2015-07-22

Bali Tour: Tanah Lot



“Ke Utara atau Selatan?”
“Kalau ke Utara?”
“Kalau ke Utara ke Tanah Lot. Kalau ke Selatan ke Gunung Payung.”
“Hm..Terserah, tapi kalau ke Selatan,sepertinya kita kesorean lagi..”
“Hm..oke, berarti ke Tanah Lot.”

Melanjutkan penjelajahan, kami kembali menjajal pantai lainnya. Sebenarnya kami sama-sama sudah pernah ke Tanah Lot. Tapi tetap saja penasaran, sebab kunjungan itu sudah lama di masa lalu,di waktu yang berbeda, bersama orang yang berbeda. Hitung-hitung kali ini kami mengisi hari libur kami (14 Mei) dengan sesuatu yang menarik.


Tak disangka jalanan macet luar biasa. Mendekati penginapan Pasific Pan harapan melihat Sunset hilang sudah. Sudah bisa dipastikan kami kemalaman untuk sampai ke tempat tujuan karena berjam-jam macet. Jalanan penuh dengan mobil-mobil dan bus-bus pariwisata yang juga memiliki tujuan yang sama.

Begitu sampai, meski aku sudah pernah ke tempat wisata satu ini rasanya seperti baru pertama kali kemari. Keadaannya jauh berbeda dari beberapa tahun lalu. Tanah Lot yang sekarang seperti lautan manusia. Jajaran toko kerajinan dan rumah makan, rombongan wisatawan dari berbagai penjuru dunia, semua itu membuatku nyaris benar-benar pusing.

Pantai yang berada di Desa Beraban, Kec.Kediri, Kab.Tabanan ini terkenal dengan keberadaan pura yang posisinya menjorok ke laut itu. Seperti yang diulas di beberapa artikel Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari Pura Kahyangan Jagat di Bali, yaitu tempat pemujaan kepada dewa penjaga laut. Gua kecilnya pun terkenal dengan keberadaan ular laut yang dianggap suci, yaitu jelmaan dari selendang seorang Brahmana dari Jawa, Dang Yang Nirartha, yang kemudian mendirikan pura tersebut. Kemudian ular itu pun dianggap sebagai penjaga pura. Katanya sih warna ularnya blaster gitu, tapi entah ingatanku yang buruk atau penglihatanku yang jelek, saat aku melihatnya – waktu itu aku masih SD, yang kulihat ularnya polos gitu aja. Atau mungkin aku salah lihat ular?? Entahlah..

Menurut cerita om Wiki, sekitar tahun 1980, batuan dimana pura itu terbangun sempat rusak dan area di sekitarnya menjadi berbahaya. Oleh karena itu akhirnya pemerintah Jepang memberikan pinjaman sebesar Rp 800 M untuk proyek renovasi, membangun batu buatan.

Sore itu laut tampak sedang pasang. Karena padat pengunjung dimana-mana akhirnya kami hanya memutuskan untuk duduk-duduk saja di gazebo, dan menikmati pemandangan laut dari sana. Sebuah pemandangan menarik, saat tiba-tiba muncul burung-burung kecil menyerbu langit dengan jumlah tak terhingga. Seperti tak ada habis-habis binatang kecil itu terbang berkelompok.

Kami hanya berdiam disana. Menyaksikan kegiatan piknik orang-orang, menikmati semilir angin, melihat sesi pemotretan prewed, sampai matahari benar-benar tenggelam dan hari menjadi gelap menyisakan bintang-bintang yang.. tiba-tiba bergerak.. Oh, bukan bintang ternyata, itu pesawat. Perlahan semua lampu taman pun menyala. Sekeliling kami pun menjadi sepi. Semua bergerak meninggalkan pantai ini. Termasuk kami.

Sebenarnya sih betah untuk stay di sana, Tanah Lot ini tampak menarik di malam hari. Apalagi saat melihat banyaknya bintang terhambur, pantulan sinar lampu di perairan, dan merasakan aroma angin laut yang khas. Sayangnya besok paginya kami harus bekerja, so, we had to save our energy.

No comments:

Post a Comment