2015-08-25

INDIRECT LETTER (part 2)


 Denting piano merebak memenuhi penjuru rumah. Jemari Kaira tak begitu semangat melompati tuts piano putih itu. Ntah karena tak ingin, atau justru terlalu menghayatinya. Buku musik pribadinya ada dihadapnya, namun pandangannya kosong. Membiarkan angin dan vitrage jendela di sampingnya berdansa tanpanya.
Our Story!”celetuk seseorang mendadak muncul di belakang Kaira membuat gadis itu terlonjak. Shima tengah mengintip buku milik Kaira tersebut, lalu meraihnya.
“Hei! Mana kembalikan!”seru Kaira tanpa beranjak dari tempatnya.
“Kulihat kau tak membutuhkannya, kau sudah hafal nadanya, tanpa melihat not kau masih bisa bermain..”sahut Shima berpindah duduk di sofa tengah ruangan.
“Shima, kembalikan sini!”
“It has been three am, but I can’t sleep at all, I wonder ‘bout you tonight, My seconds, minutes and days,,.”baca Shima lantang menyerukan lirik awal lagu karangan Kaira.
Stop!”potong Kaira akhirnya merebut lagi bukunya. Lantas kembali ke kursinya dan kembali bermain.
“Harusnya kau menyanyi juga.. Atau haruskah aku merekam lagumu untuk kukirim pada Aska?”
“Aska??”tanya Kaira kaget menghentikan melodinya.

“Aku tahu itu lagu untuknya..”jawab Shima dengan senyum menggoda. Kaira tak acuh dan kembali membunyikan nada-nadanya. “Kau yakin, kau tak pergi?”
“Ia tak butuh aku..”
“Ia pasti akan mencarimu, kau, kan, teman yang cukup dekat dengannya, pastinya ia akan berharap kau datang, ini hari spesial baginya..”
“Itu takkan terjadi. Ia sudah punya seseorang yang penting yang akan menemaninya. Lagi pula, jika aku datang, pasti aku hanya akan menjadi orang aneh di antara kalangannya.. Ia akan tetap bahagia tanpaku, jadi tenang saja!”
“Kaira, kau yakin?”tanya Shima lagi membuat Kaira termenung.

“Mm..ya sudah, hanya itu saja. Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya. Selamat lanjutkan aktivitasmu lagi!”kata Kaira.
“Tunggu, Kai!”sahut Askari cepat.
“Mm..ada apa?”
“Mm..minggu depan, kau datang, kan, ke wisudaku?”tanya Askari terdengar penuh hati-hati.
“Ah..minggu depan ya, hmm..baiklah..”
“Sungguh kau akan datang?”
“Mm..ya..”
“Tapi kedengarannya kau tak meyakinkan..”
“Ahaha..kan aku tak tahu, semua bisa berubah minggu depan, hidup ini, kan, bukan milik kita yang bisa kita atur sesuka kita..”sahut kaira beralasan.
“Hmm..baiklah..”

“Selain itu..”ucap Kaira lirih, “..jika aku datang.. bukankah itu hanya akan memperjelas perpisahan..”lanjutnya kemudian kembali termenung. “Memperjelas, betapa hebatnya dia dan betapa bodohnya aku, jika aku tak sehebat yang ia pikir, memperjelas bagaimana ia bahagia untuk pergi, dan bagaimana aku menjadi semakin buruk..”
Shima pun mendesah, lantas menghampiri lagi Kaira dan memukul tangan sepupunya yang sibuk itu. Kaira hampir saja berteriak protes namun ntah kenapa diurungkan.
“Jika kau memang tak ingin datang, baiklah, terserah, tapi jangan sampai hal itu membuatmu tak tenang seperti ini. Aku bosan melihatmu menguliti ujung jarimu sendiri seperti itu.”omel Shima yang telah lelah menghadapi kebiasaan buruk Kaira yang satu itu. Sebuah kebiasaan buruk saat gadis itu merasa gelisah.
Kaira hanya mampu terdiam saat Shima kembali pergi. Melayangkan pandangan ke luar jendela mencari hiburan, menatap lekat pada tarian gerbera yang beraneka warna di innercourt rumah tersebut. Lantas kembali beralih pada bukunya. Menatapnya dengan pikiran kosong.

