Setelah berkali-kali berencana dan berkali-kali
batal, akhirnya sampai juga kami di Pantai Gunung Payung, di Desa Kutuh, Kuta
Selatan, Kab. Badung. Siang itu, dua hari sebelum keberangkatanku ke Malang
untuk libur lebaran. Pada awalnya kami hanya berniat untuk melihat lokasi garasi
bus yang akan kami naiki pada tanggal 14 Juli nanti. Namun akhirnya kami pun
melakukan perjalanan nekad. Di bawah matahari terik, di bulan ramadhan, dalam
keadaan berpuasa, dari Ubung kami meluncur kembali ke arah Selatan menuju
Pantai Gunung Payung.
Kembali bertemu pertigaan, kembali meluncur turun
menembus suasana pedesaan yang hijau dan tenang. Sunyi senyap lebih tepatnya.
Hanya saja karena ini masih pagi jadi tak terlihat horor seperti saat pertama
kali kami melintasinya di sore hari. Tanpa GPS, berpedoman insting kami hanya
terus berjalan mengikuti jalan yang ada. Jalan yang entah dimana ujungnya.
Sesaat ragu, sesaat keep move on, begitu
terus hingga kami merasa lega tatkala melihat bapak-bapak yang bertugas di pos
kecil itu, menarik iuran untuk pengembangan lokasi.
“Lurus saja ya, jangan belok ke kanan, ada
proyek.”tutur bapak-bapak tersebut.
Suasana teduh tak lagi kami jumpai. Tanah berkapur
dimana-mana. Sampai kemudian lapangan hijau seperti bukit Teletubies menghampar
luas. Proyek pembangunan lapangan golf tengah dilaksanakan disana. Kami terus
berjalan menuju Pura Gunung Payung dan bertemu perempatan. Banyak tikungan
sebenarnya, tapi kami hanya berjalan lurus seperti yang diperintahkan
bapak-bapak tadi.
TADA!! Jalan bagusnya abis. Yang ada jalan tak
beraspal, tak berpaving, yang ada jalan gersang berkerikil dan berantakan
dengan beberapa orang tukang sedang sibuk bekerja.
“Kita salah jalan kah?”
“Nggak ngerti, harusnya sih nggak. Kan kita cuma
lurus, nggak belok-belok.”
“Hm..tapi jalannya gini.”
“Hm..disana kayak ada mobil, lanjut aja deh, kalau
buntu ya balik.”saranku. Motor kembali bergerak.
“Oh, bener kok, Char.”Kata kawanku kemudian. Sedang
aku masih saja fokus pada langit sejak tadi.
“Hm..kok bisa ya ngeblur banget gitu.”kataku kemudian
menunjuk langit di kejauhan.
Saat kami berada di kejauhan, pemandangan indah yang
baru kali itu kutemui adalah keadaan dimana air laut yang berwarna biru tua
tampak melebur bersama biru langit dan awan membentuk gradasi yang sangat
halus. Sekilas itu seperti langit tapi saat mendekat semakin jelaslah jika
bagian yang paling bawah, yang paling gelap itu adalah air laut.
Gerah. Semoga nggak mokel, pikir kami. Kami pun
memarkir kendaraan di lahan yang begitu sepi dan gersang. Saat itu pepohonan
sudah tak berdaun dan hanya menyisakan batang dan rantingnya. Selain itu
sepertinya juga sudah banyak pohon yang hilang dalam proyek pengembangan
lokasi. Setelah beberapa menit bingung dengan cara turun ke laut, setelah
bertanya pada pedagang di deretan warung-warung itu, kami pun menemukan tangga
turun. Dari jauh lautan tampak super duper keren! Kami pun segera turun setelah
mengambil beberapa gambar.
“Wow! Tangganya banyak!”ujarku.
“Nggak banyak kok.”sahut kawanku. Kami pun hanya
menikmati saja step by step anak tangga.
“Tangganya belum habis.”seruku lagi setelah menikung
dan masih banyak anak tangga yang harus kami lewati.
