“Awas ada ulat!”seru seorang anak laki-laki memberitahu adik
perempuannya. “Jangan mendekat!”tuturnya lagi menjauhkan adiknya yang berusia
empat tahun itu dari seekor ulat yang melata di batang pohon kersen.
Ulat itu pun
kemudian berhenti saat seekor burung merpati mendekat.
“Kau tak mencoba kabur lagi dariku?”sapa burung merpati bertanya
saat si ulat yang tak berbalik seperti biasanya. Ulat pun hendak mengatakan
sesuatu akan tetapi urung saat tiba-tiba gadis kecil yang tadi tiba-tiba
berlari mendekati burung merpati.
“Burung! Sini!”seru gadis berbaju merah jambu itu mencoba mengejar
burung merpati yang kini terbang kesana kemari untuk menghindar. Sedangkan
kakak laki-lakinya kini mencoba membantu adiknya menangkap burung merpati itu.
Namun mereka berdua segera berhenti dan pergi ketika ibu mereka memanggil.
“Aish, syukurlah! Mereka menyebalkan sekali, kenapa mereka selalu
saja mengejarku!”desah burung merpati. Sedangkan si ulat kini bergerak untuk
bersembunyi di balik daun. “Hei, kau sudah mau tidur? Ini masih siang!”tegur
burung merpati kemudian menyingkirkan daun yang menyelimuti si ulat. Si ulat
masih tak merespon. “Mm..ngomong-ngomong aku merasa ada yang berbeda denganmu,
apa kau belum makan?”tanya burung lagi. “Hei, jangan diam saja! Akan kumakan
kau jika kau diam saja!”
“Aku tak peduli, kau boleh memakanku kalau mau.”
“Ada apa denganmu? Apa kau ada masalah?”
“Apa pedulimu, ha?”
“Mm..apa kau marah padaku? Mm..kalau begitu maaf, jika aku sering
mengganggumu dan saudaramu. Karena aku sedang dalam mood yang baik sekarang,
aku takkan mengganggumu lagi. Aku akan menjadi temanmu, mm..setidaknya untuk
hari ini.”
“Aku tak marah padamu, mm..sedikit marah sih, tapi bukan padamu..”
“Aish, kau membuatku bingung. Kalau marah bilang saja marah jangan
bicara yang tidak-tidak seperti itu.”
“Mm..aku hanya merasa, pasti akan menyenangkan jika aku lahir
menjadi dirimu. Kau bisa terbang dengan lincah, saat ada bahaya kau bisa dengan
cepat kabur, meski kau tak secantik merak atau cendrawasih tapi orang-orang
menyukaimu, kau bisa bermain bersama mereka seperti tadi. Sangat jauh berbeda denganku.
Aku makhluk yang lambat, aneh, buruk rupa, mereka selalu menjauhiku. Padahal
aku sama sekali tak berniat mengganggu mereka. Sepertinya aku memang harus
berhenti menjadi pemimpi, sepertinya aku memang tak pantas untuk berharap
lebih, apalagi menjadi sosok yang sangat dikagumi..”
“Jadi maksudmu kau menyalahkan Tuhan? Kau tak bersyukur dengan
keadaanmu?!”
“Bukannya aku tak bersyukur, aku hanya lelah untuk menjadi pemimpi.
Aku merasa bodoh untuk berharap menjadi indah. Aku sadar semuanya tak
mungkin. Semua yang kulakukan hanya akan
menjadi sia-sia. Setiap hari aku belajar mempercepat gerakanku, aku mencoba
melompat, tak jarang pula aku pergi ke puncak dan menerjunkan diriku. Berpikir
saat aku terjun mungkin sayap seperti milikmu bisa keluar dari tubuhku, tapi
apa yang terjadi?! Aku selalu begini. Tak ada yang berubah dari hidupku. Karena
itu kupikir hanya sia-sia saja aku hidup, jadi sekalian saja aku tak makan dan
kelaparan, kalau pun setelah itu kematianku kau percepat itu malah bagus. Toh
cepat atau lambat aku juga akan mati terbunuh, entah terinjak atau teracuni.”
“Hei! Kau ini bicara apa!? Jangan berkata sembarangan seperti itu!
Apa kau meremehkan Tuhan?”protes burung merpati emosi. “Apakah maksudmu
bermimpi, berharap dan semua hal itu akan selalu sia-sia? Mm..aku memang bukan
makhluk yang baik untuk bicara seperti ini, tapi menurutku menjadi pemimpi
bukanlah hal yang buruk. Bukankah kau sudah berusaha keras, justru akan lebih sia-sia
jika kau berhenti sekarang.”protes merpati penuh emosi.
