Denting piano merebak memenuhi penjuru rumah. Jemari
Kaira tak begitu semangat melompati tuts piano putih itu. Ntah karena tak
ingin, atau justru terlalu menghayatinya. Buku musik pribadinya ada dihadapnya,
namun pandangannya kosong. Membiarkan angin dan vitrage jendela di sampingnya
berdansa tanpanya.
“Our Story!”celetuk seseorang mendadak muncul
di belakang Kaira membuat gadis itu terlonjak. Shima tengah mengintip buku
milik Kaira tersebut, lalu meraihnya.
“Hei! Mana kembalikan!”seru Kaira tanpa beranjak dari
tempatnya.
“Kulihat kau tak membutuhkannya, kau sudah hafal
nadanya, tanpa melihat not kau masih bisa bermain..”sahut Shima berpindah duduk
di sofa tengah ruangan. 
“Shima, kembalikan sini!”
“It has been three am, but I can’t
sleep at all, I wonder ‘bout you tonight, My seconds, minutes and days,,.”baca Shima
lantang menyerukan lirik awal lagu karangan Kaira.
“Stop!”potong Kaira akhirnya merebut lagi
bukunya. Lantas kembali ke kursinya dan kembali bermain.
“Harusnya kau menyanyi juga.. Atau haruskah aku
merekam lagumu untuk kukirim pada Aska?”
“Aska??”tanya Kaira kaget menghentikan melodinya.
“Aku tahu itu lagu untuknya..”jawab Shima dengan
senyum menggoda. Kaira tak acuh dan kembali membunyikan nada-nadanya. “Kau
yakin, kau tak pergi?”
“Ia tak butuh aku..”
“Ia pasti akan mencarimu, kau, kan, teman yang cukup
dekat dengannya, pastinya ia akan berharap kau datang, ini hari spesial
baginya..”
“Itu takkan terjadi. Ia sudah punya seseorang yang
penting yang akan menemaninya. Lagi pula, jika aku datang, pasti aku hanya akan
menjadi orang aneh di antara kalangannya.. Ia akan tetap bahagia tanpaku, jadi
tenang saja!”
“Kaira, kau yakin?”tanya Shima lagi membuat Kaira
termenung. 
“Mm..ya
  sudah, hanya itu saja. Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya. Selamat
  lanjutkan aktivitasmu lagi!”kata Kaira. 
“Tunggu,
  Kai!”sahut Askari cepat. 
“Mm..ada
  apa?” 
“Mm..minggu
  depan, kau datang, kan, ke wisudaku?”tanya Askari terdengar penuh hati-hati.  
“Ah..minggu
  depan ya, hmm..baiklah..” 
“Sungguh
  kau akan datang?” 
“Mm..ya..” 
“Tapi
  kedengarannya kau tak meyakinkan..” 
“Ahaha..kan
  aku tak tahu, semua bisa berubah minggu depan, hidup ini, kan, bukan milik
  kita yang bisa kita atur sesuka kita..”sahut kaira beralasan. 
“Hmm..baiklah..”  
 | 
 
“Selain itu..”ucap Kaira lirih, “..jika aku datang..
bukankah itu hanya akan memperjelas perpisahan..”lanjutnya kemudian kembali
termenung. “Memperjelas, betapa hebatnya dia dan betapa bodohnya aku, jika aku
tak sehebat yang ia pikir, memperjelas bagaimana ia bahagia untuk pergi, dan
bagaimana aku menjadi semakin buruk..”
Shima pun mendesah, lantas menghampiri lagi Kaira dan
memukul tangan sepupunya yang sibuk itu. Kaira hampir saja berteriak protes
namun ntah kenapa diurungkan.
“Jika kau memang tak ingin datang, baiklah, terserah,
tapi jangan sampai hal itu membuatmu tak tenang seperti ini. Aku bosan
melihatmu menguliti ujung jarimu sendiri seperti itu.”omel Shima yang telah
lelah menghadapi kebiasaan buruk Kaira yang satu itu. Sebuah kebiasaan buruk
saat gadis itu merasa gelisah. 
Kaira hanya mampu terdiam saat Shima kembali pergi.
Melayangkan pandangan ke luar jendela mencari hiburan, menatap lekat pada
tarian gerbera yang beraneka warna di innercourt rumah tersebut. Lantas
kembali beralih pada bukunya. Menatapnya dengan pikiran kosong.
It has
  been three am, but I can’t sleep at all 
I wonder
  ‘bout you tonight 
My
  seconds, minutes and days,  
have been
  spent just to think ‘bout you 
Who do you
  love?  
Did you
  ever see me?  
Did you
  ever love me? 
Everytime
  I see your eyes, I can see a love 
My soul’s
  flying higher, this is our airy love  
And
  everytime, you just act like the wind 
Yet
  everytime, yet evertime, our story just ‘bout hesitancy 
 | 
  
