Memasuki bulan April, sebulan sudah aku tinggal di
Pulau Dewata. Setelah merenung di Pantai Pulau Serangan, menikmati matahari
terbit di Pantai Sanur dan menyusuri Pantai Kuta bersama mentari senja, kini aku
mencoba mengintip sisi Utara, yaitu kawasan Desa Mengwi Kabupaten Badung.
Tanggal 12 April itu bersama teman yang sama kami mencoba menjelajahi Bali
kembali.
Menurut sejarah, Pura Taman Ayun adalah pura utama
bagi Kerajaan Mengwi yang dibangun pada abad 17 (sekitar tahun 1634) oleh raja
pertama. Arsiteknya berasal dari China. Pura ini dirancang dengan disertai
kolam yang mengelilingi. Taman ini memiliki luas sekitar 100 x 250 m2.
Saat pertama kali memasuki area wisata Taman Ayun
ini, begitu kami memarkir sepeda motor di halaman gerbang utama. Kami sudah
disambut oleh pemandangan hijau pepohonan yang mengelilingi kolam teratai yang
terlihat begitu sejuk dan cantik. Setelah Pelataran Luar, kami memasuki area
berikutnya yang serba hijau. Teletubies!! Spontan itu yang terpikir olehku.
Bergulung-gulung di atas hamparan hijaunya rumput yang terlihat begitu lembut
di sisi kiri jalan. Wisatawan yang datang kali itu kebanyakan golongan orang-orang
bermata sipit. Tapi kami tak peduli pada wisatawan dan lebih kepada sibuk
memotret sana sini membicarakan si hijau yang serupa dengan halaman bermain
teletubies.
Sampai akhirnya kami menaiki anak tangga memasuki
gerbang berikutnya. Kami berdua kaget. Tempat cek tiket?? Memangnya loket
pembelian tiketnya dimana, tahu-tahu sudah tempat pengecekan? Setelah bertanya
pada petugas kami akhirnya berjalan kembali ke arah gerbang pertama. Gara-gara
si hijau punya Teletubies kami jadi tak sadar dengan adanya sosok loket
pembelian tiket di kanan jalan. Seperti di tempat wisata pada umumnya di Bali
ini, wisata domestik dikenai biaya IDR 10.000 dan IDR 20.000 untuk wisatawan
mancanegara.
Memasuki Pelataran Dalam bagian kedua. Beberapa
literatur menjelaskan bahwa di area ini terdapat simbol kekuatan Dewa Nawa
Sanga. Simbol itu diwujudkan dengan
relief-relief yang terdapat di setiap penjuru mata angin area ini. Dari area
ini terlihat meru-meru dari area Pelataran Dalam bagian ketiga,yaitu area
paling sakral yang tak boleh didatangi pengunjung. Terdapat pintu utama di tengah
yang hanya dibuka saat upacara keagamaan sebagai akses pretima, arca dan
peralatan upacara lainnya. Sedangkan di sisi kanan kirinya terdapat juga pintu
untuk kegiatan sehari-hari dan jalur pengunjung untuk lebih jelas menikmati
keindahan bangunan meru, dengan meru tertinggi memiliki tumpang sebelas.
Beberapa waktu lalu, pada masa-masa kuliah, aku
pernah beberapa kali bermimpi dengan mimpi satu dan lainnya seolah bersambung.
Ada sosok tokoh yang sama di mimpi itu yang membuatku berpikir itu adalah mimpi
berseri. Berdasarkan buku catatan harianku ada 8 seri mimpi. Pada seri keenam,
aku masih kuliah semester tujuh. Dalam mimpi itu aku berjalan bersama orang yang
sama. Ada begitu banyak pohon. Jalan yang kami lalui memiliki beberapa spot
berstep, naik dan turun dengan di bawah sana ada sungai. Jalan itu
bercabang-cabang dan seperti berlapis-lapis karena perbedaan ketinggian yang
ada. Di mimpi itu kami kebingungan mencari jalan. Dan persis seperti mimpi, ada
bagian kami pun sedikit kebingungan mencari dan memilih jalan untuk kembali
keluar.
Photos by Asq & CP
No comments:
Post a Comment