It has been three am, but I can’t sleep at all
I wonder ‘bout you tonight
My seconds, minutes and days,
have been spent just to think ‘bout you
Who do you love?
Did you ever see me?
Did you ever love me?
Everytime I see your eyes, I can see a love
My soul’s flying higher, this is our airy love
And everytime, you just act like the wind
Yet everytime, yet evertime, our story just ‘bout hesitancy
I’ve been bored to talk 'bout a halfmoon
Yet you call me everytime it comes
I’ve been bored to see a grey
But you still so loves the color
My mind’s no more than questionstore
How did you ever see me?
How did you ever love me?
Yet everytime, yet evertime, our story just ‘bout a fairytale
This is our story..
Just like this, our story..

@@@

Kaira cepat-cepat berlari menaiki tangga menuju lantai tiga gedung kuliahnya siang itu.
"Agh, sial!" desisnya saat melihat pintu ruang kelas B2.1 sudah tertutup.
"Kenapa, Kai?" sapa Hani yang sudah hendak pulang. "Kau telat masuk? Sepertinya tak masalah jika kau telat masuk. Mereka baru mulai 5 menit yang lalu. Ah, tapi bukannya semester ini kau hanya ambil kelas skripsi saja?"
"Mm.. jaketku tertinggal di dalam.  Tadi aku mampir ke dalam menemui Maria, dan aku lupa, jaketku tertinggal di dalam. Aku tak bisa pulang tanpa itu, kunci rumah ada di saku jaket itu. Sedangkan saat ini rumah sedang kosong."
"Hm..ya sudah kalau begitu kau ijin saja ke dosennya, atau kalau mau tunggu sampai kuliah selesai." ujar Hani. "Mm..aku pergi dulu ya! Maaf tak bisa membantu."
"It's okay."
Kaira pun mondar-mandir sesaat, ragu memilih, antara menunggu atau mengetuk pintu.
“Hei!”tegur seseorang tiba-tiba. Seketika Kaira tercengang. Ada sosok Askari dan Raina di depannya.
“Hei, kau sedang apa?”sapa Raina.
“Mm..jaketku ketinggalan di dalam. Apa sebaiknya aku mengetuk pintu, atau menunggu?”sahut Kaira.
“Ya sudah ketuk saja! Yang benar saja kau akan menunggu dua jam.”komentar Raina.
“Kurasa tak perlu.”sahut Askari yang sedang mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Tadi aku sempat mengambilnya,”lanjut Aska lalu menyodorkan jaket tersebut. Membuat Raina dan Kaira menatap aneh pada Askari. “Mm..tadi saat lewat, kelasnya kosong, tapi ada jaket tertinggal disana. Kulihat ada bordiran yang sama dengan jaketmu biasanya, jadi..ya sudah kubawa saja, dan berencana mengantarkannya ke rumahmu..”terang Aska.
“Mm..terimakasih kalau begitu. Maaf merepotkan.”
It’s alright.
“Mm..kupikir kau sudah tak di Malang.”
“Hari ini aku pulang.”
“Ah, begitu. Hati-hati kalau begitu. Mm..juga selamat untuk wisudamu.”
“Mm.. Terimakasih.”
“Maaf juga kemarin aku tak bisa datang. Mendadak aku tak enak badan.”
“Ah, jadi begitu..Tapi kau sudah baikan, kan, sekarang?”
“Ya. Mm..ya sudah, kalau begitu. Aku pergi dulu.”
“Oh, oke.. hati-hati di jalan!”sahut Raina tampak bersemangat obrolan itu berakhir.
“Terimakasih sekali lagi. Sampai jumpa!”
“Sampai jumpa.”
@@@