I’ve been bored to talk 'bout a halfmoon 
Yet you call me everytime it comes 
I’ve been bored to see a grey 
But you still so loves the color 
My mind’s no more than questionstore 
How did you ever see me?  
How did you ever love me? 
Yet everytime, yet evertime, our story just ‘bout a
  fairytale 
This is our story.. 
Just like this, our story.. 
 | 
 
@@@
Kaira cepat-cepat berlari menaiki tangga menuju lantai
tiga gedung kuliahnya siang itu. 
"Agh, sial!" desisnya saat melihat pintu
ruang kelas B2.1 sudah tertutup.
"Kenapa, Kai?" sapa Hani yang sudah hendak
pulang. "Kau telat masuk? Sepertinya tak masalah jika kau telat masuk.
Mereka baru mulai 5 menit yang lalu. Ah, tapi bukannya semester ini kau hanya
ambil kelas skripsi saja?"
"Mm.. jaketku tertinggal di dalam.  Tadi aku
mampir ke dalam menemui Maria, dan aku lupa, jaketku tertinggal di dalam. Aku
tak bisa pulang tanpa itu, kunci rumah ada di saku jaket itu. Sedangkan saat
ini rumah sedang kosong."
"Hm..ya sudah kalau begitu kau ijin saja ke
dosennya, atau kalau mau tunggu sampai kuliah selesai." ujar Hani.
"Mm..aku pergi dulu ya! Maaf tak bisa membantu."
"It's okay."
Kaira pun mondar-mandir sesaat, ragu memilih, antara
menunggu atau mengetuk pintu.
“Hei!”tegur seseorang tiba-tiba. Seketika Kaira
tercengang. Ada sosok Askari dan Raina di depannya.
“Hei, kau sedang apa?”sapa Raina.
“Mm..jaketku ketinggalan di dalam. Apa sebaiknya aku
mengetuk pintu, atau menunggu?”sahut Kaira.
“Ya sudah ketuk saja! Yang benar saja kau akan
menunggu dua jam.”komentar Raina.
“Kurasa tak perlu.”sahut Askari yang sedang
mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Tadi aku sempat mengambilnya,”lanjut Aska
lalu menyodorkan jaket tersebut. Membuat Raina dan Kaira menatap aneh pada
Askari. “Mm..tadi saat lewat, kelasnya kosong, tapi ada jaket tertinggal
disana. Kulihat ada bordiran yang sama dengan jaketmu biasanya, jadi..ya sudah
kubawa saja, dan berencana mengantarkannya ke rumahmu..”terang Aska.
“Mm..terimakasih kalau begitu. Maaf merepotkan.”
“It’s alright.”
“Mm..kupikir kau sudah tak di Malang.”
“Hari ini aku pulang.”
“Ah, begitu. Hati-hati kalau begitu. Mm..juga selamat
untuk wisudamu.”
“Mm.. Terimakasih.”
“Maaf juga kemarin aku tak bisa datang. Mendadak aku
tak enak badan.”
“Ah, jadi begitu..Tapi kau sudah baikan, kan,
sekarang?”
“Ya. Mm..ya sudah, kalau begitu. Aku pergi dulu.”
“Oh, oke.. hati-hati di jalan!”sahut Raina tampak bersemangat
obrolan itu berakhir.
“Terimakasih sekali lagi. Sampai jumpa!”
“Sampai jumpa.”
@@@
Untitled Feeling 
Mizzling night, No sparkling star 
Moonless no moonlight 
Glooming heart, Chandelier so far 
Dying soul, Mindless oversight 
The circumstance, unoccupied 
This dark journey, just circumgyrate 
Just a grudge, just a treason 
It’s sacrificer, lone fighter 
 | 
 
