“Selamat pagi!” sapa Naera pada sang
kamboja yang sibuk bermain dengan mentari. Mencoba menghalangi mentari yang
ingin menyapa Naera juga.
“Pagi, Mentari! Aku melihatmu! Terimakasih
kau masih bersinar.”seru Naera pada mentari yang akhirnya berhasil lepas dari
tangan-tangan kamboja.
“Apa kau akan berangkat bekerja hari
ini?”tanya kamboja.
“Ya, bantu aku berdoa, ya! Agar hari
ini semua berjalan lancar.”
“Tentu. Semangat, Na!”sahut kamboja
seraya menaburkan bunga-bunganya bersama angin.
“Semangat, Naera!”seru mentari
ikutan.
“Oke!”sahut Naera dengan senyum
lebarnya. Lantas bergegas pergi setelah mengunci pagar rumahnya. “Sampai jumpa
nanti!”
“Sampai jumpa!”
***
“Selamat malam, Na!”sapa kamboja
saat Naera baru saja tiba di depan pintu pagar. “Kau baru pulang? Mentari sudah
tidur.”
“Ya aku tahu.”
“Kau terlambat pulang lagi?”
“Hm..”sahut Naera tak fokus. Matanya
tertuju pada saudara kamboja yang tinggal di halaman tetangga.
“Mm..kau kenapa? Apa kau tak masuk?
Kenapa hanya diam di situ?"tegur kamboja. Naera masih diam. “Mm..dia si
pinky, saudaraku. Kau sudah kenal, kan?”
“Ya, aku tahu.”kata Naera akhirnya bersuara.
“Oh, hai, Naera! Kau baru pulang?”
sapa kamboja merah saat menyadari keberadaan Naera yang menatapnya bermain.
Kamboja merah itu sedang bercanda bersama angina dan purnama, mencoba menyembunyikan purnama
yang mencoba mengintip Naera.
“Naera!”seru purnama sambil masih
saja mencoba kabur dari tangan kamboja merah yang bekerja sama dengan angin.
Naera tersenyum. Namun tak sepenuh senyum purnama
yang sedang semangat itu.
“Yah, kau terdiam lagi..”desah
kamboja.
“Aku tak terdiam,”protes Naera, “..Aku
hanya merindukan saudaramu di kota kelahiranku. Sebelum aku sampai disini, tadi
aku bertemu padma aku jadi teringat teratai dan saudaramu yang tinggal serumah,
lalu kini aku bertemu kalian dan purnama. Jadi secara otomatis aku teringat
masa lalu.”
“Ah, aku tahu.. saat pertama kali kita
akhirnya mengenal, kan?” sahut purnama.
“Ya.”jawab Naera sambil tersenyum.
“Kau benar, ini suasana yang mirip
seperti hari itu. Ada kamboja dan teratai majapahit, dan kini kita bersama
saudara mereka.”ujar purnama.
“Mm..jadi kalian berdua mengenal
saudara kami?”tanya kamboja merah.
“Ya, saudara kalianlah yang sering
menemaniku dulu. Saat aku butuh teman, seperti kalian berdua, mereka selalu ada
untukku. Menyapaku di pagi hari, bermain bersama di siang hari, dan selalu ada
untukku saat aku mencarinya di malam hari.”
“Apa mereka juga sering menabur
bunga untukmu?”
“Ya, mereka juga menaburkan bunga
untuk menghiburku atau pun memberiku selamat saat aku senang. Kami biasa
bermain bersama juga dengan teman-temanku yang lainnya, dan kami sangat
bahagia.”
“Hm..ya, kami memang tipe makhluk yang
setia. Karena itu awas saja kalau kau melupakan kami!”
“Mana mungkin aku bisa lupa. Apa lagi
pertemuan sebagus malam ini sudah terjadi dua kali dalam hidupku. Bahkan mungkin
aku akan selalu menanti momen seperti ini datang lagi, dan berharap momen
selanjutnya bisa lebih menyenangkan, dan semakin menyenangkan lagi..akan
kutunggu hingga hari itu tiba. Jadi terimakasih, kalian semua telah hidup di
bumi ini dan berteman denganku, memberiku kekuatan sehingga aku tak menyerah
dari hidup ini. Terimakasih, sudah menjadi penyemangatku yang setia.”
“You’re
welcome!”
No comments:
Post a Comment