Di awal, Red Queen tampak seperti seekor singa, namun
beberapa minggu berlalu, perlahan aku melihat bahwa ada kemungkinan ia adalah
White Queen yang sedang menyamar. Atau
White Queen yang hilang ingatan lalu mengira ia adalah Red Queen. Perlahan pula
aku merasa ada sesuatu yang bisa mengembalikannya sebagai White Queen. Hari itu
tepat satu bulan. Semua yang ada adalah staf sejak tahun dan empat tahun lalu. Ada pula bu Putu
sebagai petugas kebersihan disana sudah satu tahun bekerja.
“Kamu termasuk lama sih disini, biasanya dua minggu
gitu staf baru udah pada ilang lagi. Nggak ada yang betah kena marah si cantik.”
Kata Bu Putu. Aku pun baru tahu jika orang-orang disitu memanggil bosku dengan
istilah si cantik.
Dalam satu bulan ini aku pun mempelajari banyak hal. Mulai
dari system kerja di kantor ini, pengenalan bahan bangunan yang selama ini tak
pernah kudapat, pendalaman software (bagian ini aku ngospek temenku sih buat
ngajarin) sampai mempelajari faktor lain yang membuat orang-orang di masa lalu
nggak betah. Saat itu aku yakin semua
itu tak mutlak kesalahan Red Queen.
Di waktu berikutnya ada dua staf baru yang benar
hanya mampu bertahan dua minggu. Sebenarnya
aku menderita juga, meski jarang kena marah. Namun aku berusaha bertahan. Aku
percaya akan ada perubahan yang lebih baik disini (mungkin aku agak kepedean
kali ini). Why? Sebab aku beberapa
kali bertemu White Queen di dalam diri Red Queen. White Queen yang selama ini
tak terlihat orang lain. Bulan ketiga pas sekali dengan bulan Ramadhan. Lalu apa
yang terjadi, our Queen mendadak hobi bikin ta’jil. Sepertinya hampir tiap hari
aku buka puasa gratis. Tiap pulang kerja bawa kotak makan yang isinya
bervariasi tiap harinya, asli masakan The
Queen (mungkin aku betah karena hal ini, sekali pun mungkin ada jampi-jampi
rahasianya don’t care lah :D).
Tak lama setelah itu pun datang dua orang staf baru.
Ujung-ujungnya mereka sering curhat ke aku tentang kejutekan staf “pengospek”
dan omelan-omelan our queen, plus tentang perbedaan life style yang ada. Aku
tak tahu apakah studio kecil ini penting untukku atau tidak, seberapa besar
studio ini berarti untukku, sama sekali aku belum tahu. Namun aku tahu kenapa
aku bertahan, yaitu agar mereka bisa curhat padaku. Saat awal aku tak bisa
curhat, atau pun minta bantuan pada siapa pun di kantor ini. Semua orang
terlalu cuek dengan dunia masing-masing. Merasa sendiri itulah yang membuat
pendatang baru akhirnya pergi.
Dalam teoriku, sekejam apa pun bos yang kita miliki,
kita akan baik-baik saja selama kita memiliki teman yang bisa diajak berbagi
perasaan. Setidaknya kini, dengan teoriku aku bisa mendapatkan dua teman baru
yang dapat bertahan hingga mereka memasuki bulan keempatnya, bahkan berdasarkan
Bu Putu Award, kali ini kami berhasil memecahkan record. Sebagai staf angkatan
baru yang mampu bertahan lebih dari satu bulan ^-^
In the end,
para senior sudah merasa mampu berdiri sendiri, satu persatu pergi. Apa-apaan
ini? Tersisa empat orang yang baru lulus belum sampai setahun, dengan seniornya
murni hanya Bu Wiwid, si principal. Panic
attact. Para staf yang ada pada kurang pengalaman, tapi proyeknya terlanjur
banyak.
“Siap perang, kan? Kalau bareng-bareng pasti bisa! Meski
kita cewek semua (padahal satu cowok), tapi kita bisa jadi macan. Yang penting otak tetep fungsi
kita aman kok.” Kata si cantik di suatu sore santai. "Kamu juga, Ris, cobalah belajar motor, abis ini ibu beliin motor kantor kalau kamu sekiranya belum bisa beli motor sendiri.. kalau udah bisa motoran kan gampang kalau ngecek proyek. Asal kamu nggak nyasar-nyasar sih!" - sepertinya si cantik ini lupa kalau proyekku kebanyakan jauh di kawasan Malaka, yang bener aja motoran.
Pak Putu Mahendra pernah bicara soal tumbuh bersama. Bahkan ia yang sudah dipercaya orang akan
mampu membuat kandang sendiri pun memilih untuk tumbuh bersama-sama di kandang orang lain.
Meski mungkin kami berada di tingkat yang berbeda, tapi aku yakin inti dari
pemahaman itu akan memiliki hasil yang juga baik untuk semua orang. Baik atau
tidak suatu rumah tergantung penghuninya, dapat merawatnya atau tidak.
Hari ini tanpa sengaja kami bermain-main di studio. Selama
ini kami cukup sering terganggu dengan sorot cahaya matahari yang menerpa meja kerja
putih kami. Lalu kami pun tanpa sengaja menemukan keping DVD warna biru gelap
yang dapat meredam pantulan cahaya yang menyilaukan itu, menguraikan cahaya itu
menjadi pelangi-pelangi di langit-langit studio kami. Entah bagaimana bisa,
tapi kenyataannya kami sangat heboh, sangat gembira, hanya karena hal sederhana
itu. Sederhana tapi bisa menampilkan kecantikan yang mengagumkan, setidaknya
bagi kami. Hanya jika kita sedikit
peduli pada hal yang kecil, yang sederhana.
Cukup sedikit peduli, maka tak kan ada istilah tersesat atau pun
terjebak, untuk diri sendiri atau pun orang lain.
Bahagia itu sederhana. Seperti pelangi, kita tak
perlu identik sama. Boleh berbeda, boleh kecil, namun saat kita bersama-sama
kita bisa tumbuh menjadi cantik. Ketika mampu mempertahankan itu, akan ada saat
semuanya benar-benar menyatu dengan sendirinya menjadi cahaya putih terang. Dan
kembali lagi, seterik apa pun itu, yang menyengat, menyakitkan, ada saat cahaya
itu bisa terurai menjadi sesuatu yang lebih menyenangkan. Hanya jika kita
sedikit peduli untuk mengahadapinya, dan menyelesaikannya, bukan menghindarinya.
This is the
beginning of my new wonder town.. Where I can still laugh happily.. Everything that looks unlikely to happen could happen in many ways..
No comments:
Post a Comment