Beberapa catatan baru telah selesai di-upload
ke dalam blognya. Sebuah blog rahasia yang hanya diketahui oleh penulis dan
teman terdekatnya. Bahkan sekali pun ada orang lain yang mengetahuinya, ia tak
lagi peduli. Selama ini ia sudah biasa dianggap aneh, jadi kalau pun karena
blog itu ada satu atau dua orang lagi berbicara ia aneh, itu bukan lagi
masalah. 
Tak lama kemudian Kaira pun menutup halaman blogger
dan beralih mengunjungi sebuah halaman yang kadang dibukanya.
Seketika terkembanglah seulas senyum. Tumben ia menulis hal semacam ini. Kaira
tahu jika itu adalah sebuah blog milik Askari. Nyaris tak percaya jika pemuda itu
yang menulisnya. Biasanya blog itu berisikan tutorial modeling Sketchup
 atau 3D Max, atau hal lain yang bersifat menunjang dunia
perkuliahan. Jika bukan tutorial maka bisa dipastikan itu adalah artikel
mengenai tempat-tempat wisata. Namun malam itu berbeda. Ada sebuah judul yang
membuatnya tergelitik untuk membaca. Cerita mini terselip dalam blognya. Sebuah
kisah dengan gaya bahasa yang jauh berbeda dengan gayanya yang mungkin
tergolong kuno. 
01-06-2015 
Ratu Lebah
  Dan Mangga Ratu 
Pada suatu hari, seekor Ratu lebah
  terbang berkeliling taman menyapa teman-temannya..  
   "Hai, Ngga! Apa kabar
  lu?"  
   "Ah, lu lagi. Bah.."  
   "Lu napa? Kusut gitu? Mikir
  apa lu?"  
   "Nggak sih, Bah.. gak papa
  gue.."  
   "Ah.. Lu bohong banget
  dah,.."  
   "Enggak sih..gue mikir aja,
  ratusan lebah mondar mandir ke gue cuma ngisep gw punya bunga, trus udah,.
  habis itu pergi cari pohon laen.."  
   "Lha trus napa, Ngga? Lu
  ngarep ada yang nemenin lo, nungguin lo, ngertiin lo?"  
   "Ya gak gitu juga sih, Bah..
  tau ah..gk ngerti juga mau gue apaan, paling gak ya gue pengen kehadiran gue
  tuh ada yang ngerasain, gak bentar-bentar kalo butuh aja mampir. Habis tu gak
  tau lagi deh kemana..cape gue.."  
   "Kepret lu, Ngga, nyindir
  gue.."  
   "Hahaha.. yaa gitu deh,
  Bah.."  
   "Lu mikir gak, Ngga.."  
   "Apaan bah?"  
   "Semua yang dateng dan pergi
  tu justru yang bikin lo berkembang, berbuah, makin besar, makin kokoh, mereka
  butuh lo, dan sebenernya lo juga butuh mereka"  
   "Oke deh bah.. so sweet
  lo.."  
   "..dan ada lagi nih ngga yang
  luput dari lo,.. ada tuh..yang selalu inget.. selalu do'ain lu, nungguin lu
  berkembang, seneng dia tu liatin lo, dan dia bakal sedih kehilangan lo,
  sejauh apapun keadaan yang bikin dia pergi, dia bakalan balik, karena dia
  butuh lo.."  
   "Siapa, Bah?"  
   "Lu nunduk ye,.. tu dia..
  yang nyiramin lo tiap hari, .." 
_FIN_ 
Posted by ASQ at 19:28 
 | 
 
 Tak
ada perpisahan sejati, itukah maksudmu? Apakah.. itu pesan untukku?

No comments:
Post a Comment