2015-07-22

Bali Tour: Pura Ulun Danu Beratan

Berbekal satu botol kecil air mineral, setelah menimbang antara Ya dan Tidak, ternyata Ya lebih berat. Setelah mengelilingi Pura Taman Ayun kami berlanjut melakukan perjalanan jauh. Menuju Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Kawasan pegunungan yang sejuk – dingin lebih tepatnya, sensasi yang kami rindukan dari kota Malang(kota kelahiranku) di saat gerah oleh udara Bali yang panas.

Karena kami sama-sama tak mengenal Bali, maka GPS adalah modal utama dalam perjalanan ini. Seperti Petualangan Dora, kami melihat peta dan mencari tanda. Bukan tanda yang berupa jembatan gunung atau semacamnya, lebih sering nama toko dan warung menjadi tanda penunjuk jalan. Meski demikian tetap saja, Apakah ini jalan yang benar? Berkali-kali pertanyaan itu muncul. Barulah setelah kami menemukan jalan besar kami mulai tenang.

Setelah satu jam lebih – entah berapa lebihnya tak ingat, mendekati kawasan Bedugul, udara sangat terasa perubahannya. Kami serasa kembali pulang ke Malang.  Sampai jalanan yang kami lewati mulai kompleks, berliku-liku dan menanjak. Pemandangannya mengingatkanku pada perjalanan lalu saat aku menuju kawasan Bromo. Sensasi yang cukup mirip. Tak lama kemudian mulai tampak keramaian, yaitu pada persimpangan antara jalan yang menuju Pura Ulun Danu dan jalan menuju Eka Karya Botanical Garden. Dari situ kami langsung menuju lokasi danau Beratan. Dari situ kami sudah bisa melihat pemandangan danau dari kejauhan.

Sesaat kami bingung dengan langitnya, ini efek mendung atau kabut. Setelah melihat papan nama Pura Ulun Danu, kami pun memasuki area parkir di sisi kanan jalan.  Area parkirnya cukup luas, terlihat pula toko-toko yang menjual berbagai macam barang, makanan, minuman, dan barang lain untuk oleh-oleh. Sekitar pukul 12.15, setelah membayar tiket, kami mulai memasuki sebuah pelataran dengan beberapa bangunan yang khas. Terdapat pula papan yang  memajang peta kawasan wisata itu, sehingga pengunjung dapat dengan mudah mengetahui jalan mana yang harus mereka lalui untuk menuju spot-spot yang diinginkan. Ada beberapa pura yang yang menjadi bagian utamanya, lalu spot bermain untuk anak-anak, tempat penyewaan boat, restaurant, dan lain-lain.

Dari titik itu kami kembali berjalan. Memasuki area taman yang tertata sangat bersih dan rapi. Bunga kana bisa dibilang menguasai. Para pengunjung yang merupakan keluarga dengan anak-anak kecil bisa dipastikan sibuk memotret anak-anaknya yang heboh ingin bersanding dengan patung-patung hewan.

Beberapa menit kemudian semakin jelaslah sosok pura di tengah danau. Pura tersebut  merupakan tempat pemujaan kepada Sang Hyang Dewi Danu, Dewi Kesuburan bagi umat Hindu. Siang itu tempat wisata ini sangatlah ramai. Wisatawan domestik dan mancanegara hampir semuanya menjadi narsis. Tak jarang mereka ambil pose dengan tangan keatas seolah tengah memegang ujung meru.
 

Setelah sejenak narsis, aku memilih beristirahat di sebuah bale bengong – gazebo, yang tersedia. Menikmati semilirnya angin yang membuatku ingin tidur. Cukup lama mendiamkan raga disana. Hingga kemudian kami mulai menengok sebuah pintu di belakang gazebo tempat kami istirahat. Air mineral pun habis,  tapi perjalanan ini belum habis. Aku dan temanku memasuki bagian lain yang dibatasi dinding tebal itu.
Temanku yang bernama Rahman itu masuk lebih dulu. Aku bersama seorang teman di sana, namun sesaat memasuki area itu aku seperti terseret ke dalam lain waktu, dimana aku seperti sendirian.
Tatkala aku masuk yang pertama kali tertangkap mataku adalah langit. Formasi awan yang sangat tak asing bagiku. Seolah langit menjadi gulungan ombak lautan. Mungkin orang lain menganggap biasa saja. tapi aku merasa ada yang aneh di bagian itu.

Aku tetap berjalan perlahan sampai pada titik sebuah jembatan di kejauhan kulihat. Ntah kenapa, jembatan itu, bangunan yang ada, pepohonan di seberang danau, langit dan semua yang ada membuatku merasa aku pernah mendatanginya, padahal itu pertama kalinya aku menginjak tanah di sana. Melihat semua itu langsung muncul sebuah ingatan akan dinding tinggi dan satu celah pintu. Seketika aku berbalik. Pemandangan yang serupa. Namun aku masih tak tahu dimana aku melihat semua ini sebelumnya. Perlahan semua kembali normal. Angin yang membuatku nyaman menormalkan semua alur pikirku. Aku kembali pada tempat ragaku berada. Sampai pada aku hanya ingin bersenang-senang. Aku pun mendahului kawanku.

Kami pun melewati jembatan. Menapak pada area berumput yang tampak bersih. Kami bersantai di sana, sampai kemudian muncul dua orang gadis berwajah oriental memintaku memotret mereka berdua. Entah, melihat mereka berdua, cara mereka berpakaian, khususnya hat yang mereka pakai itu mengingatkanku pada masa kecilku.

Sebelum waktu Dhuhur  habis, kami kembali keluar. Melewati lagi taman bunga, tapi kami memilih jalur di sisi lainnya. Sampai aku melihat pohon-pohon tinggi, seperti tiang penopang langit. Dibawah tiang langit itu juga terdapat bangku menyerupai batang kayu yang melintang. Aku narsis sejenak. Lalu kembali berjalan dan menemukan sebuah adegan, yaitu detik-detik lebah mengitari bunga berwarna biru-ungu.
“Man foto!”seruku. sahabatku pun mengambil kameranya, berjuang menjadi fotografer yang baik, bersabar namun harus cekatan, mencari waktu yang tepat untuk memotret lebah dan bunga itu. 
 


Tak jauh dari area parkir Pura Ulun Danu ada sebuah masjid. Kami mampir kesana sejenak. Setelah sekian lama di Bali, di tempat inilah pertama kalinya aku mendengar adzan dan bertemu masjid. Rasanya seperti bertemu harta karun yang begitu banyak.

Untuk ke masjid itu kami harus melintasi beberapa anak tangga karena posisi masjid ini bisa dibilang sangat tinggi. Kemuadian sampailah pada area wudlu. Dari situ kami tak bisa langsung memasuki area sembayang, kami masih harus naik lagi dan sampailah pada pelataran masjid. Pintu masuknya pun tak tepat di depan tangga, kami masih perlu berjalan sedikit ke kiri. Tempat yang unik. Disi pelataran masjid ini kami bisa melihat pemandangan danau dengan leluasa dari ketinggian.

Sesaat ingin berlama-lama di halaman masjid itu. tapi kami tak punya banyak waktu di bawah langit mendung.

Setelah kembali menempuh perjalanan yang cukup lama, aku sampai kembali di rumah kos dengan selamat. Akhirnya aku ingat dimana aku pernah melihat pemandangan ‘misterius’ tadi, yaitu di dalam mimpi seri ketujuh.


Photos by Asq








No comments:

Post a Comment