseller??? Sheivan.. kamu nggak boleh
mati..
83. Sheivan : (hendak meraih wajah Alris tapi tak kesampaian,
kemudian menghembuskan napas terakhir)
84. Alris : “Sheivaannn!! Aku mohon.. aku mohon
jangan pergi.. jangan tinggalkan aku Sheivan.. Sheivaann…” (masih terisak lantas
meletakkan tubuh Sheival ke tanah dan beranjak meraba-raba tanah meraih
sesuatu) “Sheivan,, mungkinkah ini maksudmu tak bisa ditunda?? Lalu haruskah
aku ikut denganmu? Bukankah kamu memintaku untuk bersamamu?? Ya! Aku tahu, ini
mungkin yang terbaik.. (menggoreskan pecahan kaca motor ke pergelangan tangan
lalu melemah menahan sakit dan tergeletak di samping Sheivan lantas berbisik)
“Sheivan, kau juga.. tunggu aku, untuk bersamamu, mari kita bertemu lagi..”
(kemudian menghembuskan napas terakhir)
Inilah akhir dari perjalanan cinta Sheivan. Ingin sekali
Alris merengkuh dan tak membiarkan Sheivan pergi. Namun, semuanya sudah
terlambat. Sheivan tak bisa kembali lagi untuk mendapatkan cinta sejatinya. Hanya
tersisa satu keputusan yang sanggup dibuat Alris, yaitu mengorbankan dirinya. Semoga
Alris dan Sheivan dapat bertemu kembali dan hidup bahagia di surga serta
mendapatkan cinta sejatinya di alam sana…
♥♥♥ TAMAT ♥♥♥
Presda Suwanda H. : Sheivan
Annisa Bias N. C : Karin
Chindy Saktias P. : Cheries
Aliyah Adek R. : Grace
Me :-o : Alris
Nindyo Glorita M. : Narator
No comments:
Post a Comment