“Dikit lagi sampai.”
“Oh ya?”
Kami menikung lagi, dan tangga masih panjang. Dan
masih panjang lagi.. Sudah habis? Not
yet! Beneran? Belum abis! Sumpah? Iya nih, bisa-bisa puasa batal beneran pas
balik.
Terbayar sih tapi.. Setelah menuruni anak tangga yang
entah berapa lapis itu akhirnya kami mendapatkan the best view, it’s the best
beach, the most handsome place I think..
Airnya begitu jernih dan terlalu jernih! Semua
terlihat masih begitu bersih dan alami. Saat kami di sana, sejauh mata
memandang tak banyak pengunjung. Mungkin hanya sekitar 10, lebih-lebih sedikit
lah. Pantai ini kaya akan batuan dan gua. Saking banyaknya gua, mungkin seperti
ke hotel, pengunjung bisa memilih, mau masuk ke kamar yang mana ^-^ Kalau aku
masih kecil pun pasti hepi main petak umpet disini..
Melihat airnya yang sangat bersih dan terasa dingin. Ingin
sekali rasanya menjatuhkan diri. Pasir disini juga sangat berbeda dengan pasir
di Sanur atau pun Kuta. Untuk di sekitar tangga, pasirnya terasa sangat halus,
tapi jika kami berjalan ke sisi lain, maka teksturnya akan semakin kasar.
Bahkan karena tempat ini banyak sekali batuannya, bagi yang ingin pijat
refleksi alami gratis, sangat terfasilitasi, cukup lepas alas kaki dan
berjalan. Sesekali juga pengunjung bisa merasakan kelembutan saat melewati area
berlumut (aku tak tahu apa itu tapi terlihat seperti lumut jadi kusebut saja
begitu). Tapi jangan kaget jika tiba-tiba batuan agak tajam muncul lagi di
tengah perjalanan itu, namanya saja pijat refleksi.
Cangkang kerang atau keong atau batu karang atau
apalah yang berbaur bersama pasir pun cantik-cantik, memiliki aneka warna unik.
Tempat ini juga kaya rumput laut. Intinya Pantai Gunung Payung ini semacam Very Great Secret Beach. Rasanya pantai ini pun bersifat addictive. Ingin sekali rasanya bisa tidur siang di pantai ini. Kalau
tidak, berharap ada gitar dan menulis lagu pasti sangat menyenangkan. Bahkan
saat hendak pulang, sepertinya aku beberapa kali terhenti dan mengulur waktu
kami. Sangat sulit untuk ditinggalkan. Apalagi mengingat anak tangganya yang
juga amazing, jadi semakin malas
pergi.. ^-^
Berharap tempat ini dibiarkan seperti ini. Menurut
beberapa artikel akan dibuat jalur untuk bersepeda yang menghubungkan Pantai
Gunung Payung ini dengan Pantai Pandawa. Padahal akan lebih menarik jika tempat
ini tetap menjadi hidden paradise. Tampil
alami apa adanya itu lebih mengesankan. Yang sederhana itu lebih dipuja.
Satu,, dua,, dua ratus delapan puluh.. Hm.. Aku tak
menghitung sejak awal tapi sepertinya sekitar itu jumlah anak tangganya.
Sepertinya lain kali sebelum berkunjung kemari aku harus latihan fisik lebih
dulu. Sebenarnya di tiap sudut tikungan/bordes ada gazebo kecil, hanya saja
saat kami berkunjung ada orang lain yang menggunakan gazebo itu. Lantas
sesampainya kembali di atas, di sekitar area parkir ada cukup banyak monyet
berkeliaran. Hm..kalimat terakhir, hati-hati nyasar lagi, pastikan untuk
berjalan ke arah pintu keluar yang benar..
Oh, kata-kataku belum berakhir deng, kalimat terakhirnya adalah,
Alhamdulillah puasa kami nggak batal hehe.. ^-^v
Photos by Asq
No comments:
Post a Comment