2015-07-22

Bali Tour: Pura Taman Ayun



Memasuki bulan April, sebulan sudah aku tinggal di Pulau Dewata. Setelah merenung di Pantai Pulau Serangan, menikmati matahari terbit di Pantai Sanur dan menyusuri Pantai Kuta bersama mentari senja, kini aku mencoba mengintip sisi Utara, yaitu kawasan Desa Mengwi Kabupaten Badung. Tanggal 12 April itu bersama teman yang sama kami mencoba menjelajahi Bali kembali.

Menurut sejarah, Pura Taman Ayun adalah pura utama bagi Kerajaan Mengwi yang dibangun pada abad 17 (sekitar tahun 1634) oleh raja pertama. Arsiteknya berasal dari China. Pura ini dirancang dengan disertai kolam yang mengelilingi. Taman ini memiliki luas sekitar 100 x 250 m2.

Saat pertama kali memasuki area wisata Taman Ayun ini, begitu kami memarkir sepeda motor di halaman gerbang utama. Kami sudah disambut oleh pemandangan hijau pepohonan yang mengelilingi kolam teratai yang terlihat begitu sejuk dan cantik. Setelah Pelataran Luar, kami memasuki area berikutnya yang serba hijau. Teletubies!! Spontan itu yang terpikir olehku. Bergulung-gulung di atas hamparan hijaunya rumput yang terlihat begitu lembut di sisi kiri jalan. Wisatawan yang datang kali itu kebanyakan golongan orang-orang bermata sipit. Tapi kami tak peduli pada wisatawan dan lebih kepada sibuk memotret sana sini membicarakan si hijau yang serupa dengan halaman bermain teletubies. 

Sampai akhirnya kami menaiki anak tangga memasuki gerbang berikutnya. Kami berdua kaget. Tempat cek tiket?? Memangnya loket pembelian tiketnya dimana, tahu-tahu sudah tempat pengecekan? Setelah bertanya pada petugas kami akhirnya berjalan kembali ke arah gerbang pertama. Gara-gara si hijau punya Teletubies kami jadi tak sadar dengan adanya sosok loket pembelian tiket di kanan jalan. Seperti di tempat wisata pada umumnya di Bali ini, wisata domestik dikenai biaya IDR 10.000 dan IDR 20.000 untuk wisatawan mancanegara.

Memasuki Pelataran Dalam bagian kedua. Beberapa literatur menjelaskan bahwa di area ini terdapat simbol kekuatan Dewa Nawa Sanga. Simbol  itu diwujudkan dengan relief-relief yang terdapat di setiap penjuru mata angin area ini. Dari area ini terlihat meru-meru dari area Pelataran Dalam bagian ketiga,yaitu area paling sakral yang tak boleh didatangi pengunjung. Terdapat pintu utama di tengah yang hanya dibuka saat upacara keagamaan sebagai akses pretima, arca dan peralatan upacara lainnya. Sedangkan di sisi kanan kirinya terdapat juga pintu untuk kegiatan sehari-hari dan jalur pengunjung untuk lebih jelas menikmati keindahan bangunan meru, dengan meru tertinggi memiliki tumpang sebelas.

 Beberapa waktu lalu, pada masa-masa kuliah, aku pernah beberapa kali bermimpi dengan mimpi satu dan lainnya seolah bersambung. Ada sosok tokoh yang sama di mimpi itu yang membuatku berpikir itu adalah mimpi berseri. Berdasarkan buku catatan harianku ada 8 seri mimpi. Pada seri keenam, aku masih kuliah semester tujuh. Dalam mimpi itu aku berjalan bersama orang yang sama. Ada begitu banyak pohon. Jalan yang kami lalui memiliki beberapa spot berstep, naik dan turun dengan di bawah sana ada sungai. Jalan itu bercabang-cabang dan seperti berlapis-lapis karena perbedaan ketinggian yang ada. Di mimpi itu kami kebingungan mencari jalan. Dan persis seperti mimpi, ada bagian kami pun sedikit kebingungan mencari dan memilih jalan untuk kembali keluar.

Photos by Asq & CP


No comments:

Post a Comment