“Berhentilah bicara omong kosong!”tukas ulat. “Kau tahu apa, ha?!”
“Fine! Aku tak tahu
apa-apa! Kalau kau ingin berhenti bermimpi maka berhentilah! Janganlah pernah
bermimpi lagi selamanya! Berhentilah berharap bisa terbang sepertiku!
Berhentilah berharap menjadi cendrawasih! Berhenti bermimpi menjadi merak! Tapi
janganlah berhenti bermimpi menjadi dirimu sendiri yang lebih baik dari mereka!
Bermimpilah kau akan menjadi jauh lebih indah dari mereka, menjadi sosok yang
berbeda. Yang memiliki pesona tersendiri, menjadi sosok yang lebih dekat dengan
banyak orang! Bermimpilah yang terbaik!”
“Menjadi sesuatu yang berbeda? Yang lebih cantik dari yang
tercantik?! Apa kau meledekku?”
“Lalu apa kau meledek Tuhan? Tuhan yang menciptakanmu, apa kau
meremehkan-Nya? Jika kau berkata itu takkan mungkin, itu sama saja kau
menentang impianmu sendiri, sama saja mendoakan diri untuk gagal. Tuhanmu itu
Mahahebat, maka bermimpilah untuk sesuatu yang hebat! Jangan mengerdilkan kuasa
Tuhanmu dengan pikiran dan mimpi kerdilmu seperti itu. Yakinlah selalu Tuhan
yang hebat itu pasti akan mampu mewujudkan mimpi hebatmu itu.”
“Benarkah bisa begitu?”
“Jika mimpimu belum terwujud, mungkin kau hanya perlu sedikit lebih
serius lagi, jika kau merasa sulit, janganlah menyerah! Tuhan takkan memberikan
kesulitan yang melebihi batas kemampuanmu. Jika kau merasa semakin lama semakin
sulit, itu tandanya Tuhan berencana menciptakanmu sebagai sosok yang semakin hebat lagi. Dengan begitu, saat mimpi
itu benar terwujud maka kebahagiaan yang kau dapat akan terasa berlimpah jutaan
kali lipat! Mm..mungkin triliunan kali lipat.. Jadi bermimpilah
setinggi-tingginya, karena Tuhanmu Mahatinggi. Dia selalu memiliki cara terbaik-Nya
untuk kita.”tutur si merpati membuat si ulat termenung.
Waktu pun berlalu. Hari dan minggu yang banyak terlewati. Proses demi
proses pun dijalani oleh si ulat, sampai pada akhirnya ia bisa mendapatkan
keinginannya. Seperti khayalan, tapi itu sungguh terjadi. Kini ia memiliki
sayap sesuai harapannya. Tak terlalu lebar memang, namun ia memiliki warna yang
sangat menarik. Sekarang ia sangatlah ternama, Kupu-kupu, orang menyebutnya
begitu. Semua orang menyukainya. Ia bahkan sering main kejar-kejaran bersama anak-anak,
bermain petak umpet penuh kejutan dan tawa.
Perlahan ulat kupu-kupu itu pun memiliki keluarga baru, berpadu
dengan ulat dari bangsa lainnya, menjadi satu keluarga besar. Ada yang menjadi foto model yang dipuja banyak
orang, ada yang menjadi bintang film, ada yang berteman dengan para ilmuwan
jenius, seniman dan orang-orang di seluruh dunia.
Semakin lama pun dengan kegembiraan yang berlimpah itu, mereka
mencoba berbagi kecantikan. Bekerjasama dengan orang-orang yang sangat cerdas
dan terampil. Seperti sayap-sayap yang begitu halus dan lembut serta beraneka
warna, mereka ciptakan sutera yang mempercantik banyak orang. Si ulat pemimpi
itu pun kini sangatlah bahagia apa yang ia dapatkan jauh lebih indah dari apa
yang diimpikannya. Baginya, bukan kekaguman orang-orang pada dirinya yang membuatnya
bahagia, tetapi yang istimewa adalah ketika ia bisa berguna, dan mampu
membagikan kebahagiaan kepada orang-orang disekitarnya.
“Tuhan maafkan aku, dan terimakasih,
Kau selalu bersamaku meski kusering jahat terhadap-Mu. Tuhan yang memang
Mahahebat.. Terimakasih telah memberiku kesempatan bermimpi hebat..”
No comments:
Post a Comment