Untitled Feeling
Mizzling night, No sparkling star
Moonless no moonlight
Glooming heart, Chandelier so far
Dying soul, Mindless oversight
The circumstance, unoccupied
This dark journey, just circumgyrate
Just a grudge, just a treason
It’s sacrificer, lone fighter

Beberapa catatan baru telah selesai di­-upload ke dalam blognya. Sebuah blog rahasia yang hanya diketahui oleh penulis dan teman terdekatnya. Bahkan sekali pun ada orang lain yang mengetahuinya, ia tak lagi peduli. Selama ini ia sudah biasa dianggap aneh, jadi kalau pun karena blog itu ada satu atau dua orang lagi berbicara ia aneh, itu bukan lagi masalah.
Tak lama kemudian Kaira pun menutup halaman blogger dan beralih mengunjungi sebuah halaman yang kadang dibukanya. Seketika terkembanglah seulas senyum. Tumben ia menulis hal semacam ini. Kaira tahu jika itu adalah sebuah blog milik Askari. Nyaris tak percaya jika pemuda itu yang menulisnya. Biasanya blog itu berisikan tutorial modeling Sketchup  atau 3D Max, atau hal lain yang bersifat menunjang dunia perkuliahan. Jika bukan tutorial maka bisa dipastikan itu adalah artikel mengenai tempat-tempat wisata. Namun malam itu berbeda. Ada sebuah judul yang membuatnya tergelitik untuk membaca. Cerita mini terselip dalam blognya. Sebuah kisah dengan gaya bahasa yang jauh berbeda dengan gayanya yang mungkin tergolong kuno.

01-06-2015
Ratu Lebah Dan Mangga Ratu
Pada suatu hari, seekor Ratu lebah terbang berkeliling taman menyapa teman-temannya..
   "Hai, Ngga! Apa kabar lu?"
   "Ah, lu lagi. Bah.."
   "Lu napa? Kusut gitu? Mikir apa lu?"
   "Nggak sih, Bah.. gak papa gue.."
   "Ah.. Lu bohong banget dah,.."
   "Enggak sih..gue mikir aja, ratusan lebah mondar mandir ke gue cuma ngisep gw punya bunga, trus udah,. habis itu pergi cari pohon laen.."
   "Lha trus napa, Ngga? Lu ngarep ada yang nemenin lo, nungguin lo, ngertiin lo?"
   "Ya gak gitu juga sih, Bah.. tau ah..gk ngerti juga mau gue apaan, paling gak ya gue pengen kehadiran gue tuh ada yang ngerasain, gak bentar-bentar kalo butuh aja mampir. Habis tu gak tau lagi deh kemana..cape gue.."
   "Kepret lu, Ngga, nyindir gue.."
   "Hahaha.. yaa gitu deh, Bah.."
   "Lu mikir gak, Ngga.."
   "Apaan bah?"
   "Semua yang dateng dan pergi tu justru yang bikin lo berkembang, berbuah, makin besar, makin kokoh, mereka butuh lo, dan sebenernya lo juga butuh mereka"
   "Oke deh bah.. so sweet lo.."
   "..dan ada lagi nih ngga yang luput dari lo,.. ada tuh..yang selalu inget.. selalu do'ain lu, nungguin lu berkembang, seneng dia tu liatin lo, dan dia bakal sedih kehilangan lo, sejauh apapun keadaan yang bikin dia pergi, dia bakalan balik, karena dia butuh lo.."
   "Siapa, Bah?"
   "Lu nunduk ye,.. tu dia.. yang nyiramin lo tiap hari, .."
_FIN_
Posted by ASQ at 19:28

 Tak ada perpisahan sejati, itukah maksudmu? Apakah.. itu pesan untukku?



No comments:

Post a Comment