Berbekal satu botol kecil air mineral, setelah
menimbang antara Ya dan Tidak, ternyata Ya lebih berat. Setelah mengelilingi
Pura Taman Ayun kami berlanjut melakukan perjalanan jauh. Menuju Desa Candi
Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Kawasan pegunungan yang sejuk – dingin
lebih tepatnya, sensasi yang kami rindukan dari kota Malang(kota kelahiranku)
di saat gerah oleh udara Bali yang panas.
Karena kami sama-sama tak mengenal Bali, maka GPS
adalah modal utama dalam perjalanan ini. Seperti Petualangan Dora, kami melihat
peta dan mencari tanda. Bukan tanda yang berupa jembatan gunung atau
semacamnya, lebih sering nama toko dan warung menjadi tanda penunjuk jalan.
Meski demikian tetap saja, Apakah ini jalan yang benar? Berkali-kali pertanyaan
itu muncul. Barulah setelah kami menemukan jalan besar kami mulai tenang.
Setelah satu jam lebih – entah berapa lebihnya tak
ingat, mendekati kawasan Bedugul, udara sangat terasa perubahannya. Kami serasa
kembali pulang ke Malang. Sampai jalanan
yang kami lewati mulai kompleks, berliku-liku dan menanjak. Pemandangannya
mengingatkanku pada perjalanan lalu saat aku menuju kawasan Bromo. Sensasi yang
cukup mirip. Tak lama kemudian mulai tampak keramaian, yaitu pada persimpangan
antara jalan yang menuju Pura Ulun Danu dan jalan menuju Eka Karya Botanical
Garden. Dari situ kami langsung menuju lokasi danau Beratan. Dari situ kami
sudah bisa melihat pemandangan danau dari kejauhan.
Sesaat kami bingung dengan langitnya, ini efek
mendung atau kabut. Setelah melihat papan nama Pura Ulun Danu, kami pun
memasuki area parkir di sisi kanan jalan. Area parkirnya cukup luas, terlihat pula
toko-toko yang menjual berbagai macam barang, makanan, minuman, dan barang lain
untuk oleh-oleh. Sekitar pukul 12.15, setelah membayar tiket, kami mulai
memasuki sebuah pelataran dengan beberapa bangunan yang khas. Terdapat pula
papan yang memajang peta kawasan wisata
itu, sehingga pengunjung dapat dengan mudah mengetahui jalan mana yang harus
mereka lalui untuk menuju spot-spot yang diinginkan. Ada beberapa pura yang
yang menjadi bagian utamanya, lalu spot bermain untuk anak-anak, tempat
penyewaan boat, restaurant, dan lain-lain.
Dari titik itu kami kembali berjalan. Memasuki area taman
yang tertata sangat bersih dan rapi. Bunga kana bisa dibilang menguasai. Para
pengunjung yang merupakan keluarga dengan anak-anak kecil bisa dipastikan sibuk
memotret anak-anaknya yang heboh ingin bersanding dengan patung-patung hewan.
Beberapa menit kemudian semakin jelaslah sosok pura
di tengah danau. Pura tersebut merupakan
tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu, Dewi Kesuburan bagi umat Hindu.
Siang itu tempat wisata ini sangatlah ramai. Wisatawan domestik dan mancanegara
hampir semuanya menjadi narsis. Tak jarang mereka ambil pose dengan tangan
keatas seolah tengah memegang ujung meru.
Setelah sejenak narsis, aku memilih beristirahat di
sebuah bale bengong – gazebo, yang tersedia. Menikmati semilirnya angin yang
membuatku ingin tidur. Cukup lama mendiamkan raga disana. Hingga kemudian kami
mulai menengok sebuah pintu di belakang gazebo tempat kami istirahat. Air mineral
pun habis, tapi perjalanan ini belum
habis. Aku dan temanku memasuki bagian lain yang dibatasi dinding tebal itu.
Temanku yang bernama Rahman itu masuk lebih dulu. Aku
bersama seorang teman di sana, namun sesaat memasuki area itu aku seperti
terseret ke dalam lain waktu, dimana aku seperti sendirian.
Tatkala aku masuk yang pertama kali tertangkap mataku
adalah langit. Formasi awan yang sangat tak asing bagiku. Seolah langit menjadi
gulungan ombak lautan. Mungkin orang lain menganggap biasa saja. tapi aku
merasa ada yang aneh di bagian itu.
Aku tetap berjalan perlahan sampai pada titik sebuah
jembatan di kejauhan kulihat. Ntah kenapa, jembatan itu, bangunan yang ada,
pepohonan di seberang danau, langit dan semua yang ada membuatku merasa aku
pernah mendatanginya, padahal itu pertama kalinya aku menginjak tanah di sana.
Melihat semua itu langsung muncul sebuah ingatan akan dinding tinggi dan satu
celah pintu. Seketika aku berbalik. Pemandangan yang serupa. Namun aku masih
tak tahu dimana aku melihat semua ini sebelumnya. Perlahan semua kembali
normal. Angin yang membuatku nyaman menormalkan semua alur pikirku. Aku kembali
pada tempat ragaku berada. Sampai pada aku hanya ingin bersenang-senang. Aku
pun mendahului kawanku.
Kami
pun melewati jembatan. Menapak pada area berumput yang tampak bersih. Kami
bersantai di sana, sampai kemudian muncul dua orang gadis berwajah oriental
memintaku memotret mereka berdua. Entah, melihat mereka berdua, cara mereka
berpakaian, khususnya hat yang mereka
pakai itu mengingatkanku pada masa kecilku.
Sebelum waktu Dhuhur
habis, kami kembali keluar. Melewati lagi taman bunga, tapi kami memilih
jalur di sisi lainnya. Sampai aku melihat pohon-pohon tinggi, seperti tiang
penopang langit. Dibawah tiang langit itu juga terdapat bangku menyerupai
batang kayu yang melintang. Aku narsis sejenak. Lalu kembali berjalan dan
menemukan sebuah adegan, yaitu detik-detik lebah mengitari bunga berwarna
biru-ungu.
“Man foto!”seruku. sahabatku pun mengambil
kameranya, berjuang menjadi fotografer yang baik, bersabar namun harus cekatan,
mencari waktu yang tepat untuk memotret lebah dan bunga itu.
Tak jauh dari area parkir Pura Ulun Danu ada sebuah
masjid. Kami mampir kesana sejenak. Setelah sekian lama di Bali, di tempat
inilah pertama kalinya aku mendengar adzan dan bertemu masjid. Rasanya seperti
bertemu harta karun yang begitu banyak.
Untuk ke masjid itu kami harus melintasi beberapa
anak tangga karena posisi masjid ini bisa dibilang sangat tinggi. Kemuadian
sampailah pada area wudlu. Dari situ kami tak bisa langsung memasuki area
sembayang, kami masih harus naik lagi dan sampailah pada pelataran masjid.
Pintu masuknya pun tak tepat di depan tangga, kami masih perlu berjalan sedikit
ke kiri. Tempat yang unik. Disi pelataran masjid ini kami bisa melihat
pemandangan danau dengan leluasa dari ketinggian.
Sesaat ingin berlama-lama di halaman masjid itu. tapi
kami tak punya banyak waktu di bawah langit mendung.
Setelah kembali menempuh perjalanan yang cukup lama,
aku sampai kembali di rumah kos dengan selamat. Akhirnya aku ingat dimana aku
pernah melihat pemandangan ‘misterius’
tadi, yaitu di dalam mimpi seri ketujuh.
Photos by Asq
No comments:
Post a Comment